Wakil Ketua PHRI Maulana Yusran
Istilah Jokowi, Berdampingan dengan Covid-19
Wakil Ketua PHRI Maulana Yusran memprediksi bisnis di sektor hospitality, perhotelan dan restoran khususnya tidak akan reborn
POS-KUPANG.COM - Wakil Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia ( PHRI) Maulana Yusran memprediksi bisnis di sektor hospitality, perhotelan dan restoran khususnya tidak akan reborn sekalipun new normal diterapkan.
Diamini Maulana bahwa new normal berarti tatanan hidup baru yang mengedepankan protokol kesehatan. Yang berarti, akan ada banyak batasan dalam kehidupan manusia Indonesia nantinya.
Batasan akibat penerapan protokol kesehatan dalam new normal diprediksi Maulana akan sangat berpengaruh pada omset bisnis hotel dan restoran. Banyak kegiatan di sektor bisnis hotel dan restoran melibatkan pergerakan manusia, di mana banyak orang berkumpul.
• Ngada Tunda BLT Dana Desa, 6 Pemda Masih Verifikasi Penerima
"Bayangkan, kami di hotel ini punya ballroom yang biasa ada orang wedding. Bagaimana kemudian kami melaksanakan protokol kesehatan dengan baik? Itukan kehidupan absah yang ada di lapangan," kata Maulana, Rabu (27/5). Berikut petikan wawancara Tribun dengan Maulana Yusran.
Bagaimana PHRI melihat new normal yang saat ini digemakan pemerintah?
Sampai detik ini belum ada obat atau vaksin. Banyak yang sudah dilakukan seperti lockdown, PSBB di berbagai wilayah untuk penanganan Covid-19. Namun di sisi lain kita harus melihat realita dari dampak sosial yang diciptakan Covid ini.
• Bupati Djafar Achmad Ingatkan Warga Ende Jangan Boros Saat Covid-19
Ini sudah berlangsung bukan seminggu dua minggu, sudah hampir tiga bulan. Ini cukup serius, bukan hanya di Indonesia tapi juga di dunia. Dampak sosial timbul karena ada tekanan ekonomi.
Kondisi tekanan ekonomi seperti apa yang dimaksud?
Tekanan ekonomi di tengah keterbatasan Covid itu realitas atau fakta yang ada saat ini. Sebenarnya kalau mau diluruskan negara punya kewajiban untuk mengentaskan persoalan ini. Tapi fakta di lapangan itu kan yang menjadi kewajiban itu tidak bisa direalisasikan karena keterbatasan tadi. Kita harus hadapi yang namanya new normal ini, kehidupan normal yang baru.
Bahwa kehidupan normal yang baru itu sudah harus hidup. Sesuai istilah Presiden Jokowi yaitu hidup berdampingan dengan Covid-19. Untuk bepergian orang harus punya izin. Mau masuk ke mall harus ada prosedurnya, jadi orang disarankan untuk sama sekali tidak keluar. Mungkin dalam kondisi new normal nanti kita pergi ke luar itu hanya sesuai kebutuhan saja. Jadi memang lebih baik banyak di rumah. Poin utamanya ada di sana, bukan ekspektasi untuk mengurangi tekanan ekonomi yang saat ini. Walaupun tidak banyak, saya akui new normal ini nantinya paling tidak akan mengurangi tekanan ekonomi, karena pemerintah juga fokus pada penekanan virus tersebut.
Menurut Anda, sudah tepat memberlakukan new normal?
Fakta di lapangan banyak pekerja yang sudah tidak bekerja, bahwa bantuan sosial itu tidak tersalurkan dengan baik, sehingga banyak juga orang yang berkeliaran di luar rumah. Kita tidak bisa menyalahkan masyarakat saja, karena dia di luar untuk mencari nafkah. Fakta di lapangan keterbatasan Pemerintah memberi bantuan juga ada batasan.
Sekalipun ada new normal ini tidak yakin bisa reborn?
Bayangkan, kami di hotel ini punya ballroom yang biasa ada orang wedding. Bagaimana kemudian kami melaksanakan protokol kesehatan dengan baik? Itukan kehidupan absah yang ada di lapangan. Kemudian yang kedua, restoran.
Restoran itu konsepnya macam-macam. Ada restoran yang sifatnya di-serve, diberikan. Ada juga restoran yang sifatnya buffet, jadi kita bisa makan sepuasnya. Di hotel kalau breakfast konsepnya juga seperti itu. Saya yakin new normal itu tidak semua sektor pariwisata bisa bergerak. Belum tentu.
Bagaimana kemudian sektor bisnis hotel dan restoran bisa reborn?