Fadli Zon Cibir Bantuan Jokowi untuk Rakyat Saat Corona, Waketum Gerindra: Gak Perlu Logo Pencitraan
Wakil Ketua Umum Gerindra Fadli Zon mencibir bantuan presiden Jokowi untuk masyarakat di tengah Pandemi Corona
Penulis: Hasyim Ashari | Editor: Hasyim Ashari
Fadli Zon Cibir Bantuan Jokowi untuk Rakyat Saat Corona, Waketum Gerindra: Gak Perlu Logo Pencitraan
POS-KUPANG.COM, JAKARTA - Wakil Ketua Umum Gerindra Fadli Zon mencibir bantuan presiden Jokowi untuk masyarakat di tengah Pandemi Corona yang saat ini sedang terjadi di Indonesia.
Fadli Zon menilai rakyat lebih butuh isinya ketimbang logo bantuan presiden yang ia nilai sarat dengan pencitraan.
Ia juga mengingatkan kalau zaman sudah berubah.
Tidak hanya itu, bantuan presiden pada hakikatnya menurut Fadli Zon juga berasal dari uang rakyat.
"Ini bansos (bantuan sosial) atau banpres (bantuan presiden)? Zaman sdh berubah harusnya nggak perlu pakai logo utk pencitraan. Toh uang rakyat kembali ke rakyat. Bukan uang pribadi Presiden. Sy yakin rakyat tak butuh tas berlogo “banpres” tapi isinya," tulis Fadli Zon di akun Twitter miliknya.
Postingan ini dikomentari beragam netizen.
@bendoganteng: Saya juga tidak butuh ocehan bang @fadlizon yg tidak bermutu ini sekarang jaman udah berubah saya tidak butuh wakil rakyat yg hanya bisa nyinyir yg engga jelas begini percumah anda jadi wakil rakyat tapi sayang anda terlalu bodoh
@KenAstayasa: Saya butuh masker 50jt Dam duit 11.000T...Mana???
@bintertmpubolon: Rakyat ga butuh ocehan anda bung!
@OrangKoslet: Kalau @jokowi ngga perlu isinya tapi pencitraannya sampai kpd masyarakat karena JKW tdk legitimate di mata masyarakat.
* Mensos Akui Bansos Sempat Tersendat karena Tas Jinjing Belum Tersedia
Menteri Sosial Juliari Batubara mengakui distribusi bantuan sosial berupa paket sembako sempat tersendat karena persoalan kemasan.
Meski paket sembako sudah tersedia, namun terjadi keterlambatan dalam produksi tas jinjing yang digunakan untuk mengemas sembako.
"Awalnya iya (sempat tersendat) karena ternyata pemasok-pemasok (tas) sebelumnya kesulitan bahan baku yang harus impor," kata Juliari kepada wartawan, Rabu (29/4/2020).
