Di Nagekeo Masyarakat Adat Boawae Gelar Ritual Adat Tolak Bala, Berikut Liputannya!
Budaya dan adat-istiadat yang diwariskan oleh para leluhur masih tetap dilestarikan di Nagekeo hingga saat ini
Penulis: Gordi Donofan | Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM | MBAY -- Budaya dan adat-istiadat yang diwariskan oleh para leluhur masih tetap dilestarikan di Nagekeo hingga saat ini. Seperti di Kecamatan Boawae. Masyarakat adat dalam wilayah di radius ibu kota Kecamatan Boawae (Nage Sa Pale) di Kecamatan Boawae, menggelar ritual adat tolak bala untuk menolak Covid-19.
Informasi yang dihimpun POS-KUPANG.COM, Jumat (24/4/2020) menyebutkan, ritual "Tu Ze, Loka Libha Noa Corona" tersebut dilaksanakan selama 3 hari, terhitung sejak Selasa, 21 April 2020 hingga Kamis, 23 April 2020.
• Ini Pesan Vikep Ende Dalam Bahasa Daerah Nagekeo Lawan Corona
Nage Sa Pale meliputi wilayah Desa Rigi, Kelurahan Nagesaphdi, Kelurahan Natanage, Kelurahan Natanage Timur, Kelurahan Nageoga dan Kelurahan Olakile.
Camat Boawae, Sales Ujang Dekrasano, menjelaskan pelaksanaan ritual adat tersebut telah sepengetahuan dan seizin dirinya dan Forkompimcam Boawae.
"Sebelumnya, saya didatangi oleh para tokoh adat yang menyampaikan niat mereka untuk melakukan ritual adat tolak bala, sehubungan dengan virus corona," ungkap dia.
• Hasna Bersyukur Terima Sembako Dari Karantina Ende
Ia menyatakan menimbang seluruh elemen masyarakat perlu terlibat dalam memberantas virus vorona dan bahwa tujuan pelaksanaan ritual adat tersebut adalah untuk kebaikan bersama.
Ia menyampaikan dirinya sebagai pimpinan wilayah mendukung pelaksanaan ritual adat tersebut.
"Sebab agama, adat dan pemerintah adalah 3 batu tungku yang tidak terpisahkan dan berperan saling mendukung. Tetapi saya mensyaratkan bahwa pelaksanaan ritual adat tersebut harus sejalan dengan protap pencegahan Covid -19," ungkapnya.
Ia mengatakan para tokoh adat menyanggupi persyaratan tersebut dan menyetujui syarat dengan menerapkan protokol kesehatan.
"Karena itu, ritual kemudian dilaksanakan dengan hanya melibatkan 10 orang perwakilan dari setiap desa/ kelurahan untuk mencegah terjadinya kerumunan massa. Para peserta ritual juga semuanya mengenakan masker dan menjaga jarak aman dengan peserta lainnya," ujarnta.
Ia mengaku sebagai pimpinan wilayah, dirinya mengapresiasi niat baik tokoh adat dan segenap masyarakat Kecamatan Boawae yang telah menjalankan keseluruhan proses ritual adat tersebut dengan tertib, aman dan lancar.
"Saya sangat mengapresiasi pelaksanaan ritual adat tersebut. Saya juga mengapresiasi warga Kecamatan Boawae yang dengan tertib mengikuti keseluruhan proses adat tersebut. Sebagai informasi, selama 3 hari pelaksanaan ritual adat, masyarakat tidak diperkenankan untuk beraktifitas di luar rumah, dan masyarakat menaati semua ketentuan tersebut dengan tertib. Hal ini sangat saya hargai," ungkapnya.
Sementara itu, tokoh adat Boawae Yohanes Lako menyampaikan pihaknya melaksanakan ritual adat Tu Ze, Loka Libha Noa Corona tersebut dengan maksud untuk menolak Covid-19.
"Keputusan untuk menggelar ritual adat tersebut, berangkat dari kepercayaan masyarakat adat yang telah dilaksanakan turun temurun," katanya.
Di masa lalu, jelas Yohanes, masyarakat adat memiliki tradisi melaksanakan upacara adat "Tu Ze, Loka Libha" untuk mengusir wabah penyakit menular, penyakit pada hewan dan serangan hama pada tumbuhan.