News

Kisah Pasien Sembuh Covid-19, Sempat Meremehkan hingga Dikabarkan Meninggal, Simak Ceritanya!

J, petugas kesehatan haji Kabupaten Sampang merasa menyesal telah meremehkan virus corona.

Editor: Benny Dasman
kompas.com
Beda penanganan pasien Covid-19 tanpa gejala dan yang bergejala 

 POS KUPANG, COM, KUPANG - J, petugas kesehatan haji Kabupaten Sampang merasa menyesal telah meremehkan virus corona.

Bahkan, menganggap virus tersebut tidak ada. Ia baru percaya setelah dirinya terpapar dan merasakan bagaimana virus tersebut bersemayam di dalam tubuhnya.

Pria ini yakin dirinya sudah terpapar Covid-19 setelah melihat tayangan di televisi, ada narasumber pelatihan haji di Surabaya diumumkan sudah positif Covid-19.

Beberapa hari setelah mengikuti pelatihan haji, J merasakan gejala berbeda di tubuhnya seperti indra penciuman terhadap makanan sudah hilang. Batuk kering tanpa dahak, semakin menguatkan dirinya sudah terpapar.

"Saya kemudian tes Swab di RSUD Sampang. Beberapa hari kemudian hasilnya keluar bahwa saya positif Corona," kata J, saat berbincang melalui telpon seluler, Senin (18/5/2020).

Rombongan petugas medis berpakaian hazmat dari RSUD Smart Pamekasan mendatangi rumah J di Desa Pangorayan, Kecamatan Proppo.

Mereka minta agar J mau diisolasi di rumah sakit. Sempat terjadi beda persepsi antara J dengan petugas medis.

J beranggapan, pasien positif dengan gejala ringan seperti dirinya tidak perlu dirawat di rumah sakit, cukup di rumah saja.

"Akhirnya saya memutuskan mau dirawat di rumah sakit setelah beberapa jam berdiskusi dengan pertugas medis," imbuh dia.

Di tengah proses menjalani isolasi, J tinggal satu ruangan bersama dengan rekannya yang sama-sama petugas kesehatan haji, yang lebih dulu diketahui positif.

Sehari-hari, aktivitas yang dilakukannya di dalam ruangan, makan secara rutin, minum obat, rajin berolahraga dan menghatamkan Al Quran.

"Saya tidak mau ambil pusing soal virus corona. Saya beraktivitas seperti biasa. Tapi, saya tawakal kepada Allah dengan menghatamkan Al Quran dan berdoa. Bagi saya, virus itu buatan Allah dan saya dijaga oleh Allah. Maka saya berdoa kepada Allah agar diselamatkan. Itu kunci ketenangan saya selama diisolasi," ungkap dia.

Selama 10 hari, J diterpa ketidakpastian di ruang isolasi soal statusnya apakah sudah sembuh atau belum.

Dua sampel swab yang diambil pada tanggal 13 dan 14 April 2020 tidak kunjung keluar. Biasanya, hasil sawab bisa diketahui setelah lima hari dari pengambilan sampel.

"Akhirnya saya dipulangkan oleh pihak rumah sakit karena hasil tes di Surabaya sudah negatif, tinggal dari Balitbangkes yang belum keluar. Untuk menjaga kemungkinan hasil tes tidak sama, saya di-swab lagi sebelum pulang.
Keesokan harinya, hasil pertama keluar dengan status negatif," kata pria yang sehari-hari bertugas di Puskesmas Tanjung, Kecamatan Camplong, Kabupaten Sampang ini.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved