Kapolsek Oebobo Kompol I Ketut Saba: Saya Orang Kampung, Tetapi Berusaha Bekerja Yang Lebih Baik
dibuktikan bahwa sejatinya ia bisa seperti orang lain yang berasal dari latar belakang keluarga berpendidikan.
Kapolsek Oebobo Kompol I Ketut Saba: Saya Orang Kampung, Tetapi Berusaha Bekerja Yang Lebih Baik
POS KUPANG.COM| KUPANG-- Pencapaian prestasi sebagai Kapolsek yang diraih oleh seorang
"anak kampung yang terlahir dari orang tua yang tidak berpendidikan" adalah simpul-simpul proses yang menjelma dantuntas dibuktikan bahwa sejatinya ia bisa seperti orang lain yang berasal dari latar belakang keluarga berpendidikan.
" Jujur, orang tua saya tidak sekolah. Saya 8 bersaudara. kakak saya nomor 1 sampai nomor 6 tidak sekolah. Sedangkan, kakak saya nomor 7 sekolah, karena pada saat itu sudah berada pada era yang agak maju. Habis itu saya juga sekolah. Saya orang kampung, tetapi saya telah membuktikan bahwa saya juga bisa seperti orang lain yang berasal dari keluarga berpendidikan," demikian dikatakan Kompol I Ketut Saba, Senin, (29/4/2020) di ruang kerjanya.
Waktu itu, Setelah menamatkan pendidikan Sekolah Menengah Atas ( SMA), terang Kompol I Ketut Saba, salah seorang tetangganya yang pada saat itu bekerja di PT. Telkom memberitahunya bahwa akan ada pembukaan calon polisi baru.
Setelah mendapat restu dari orang tua serta motivasi dari tetangga nya, ia kemudian mengikuti tes calon polisi hingga akhirnya lulus, mengikuti pendidikan dan kemudian ditempatkan di TTU pada tahun 1988.
Saya pertama kali, kata Kompol I Ketut Saba, ditempatkan di TTU dan sewaktu masih menjadi bintara banyak menghabiskan waktu di unit reserse.
Setelah beberapa waktu berselang ia kemudian mengikuti tes perwira dan lulus lalu kembali bertugas di TTU sebagai Kapolsek.
Pada fase awal saat menjabat sebagai Kapolsek TTU, merupakan babak baru dalam karirnya di mana disuguhi banyaknya tantangan, kritikan dan asumsi dari masyarakat yang ditinggalkan Kapolsek terdahulu bahwa kasus yang terjadi hanya dapat didamaikan.
Dikatakan Ketut, bahkan salah seorang mahasiswa pernah datang memukul meja karena Polsek dianggap tidak bekerja.
" Kalo saya baru duduk bekerja dan pak langsung protes saya tidak bisa jawab, nanti pak lihat sendiri dan ada kasus dari kampungnya mahasiswa. Saya bilang proses tidak ada damai bagi saya. Naik, naik terakhir tidak ada yang berani berkomentar,"
Hal yang tak jauh berbeda ketika dirinya ditugaskan sebagai Kapolsek di SumbaTengah, Saat pertama kali menjabat sebagai Kapolsek di sana, dirinya pun mendapatkan kecaman sinis dari masyarakat karena asumsi dari masyarakat bahwa kasus ketika ditangani polisi hanya sampai pada upaya damai apalagi yang marak terjadi di sana adalah kasus pencurian.
Jadi, selama 3 tahun saya bertugas di Sumba, urai Kompol I Ketut Saba, tidak ada kasus damai.
Menurut saya, kata Kompol I Ketut Saba, karakter kita sebagai masyarakat tidak bisa sekadar berbicara untuk tidak boleh melakukan ini atau itu. Sebagai Kapolsek, targetnya adalah pengungkapan kasus harus lebih maksimal, harus lebih banyak dan kasus damai itu harus dikurangi.
" Jadi, kesimpulan kalo saya bekerja, bagi saya persoalan itu harus dibuktikan dengan hukum dan tidak bisa dibuktikan dengan omongan saja baru orang bisa sadar," tegasnya.