Wakil Ketua PHRI Maulana Yusran

Istilah Jokowi, Berdampingan dengan Covid-19

Wakil Ketua PHRI Maulana Yusran memprediksi bisnis di sektor hospitality, perhotelan dan restoran khususnya tidak akan reborn

Editor: Kanis Jehola
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Presiden Joko Widodo (kedua kanan) saat memberikan keterangan didampingi Panglima TNI Jenderal TNI Hadi Tjahjanto (kiri), Kapolri Jenderal Pol Idham Azis (kanan) dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (kedua kiri) usai meninjau kesiapan penerapan prosedur standar new normal (normal baru) di Stasiun MRT Bundaran HI, Jakarta, Selasa (26/5/2020). Dalam tinjauan kali ini, Jokowi menyampaikan pengerahan TNI/Polri secara masif di titik-titik keramaian untuk mendisiplinkan masyarakat dengan tujuan agar masyarakat mematuhi protokol kesehatan sesuai ketentuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). 

Kalau kita buka bulan Juni, kita sudah bisa lihat petanya. Ada dua traveler dalam pergerakan bisnis hotel dan restoran. Pertama leisure, orang yang pergi jalan-jalan. Jalan-jalan itu hanya ada tiga musim di Indonesia, yaitu ketika lebaran, libur sekolah yang kini sudah hilang satu season. Saya tidak yakin ada yang memanfaatkan libur sekolah karena masih di tengah pandemi.

Satu-satunya yang masih diharapkan itu libur dan natal tahun baru di mana cuti bersama lebaran dipindahkan di situ. Semoga pandemi ini sudah selesai sebelum Desember. Harapannya kan seperti itu, kalau belum selesai ya sudah kita lose.

Mengapa bisnis hotel dan restoran belum akan reborn sekalipun ada new normal?

Saya bilang bisnis hotel dan restoran belum akan reborn. Karena domestik trip itu didominasi oleh pemerintah. Kegiatan pemerintahan sudah direlokasikan fokus pada penanganan Covid-19. Otomatis masalah pembangunan di daerah dan lain sebagainya itu dialokasikan untuk penanganan Covid-19.

New normal masih rancangan, apa harapan PHRI berkaitan dengan isi kebijakan di dalam new normal?

Yang kami harapkan, diberikan satu kebijakan untuk stimulus yang dapat diberikan dalam bentuk modal kerja. Itu paling utama karena kita sektor yang sudah tutup kurang lebih dua bulan. Tentu banyak hal, apalagi stimulus yang diberikan pemerintah pun tidak berdampak pada likuiditas perusahaan juga. Karena kita banyak tergerus PLN termasuk kewajiban ke perbankan.

Modal usaha itu sangat diperlukan bagi pelaku usaha hotel dan restoran, karena mereka harus mulai lagi dari awal. Pada saat tutup itu bukan berarti mereka tidak ada cost, mereka justru minus. Jadi makin bulan tambah minus, yang buka pun bukan berarti mereka profit. Itu yang jadi masalah. (tribun network/genik)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved