Guru Mengajar Murid di Rumah, Tak Punya Hp Android
Proses belajar mengajar secara online ( daring) terkendala fasilitas. Sejumlah guru dan murid di Kabupaten Sikka ternyata tidak memiliki handphone
POS-KUPANG.COM | MAUMERE - Proses belajar mengajar secara online ( daring) terkendala fasilitas. Sejumlah guru dan murid di Kabupaten Sikka ternyata tidak memiliki handphone (Hp) Android.
Padahal, teknologi komunikasi ini merupakan sarana penting untuk kegiatan belajar mengajar online di rumah antara guru dan murid, saat sedang pandemi virus Corona ( Covid-19).
Kebijakan social distancing yang diterapkan pemerintah 'terpaksa' dilanggar. Hal ini terjadi di Desa Riit, Kecamatan Nita. Guru Sekolah Dasar Negeri (SDN) Riit mendatangi rumah muridnya, memberi pelajaran, penugasan dan mengambil kembali hasil pekerjaan murid. Kagiatan serupa dilaksanakan stiap hari oleh guru. Soal-soal penugasan bersumber dari buku mata pelajaran.
• Hikmah RAMADHAN: Meneladani Rasulullah SAW
"Kami tinggal di gunung, topografi kami paling berat. Setiap hari guru mata pelajaran datang ke rumah murid-muridnya memberi pelajaran, tugas dan mengambil kembali tugas yang diberikan," tutur Kepala SDN Riit, Fransiskus Dominikus, Senin (27/4/2020).
Menurut Dominikus, selama bulan Maret 2020, pelajaran yang bisa dilaksanakan hanya untuk murid kelas IV. Sedangkan pada April, berlangsung serentak kepada 182 murid kelas I-VI.
• Politeknik Negeri Kupang Bantu Bilik Disinfektan
Ia mengakui kunjungan guru ke rumah murid lumayan berat dengan kondisi topografi Desa Riit. Namun, pilihan ini paling mungkin dilaksanakan dibanding menggunakan Hp android.
"Banyak orangtua murid belum punya Hp jenis android. Guru-guru saja belum semuanya punya, apalagi mengoperasikannya. Kami pilih kunjungan ke rumah murid," katanya.
Dominikus mengungkapkan, kunjungan guru sehari sekitar tiga rumah murid. Kadang, saat guru tiba murid tak berada di tempat. "Kepala sekolah dan pengawas yang pantau dan kita lakukan evaluasi," ujarnya.
Di beberapa sekolah lain di Kecamatan Nita, lanjut Dominikus, dijadwalkan murid ke sekolah setiap hari. Pilihan itu memakan waktu yang lama dan potensial terjadi kumpulan anak-anak yang semestinya dihindari.
Ada juga pelajaran menggunakan siaran radio. Hal ini mulai dilaksanakan Senin (27/4) untuk murid kelas IV dan V. Namun, tidak semua orangtua murid memiliki radio.
"Kami jalani saja dulu. Kunjungan ini tergantung banyaknya murid disetiap kelas. Pantauan sementara, kadang guru datang, muridnya tidak ada di rumah. Mereka harus datang lagi hari berikutnya," ucap Dominikus.
Kumpul Murid
Hal serupa dilakukan Fransiska Noviany kepada murid kelas 4 SDI Belang, Kecamatan Alok Barat. Guru honorer ini harus mendatangi satu per satu rumah (door to door) muridnya. Setelah mengumpulkan beberapa murid, Fransiska pun mengajar.
Pada Senin (27/4) pagi, wanita yang akrab disapa Novi ini mengajar delapan murid di sebuah rumah. Novi menjadi guru honorer sejak 15 Juni 2013, berdasarkan SK Komite Sekolah dengan honor Rp 350 ribu/bulan. Saat ini mendapat insentif dari Pemda Sikka Rp 500 ribu/bulan yang dibayar setahun sekali.
Menurut Novi, honor dan insentif tidak mencukupi kebutuhan hidupnya bersama tiga orang anak. Namun hal itu tidak membuat semangatnya surut. Apa yang dilakukannya dilatari rasa berutang terhadap anak-anak yang belum disiapkan secara matang menghadapi ujian kenaikan kelas.