Anton Doni : Perlu Ada Skema Bantuan untuk Cluster Mahasiswa Terdampak

Belum ada skema bantuan yang secara jelas ditujukan kepada mereka. Pemerintah diharapkan tidak tutup mata terhadap cluster

Editor: Rosalina Woso
POS-KUPANG.COM/ISTIMEWA
Garda NTT bersama mahasiswa Flores Timur 

Anton menambahkan, alternatif ketiga, yang minimalis, adalah bantuan Pemda. Sejauh ini sudah ada beberapa Pemda, baik Pemda provinsi maupun Pemda kabupaten yang mengambil langkah belas kasih. Langkah itu ada yang sudah direalisir dan ada yang barus sebatas dijanjikan. Tentu ada prinsip kehati-hatian di sana. Tetapi sekaligus harus dikatakan bahwa prinsip kehati-hatian berlebihan sampai terlalu lama menunda dan bahkan meniadakan bantuan adalah sesuatu yang tidak wajar. Jumlah bantuan itu tidak besar.

Dalam kasus NTT, tegas Anton, kemungkinan mahasiswa perantauan yang mengalami kesulitan finansial di musim pandemi ini per kabupaten tidak sampai 1000 orang. Jika satu orang mahasiswa dapat didukung dengan Rp. 200.000 per bulan, maka anggaran untuk urusan ini tidak besar. Kebanyakan kabupaten jumlah mahasiswa terdampak mungkin jauh di bawah angka 1000 orang. Karena itu, dukungan anggaran selama 3 bulan saja masih jauh di bawah angka Rp. 1 milyar.

Anton menegaskan, dalam kasus mahasiswa NTT, harus dikatakan bahwa kita sedang berterima kasih kepada Kementerian Sosial yang mungkin akan memberikan bantuan sembako untuk mahasiswa se-Jabodetabek. Bantuan ini tentu didukung oleh kerja para relawan Garda NTT yang menyampaikan permohonan dengan dukungan data yang kuat. Garda NTT bahkan sudah berjalan dengan sejumlah usaha dan penyaluran bantuan melalui usaha-usaha mandiri mereka. Dan ini merupakan kredibilitas yang tidak boleh dianggap enteng.

Mahasiswa dari sejumlah daerah semacam NTT, kata Anton,  memang patut mendapat perhatian khusus. Data makro tentang kemiskinan dan tingkat pendapatan daerah sudah bisa dijadikan pegangan. Jika Papua dan Papua Barat sebagai provinsi termiskin pertama dan kedua memiliki dana otonomi khusus dan dengan peredaran uang di lingkungan mahasiswa yang lebih baik, NTT sebagai provinsi termiskin ketiga tidak memiliki keistimewaan tersebut. Dan karena itu memiliki kerentanan tertinggi.

Anton menambahkan, musim pandemi Covid 19 adalah momentum solidaritas. Yang harus diungkapkan dalam kebijakan yang empatetik. Kebijakan yang berangkat dari pemahaman yang cermat atas keadaan-keadaan nyata di lapangan, yang mungkin berbeda antar daerah, yang mungkin tidak terlihat dari bacaan sepintas kita terhadap angka-angka statistik.

"Mata hati dan mata ilmu pengetahuan lain di luar statistik dapat membantu kita melihatnya," ujar Anton putra asal Flores Timur ini .(*)

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved