Mari Belajar dari Yanto Wutun, Petani Hortikultura yang Sukses di Lembata
Yanto Wutun rupanya tak salah memilih jalan hidup sebagai petani. Warga Desa Belobatang, Kecamatan Nubatukan, Kabupaten Lembata
Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM | LEWOLEBA-Yanto Wutun rupanya tak salah memilih jalan hidup sebagai petani. Warga Desa Belobatang, Kecamatan Nubatukan, Kabupaten Lembata ini adalah salah satu petani di Lembata yang sukses mengembangkan tanaman hortikultura.
Di kebun seluas 5 hektare miliknya, Yanto berhasil membudidayakan singkong, ubi jalar, bengkuang, jagung, padi, bawang merah, wortel, jahe, tomat dan kentang. Beberapa bibit rutin dia datangkan dari Kota Kupang. Walhasil, tanaman-tanaman itu tumbuh segar di atas tanah subur tanpa sedikitpun dicampur pupuk.
"Kalau pakai pupuk tanahnya rusak," ungkap Yanto ketika ditemui di Desa Belobatang, Jumat (15/5/2020).
• LIVE STREAMING Konser Solidaritas Bersama Jaga Indonesia Malam Ini RCTI Kompas TV SCTV ANTV NET TV
Hasil panen beraneka tanaman itu dia jual di pasar-pasar yang ada di Kota Lewoleba seminggu sekali. Penghasilannya cukup tak sedikit. Sekali turun pasar dia sudah bisa meraup untung bersih minimal satu juta rupiah. Beberapa penjual gorengan di Kota Lewoleba yang jadi langganan juga sering memesan singkong darinya.
Berkat kerja kerasnya sebagai petani hortikultura, ayah satu orang anak ini sudah bisa membeli sepeda motor dan mendirikan rumah. "Asalkan ada kemauan saja," pesannya seraya merekah senyum.
• Ini Pernyataan Said Didu Setelah Diperiksa 12 Jam Kasus Dugaan Pencemaran Nama Baik Luhut Pandjaitan
Pria berusia 37 tahun ini ternyata baru serius menggeluti pekerjaan sebagai petani pada tahun 2015. Sebelumnya dia tak memiliki pekerjaan tetap.
Usai menikah, Yanto mulai menanam padi dan jagung selama dua tahun. Pada tahun 2016, dia bersama sekelompok petani dari Desa Belobatang sempat magang selama dua minggu di Ende dalam program pemberdayaan budidaya tomat.
Dari sekelompok yang magang itu, hanya Yanto yang tekun bertani sampai sekarang. "Tahun-tahun awal masih dengan beberapa bedeng untuk tanam padi dan jagung saja tapi gagal total. Saya putus asa karena kebun besar lalu tidak ada hasil sama sekali waktu itu. Akhirnya saya coba tanaman hortikulultura dan ternyata berkembang sampai sekarang," kenangnya.
Suami dari Maria Yasinta Ema Pegan ini tergolong petani yang tekun dan sabar. Dengan modal satu traktor tangan pinjaman dari kelompok tani, pria tamatan sekolah dasar ini bekerja seorang diri membuka lahan dan membajak tanah. Kesabarannya teruji sebab semua tanaman itu tumbuh subur hanya berkat restu alam dan air hujan.
Tak ada air tanah yang bisa dia manfaatkan karena sangat jauh dari pemukiman. Di dekat situ ada sebuah embung air yang dibangun memakai dana desa tetapi belum bisa digunakan karena proses pengerjaannya masih mandek.
Jarak kebunnya dari pemukiman kampung cukup jauh, berada di hamparan subur bukit Maliongan. Setelah dibukanya akses jalan setapak, Yanto sudah bisa bermotor dari desa pergi ke kebun.
Penjabat Kepala Desa Belobatang Paskalis Udak menceritakan kesuksesan petani muda itu kepada Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Lembata Mathias Beyeng.
Bersama dua orang staf, Paskalis dan ditemani para aparat desa, Mathias berkesempatan melihat langsung hasil tanam si petani muda dan berdiskusi dengannya; kira-kira bantuan apa yang bisa pemerintah daerah berikan kepadanya.
Di hadapan Mathias, Yanto menyebut beberapa kendala yang ia hadapi selaku petani di desa. "Wortel dan bawang merah itu pasarnya susah, kita sulit bersaing dengan yang dari luar Lembata. Pasarnya belum, jadi harus produksi dalam skala besar," keluhnya.
Selain terkendala air, Yanto juga ternyata masih memakai traktor pinjaman dari kelompok tani. Pada kesempatan itu, dia meminta pemerintah membantunya sebuah traktor untuk membajak tanah. "Tapi sudah ditarik pulang," sebutnya.
Selain itu, Yanto juga mengakui tidak adanya penyuluh pertanian yang mumpuni, penyuluh yang bisa mengajari kiat-kiat berantas hama dan metode penanaman inovatif lainnya petani otodidak sepertinya. Ia sangat berharap pemerintah bisa mengatasi pelbagai kendala yang dihadapi. "Saya siap jadi penyuluh swadaya bagi masyarakat petani lainnya di desa," tegas Yanto.
Belobatang Perlu Mental Petani Seperti Yanto Wutun
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Lembata Mathias Beyeng kagum dengan sosok petani muda seperti Yanto Wutun. Tanah subur Desa Belobatang menurutnya sangat cocok untuk budidaya tanaman hortikultura. Kerja keras Yanto jadi tolok ukur. Dia berharap para petani lainnya bisa mengikuti jejak kesuksesan Yanto.
"Kami datang mau beri dukungan kepada masyarakat petani di sini. Kami sudah ada bayangan tentang apa yang harus kami buat. Ini kalau lima orang bisa seperti Yanto maka kebutuhan sayur di Lembata ini kita kuasai," kata Mathias.
"Sekarang ini, semua kebutuhan datang dari luar Lembata. Kalau ada yang bisa kembangkan lagi satu atau dua orang seperti Yanto maka kita bisa kuasai pasar," tambahnya.
Mathias menyanggupi beberapa permintaan Yanto. Dia minta masyarakat menyiapkan lahan yang akan dibajak menggunakan traktor besar. Selama ini pemerintah memang punya program bajak gratis sampai ke pelosok desa.
Sementara itu Penjabat Kepala Desa Belobatang Paskalis Udak memang menginginkan masyarakat di desanya mengembangkan pertanian hortikultura. Hanya dia mengakui mental masyarakat perlu diubah. Tanah subur saja belum cukup.
"Saya di sini memang harus keras, kita harus ubah mental masyarakat. Makanya saya minta semua aparat desa wajib punya kebun. Seluruh aparat desa harus punya kebun supaya masyarakat bisa lihat," kata Paskalis yang baru dilantik menjadi penjabat kepala desa.
Bagi Paskalis, di tengah masa pandemi Covid-19 seperti ini, warga Desa Belobatang tidak boleh ribut lago soal Bantuan Langsung Tunai (BLT) dari pemerintah. Sejatinya, masyarakat harus bisa memanfaatkan potensi alam yang subur untuk bisa hidup dan berkembang.
Paskalis mengakui hanya Yanto Wutun yang terbilang sukses mengembangkan tanaman hortikultura. Lebih jauh, Paskalis mengungkapkan mimpinya menjadikan Desa Belobatang atau Kampung Uruor sebagai sentra pengembangan tanaman hortikultura di Lembata.
"Kalau kita intervensi betul dari dana desa dan APBD kabupaten maka luar biasa hasilnya," pungkasnya.
Yanto Wutun sudah jadi teladan yang baik. Tinggal yang lain mengikuti. Syaratnya, "asal ada kemauan," seperti pesan Yanto. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ricko Wawo)