Opini Pos Kupang
Lawan Covid-19 dan Infodeminya di NTT
Kami di FPRB melakukan survei daring sederhana selama lima hari (1-5 Mei 2020) untuk memetakan pengalaman warga NTT ditengah pendemi Covid-19 ini.
Penulis: Ferry Jahang | Editor: Ferry Jahang
Tetapi ada kecenderungan bahwa informasi medis masih lebih dicari oleh responden daripada informasi tentang sosial ekonomi, seperti ketahanan pangan masyarakat dalam masa pandemi dan transparansi bantuan sosial Covid19.
Selain itu, berita palsu atau hoaks masih banyak diperoleh responden. Mayoritas responden (35,2%) mengaku 20% - 50% informasi yang diperoleh adalah hoaks.
Bahkan 29,1% responden memperkirakan 50%-80% berita yang diterima adalah berita palsu. Tidak mengherankan media social dengan karakteristik tanpa saringannya merupakan sumber hoaks terbesar.
Berdasarkan pengalaman 51,2% responden, hoaks terbanyak ditemukan di platform Facebook dan disusul oleh WhatsApp (36,9%).
Responden berharap bahwa informasi resmi dari pemerintah bisa menjadi sumber informasi yang benar dan anti-hoaks.
Mayoritas responden (50,4%) berharap bisa mendapatkan informasi resmi pemerintah antara 1 sampai 3 kali.
Sampai saat survey ini ditutup, mayoritas responden mengaku bahwa informasi yang didapatkan dari pemerintah sudah memenuhi harapannya (53,2%).
Walau demikian, itu artinya masih 46,8% responden yang mengaku bahwa informasi yang diterima dari pemerintah belum memenuhi harapannya.
Demikian juga bentuk penyajian dan timing informasi menentukan ketertarikan responden. Informasi spasial dengan data realtime merupakan pilihan 50,1% responden.
Yang menarik adalah, hanya 0,7% responden mengaku tertarik dengan flyer yang merupakan bentuk penyajian informasi di media sosial yang sangat populer.
Ada 66% responden menginginkan kampanye melawan Covid-19 di NTT juga dapat dalam bahasa daerah, sehingga pesannya lebih akrab dan lebih dipahami.
Bagian terakhir survei ini menyoroti maraknya pemanfaatan diskusi Covid-19 di NTT melalui Webinar.
76,8% responden menyatakan bahwa mereka tidak pernah mengikuti diskusi webinar dan bagi yang pernah mengikutinya mayoritas
menyatakan bahwa informasi yang didapat belum sesuai harapan mereka.
Ini menjadi masukan bagi para pelaksana diskusi webinar agar dapat mengemas dialog dengan tema yang dapat lebih banyak menarik minat publik serta host dialog dapat mengarahkan diskusi agar narasumber dapat memberikan informasi yang tepat.
Meskipun tidak dapat mewakili seluruh warga NTT, survei daring ini sekiranya menggambarkan harapan warga terhadap informasi yang harusnya mereka terima.