Corona di NTT

Fakta Lengkap Pasien Virus Corona Covid-19 Kupang yang Meninggal, Lapak Daging Pasar Inpres Ditutup

Berikut sejumlah fakta terkait pasien virus corona Covid-19 di Kupang yang meninggal dunia

Penulis: Bebet I Hidayat | Editor: Bebet I Hidayat
POS-KUPANG.COM/Dok Dispen Lantamal VII
Ilustrasi - Prajurit Batalyon Marinir Pertahanan Pangkalan (Yonmarhanlan) VII Kupang sedang melakukan simulasi evakuasi pasien suspek Covid-19 saat Pelatihan Penanggulangan Dampak Wabah Covid-19 Lantamal VII. 

"Saat dirujuk, ia mengeluh sesak nafas dan sesak dada. Makanya dilakukan rapid test. Ketika hasil positif, ia kemudian di swab," tambahnya.

3. Penjual Daging di Pasar Inpres 

Sejak beredar kabar meninggalnya pasien Covid-19 yang berjualan di lapak daging sapi Pasar Kasih Naikoten I atau dikenal dengan nama Pasar Inpres, Kupang, lapak jualan milik almarhum terlihat kosong.

Menurut Daud Lian, koordinator lapak daging sapi, lapak itu baru kosong kemarin, sejak beredar kabar pasien tersebut meninggal.

Kondisi lapak jualan milik pasien Covid-19 yang meninggal kemarin, Selasa (12/05/2020)
Kondisi lapak jualan milik pasien Covid-19 yang meninggal kemarin, Selasa (12/05/2020) (POS-KUPANG.COM/ELLA UZU RASI)

"Kalau semprot disinfektan itu dari Januari. Itu datang semprot hanya lari - lari sa setelah itu tidak ada lagi. Mulai kemarin kejadian, langgar mungkin 1 jam atau 2 jam ini orang meninggal baru datang semprot kasih banjir ini semua" ujar ketua Asosiasi Penyedia Daging Kota Kupang ini.

4. Tak lagi jualan sejak 1 bulan lalu

Koordinator lapak daging sapi, Daud Lian mengatakan, almarhum sudah tidak lagi berjualan sejak 1 bulan lalu.

"Selama beberapa hari ini kita sudah dengar bahwa dia menderita penyakit corona tetapi sebagai keluarga sebagai kawan sesama penjual di sini tidak percaya karena kenapa dia corona tidak diisolasi bahkan keluarganya masih dampingi dia sampai kemarin. Istri dan adiknya masih jaga dia terus" katanya.

"Nah begitu dengar pengumuman corona 1 atau 2 jam kemudian langsung meninggal makanya keluarganya sekarang sudah diisolasi semua" tambahnya.

Ia mengatakan, almarhum Filmon tidak pernah kontak dengan orang luar karena selama ini hanya dari rumah ke pasar kemudian pulang.

Tidak pernah ada riwayat jalan keluar.

Sebagai masyarakat ia menilai penanganan Covid-19 ini terlambat sekali.

"Katanya anggaran untuk Covid-19 ini besar sekali tapi tidak fokus di tempat-tempat publik. Sementara semua tempat publik di Kupang ini sudah tutup tinggal pasar saja. Bahkan semua rumah - rumah ibadah rumah - rumah makan, tidak ada yang buka jadi sebenarnya tim gugus tugas kalau mau serius menangani untuk antisipasi ini Covid-29 maka harusnya mungkin seminggu sekali lakukan penyemprotan di pasar. Setelah orang sudah meninggal baru datang semprot. Kan ini lucu" katanya.

"Imbauan dari pemerintah bahwa jangan bikin panik masyarakat. Ini justru pemerintah yang bikin panik. Orang sudah meninggal baru datang semprot. Kalau mau begitu dari jauh - jauh hari supaya jangan ada korban begini. Logikanya begitu" tambahnya lagi.

Ia juga mempertanyakan imbauan dari gugus tugas Covid-19 yang mengatakan bahwa siapa yang mengetahui ada yang terinfeksi atau ada indikasi langsung buat laporan supaya cepat ada penanganannya.

Halaman
1234
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved