Virus Corona

Mengapa Kasus Corona Terus Menurun di Australia, Nyaris Tak Ada Kasus Baru?

Hari Senin (20/4/2020) tiga negara bagian terbesar di Australia New South Wales, Victoria dan Queensland melaporkan angka penularan terendah

Penulis: Agustinus Sape | Editor: Agustinus Sape
ABC News/Tom Joyner
Kasus virus corona di sejumlah negara bagian di Australia cenderung menurun dalam beberapa waktu terakhir. 

Mengapa Kasus Corona Terus Menurun di Australia, Nyaris Tak Ada Kasus Baru?

POS-KUPANG.COM - Angka penularan virus corona semakin menurun di seluruh negara bagian di Australia.

Beberapa aturan soal pembatasan kegiatan warga sudah atau akan dilakukan, meski pejabat mengatakan kondisi saat ini masih berisiko dengan penularan virus corona.

Hari Senin (20/4/2020) tiga negara bagian terbesar di Australia New South Wales, Victoria dan Queensland melaporkan angka penularan terendah dalam lima minggu terakhir.

Di Queensland, untuk pertama kalinya sejak 40 hari lalu, tidak ada kasus baru corona dalam 24 jam terakhir. Dengan demikian total kasus di negara bagian dengan ibukota Brisbane ini adalah 1.019 kasus.

Di New South Wales, juga tercatat enam kasus baru, yang merupakan angka terendah dalam lima minggu terakhir.

Ini adalah angka terendah sejak 10 Maret lalu, saat itu ada empat kasus.

Sekarang di New South Wales jumlah kasusnya 2.963 dan masih menjadikan negara bagian dengan kasus Covid-19 tertinggi di Australia.

Di negara bagian Victoria, dengan ibu kota Melbourne, juga hanya ada satu kasus dalam 24 jam terakhir, sehingga keseluruhan kasus COVID-19 adalah 1.329.

Di negara bagian lain, Australia Selatan, Kawasan Australia Utara (NT), Kawasan Ibukota Australia (ACT), dan Tasmania, angka penularan juga terus menurun, bahkan ada yang sudah tidak melaporkan kasus baru selama 48 jam terakhir.

Pemerintah Federal serta pemerintah negara bagian sudah mulai membicarakan kemungkinan pelonggaran aturan pembatasan aktivitas warga.

Di tingkat federal yang sedang dibicarakan adalah kemungkinan tindakan medis, seperti operasi, yang sebelumnya dilarang, karena kekhawatiran akan adanya penularan jika dilakukan.

Masalah tersebut akan dibahas dalam pertemuan kabinet nasional Australia yang melibatkan para menteri kabinet dan para kepala negara bagian, atau premier.

Beberapa pantai di Sydney akan dibuka kembali

Di negara bagian New South Wales, beberapa kawasan pantai di daerah pemukiman Sydney Timur, seperti Coogee, Clovelly dan Maroubra akan dibuka lagi hari Senin (20/4) setelah ditutup bulan lalu, sebagai bagian dari kebijakan 'social distancing'.

Namun Premier NSW, Gladys Berejiklian mengatakan warga harus menunjukkan perilaku yang bertanggung jawab.

"Ini semua tergantung kepada tanggung jawab pribadi, bila Anda ingin tempat-tempat ini tetap dibuka, maka lakukan hal yang benar," kata Premier Berejiklian.

"Jika tidak, jangan marah dan kecewa, kalau pemerintah setempat mengambil tindakan," ujarnya lagi.

Kawasan pantai yang paling terkenal di Sydney, yakni Bondi Beach belum dibuka untuk umum.

Premier Victoria Daniel Andrews mengatakan cafe, bar dan restoran belum akan diizinkan untuk dibuka dalam waktu dekat.
Premier Victoria Daniel Andrews mengatakan cafe, bar dan restoran belum akan diizinkan untuk dibuka dalam waktu dekat. (ABC News/Ron Ekkel)

Sementara itu, di Victoria, Premier Daniel Andrews mengatakan pelonggaran beroperasi bar, cafe dan restoran tampaknya masih akan butuh waktu lagi, meski angka penularan di Victroia terus menurun.

"Bila warga berpikiran bahwa sekarang semua sudah berakhir, angka sangat rendah, dan kita semua bisa kembali ke kehidupan normal, jawabannya adalah tidak."

Negara bagian Victoria menerapkan status keadaan darurat sampai akhir Mei, namun pembatasan aktivitas warga terkait virus corona tampaknya masih akan lebih lama dari itu.

Premier Daniel Andrews kembali mengingatkan kemungkinan pelonggaran aturan yang terlalu dini malah berisiko adanya gelombang kedua penyebaran virus corona, seperti yang terjadi di Singapura dan Jepang.

"Begitu banyak negara di dunia menerapkan aturan yang sama, dan kemudian melonggarkan atruan tersebut, kemudian virus kembali dan harus melakukan karantina yang lebih buruk dari apa yang kita lakukan sekarang," kata Premier Daniel Andrews.

Di negara bagian Queensland, tidak adanya kasus corona sama sekali dalam 24 jam terakhir disambut baik oleh Premier Annastacia Palaszczuk.

"Ini berita yang bagus sekali, hal yang sudah ingin kita lihat dalam beberapa minggu terakhir."

"Dari jumlah penduduk yang besar di Queensland — hampir 5 juta orang — sampai kemarin tidak ada kasus, saya kira sudah 81 hari sejak kita mencapai rekor ini."

"Bila kita bisa mempertahankannya dalam minggu-minggu mendatang, saya yakin berarti kita bisa membuat beberapa perubahan dan melonggarkan beberapa hal," katanya.

Sejauh ini belum ada yang meninggal karena COVID-19 di negara bagian Northern Territory.
Sejauh ini belum ada yang meninggal karena COVID-19 di negara bagian Northern Territory. (Reuters/Flavio Lo Scalzo)

Di negara bagian yang lebih kecil, seperti Kawasan Australia Utara atau Northern Territory, keadaannya jauh lebih baik.

Minggu kemarin (19/4/2020), Premier Michael Gunner mengatakan negara bagiannya merupakan "tempat yang paling aman di Australia saat ini".

Angka statistik sejauh ini mendukung pernyataan tersebut.

Di NT, angka infeksi virus corona merupakan yang terendah di Autralia, yaitu 11,4 kasus per 100 ribu penduduk, dibanding di NSW dengan angka tertinggi, yaitu 36,17 kasus per 100 ribu penduduk.

Sejak adanya kasus positif dua minggu lalu di NT, selama 14 hari terakhir tidak ada kasus penularan antarwarga, selain juga menjadi satu-satunya negara bagian di Australia yang sejauh ini belum ada yang meninggal karena Covid-19.

Aplikasi Pemantau

Mengapa kasus virus corona bertendensi menurun di Australia? Jawabannya, antara lain karena adanya penggunaan teknologi komunikasi, berupa aplikasi di telepon pintar.

Namun aspek kebebasan individu dan privacy dalam sistem demokrasi menjadi kendala.

Menurut informasi yang diperoleh ABC News, Pemeritah Australia kini tengah mengembangkan aplikasi yang bisa digunakan untuk memantau setiap pergerakan warga.

Aplikasi tersebut, menurut sumber ABC News, akan siap dalam dua pekan mendatang namun pemerintah tidak bisa memaksakan agar warga Australia mengunduhnya.

Aplikasi yang dikembangkan bersama pihak swasta ini bersifat sukarela bagi siapa saja yang ingin membantu upaya melacak penyebaran Covid-19.

Warga yang mengunduh aplikasi ini juga diminta untuk memberikan izin tertulis, sebelum pemerintah bisa melakukan pemantauan atas gerak mereka.

Pengembangan aplikasi ini tampaknya ingin mencontoh upaya serupa yang diterapkan di Singapura, yaitu memantau setiap gerak warganya yang melakukan kontak dengan orang yang positif terinfeksi Covid-19.

Dengan mengetahui ruang gerak orang-orang yang terpapar Covid-19, maka upaya pencegahannya akan semakin efektif melalui langkah isolasi terhadap yang bersangkutan.

Disebutkan, Pemerintah memerlukan setidaknya 40 persen warga Australia untuk secara sukarela mengunduh aplikasi ini agar bisa berjalan efektif.

Aplikasi ini, kata sumber ABC News, akan memetakan siapa saja yang menghabiskan waktu lebih dari 15 menit dalam jarak dekat dengan seseorang yang positif Covid-19.

Di situlah persoalannya, yakni bagaimana Pemerintah Australia meyakinkan sebanyak mungkin warganya untuk mengunduh aplikasi yang nantinya justru akan melacak pergerakan mereka.

Sekitar tiga pekan lalu, PM Australia Scott Morrison membahas penggunaan teknologi ini dalam mengatasi Covid-19 bersama PM Singapura Lee Hsien Loong.

Singapura dengan penduduk yang dianggap lebih patuh pada pemerintah berhasil menerapkan aplikasi serupa meski hanya sekitar 20 persen warganya yang berpartisipasi.

Mereka setuju membagi data ponsel mereka ke Pemerintah.

Aplikasi yang digunakan di Singapura itu disebut 'TraceTogether', memakai teknologi bluetooth untuk merekam kontak dengan orang lain.

Singapura bahkan membagi beberapa pengkodean komputer untuk membantu pengembangan aplikasi ini dengan pihak Australia.

"Kita membutuhkan kemampuan lebih besar dalam melacak [penyebaran Covid-19] dan hal ini bisa terwujud lebih cepat dibanding yang ada sekarang," kata PM Morrison, Selasa (14/4/2020).

"Kita membutuhkan kapasitas medis yang lebih besar untuk dapat menangani wabah semacam ini secara efektif," katanya.

Pejabat Medis Tertinggi Australia Dr Brendan Murphy sebelumnya juga mengindikasikan bahwa aplikasi tersebut masih dalam tahap pengembangan.

"Kami ingin menggunakan aplikasi ini dan bahkan mungkin lebih luas daripada yang dilakukan Singapura," jelas Dr Murphy.

"Yang pasti, perlu adanya pembahasan dengan masyarakat mengenai bagaimana aplikasi ini bisa diterapkan," katanya.

"Tapi saya kira aplikasi ini sangat bagus jika kita memprogramnya dengan benar dan mendapatkan dukungan dari masyarakat," tambahnya.

Sementara itu, Jaksa Agung Australia, Christian Porter kabarnya sedang mempelajari implikasi dari penerapan aplikasi ini, termasuk aspek 'privacy' warga Australia.

Pemerintah sebelumnya menyatakan, pembatasan sosial akibat Covid-19 kemungkinan bisa dilonggarkan apabila pelacakan terhadap penyebaran virus ini bisa dilakukan secara efektif.

Hingga Senin (20/4/2020) malam, berdasarkan data dari www.worldometers.info,  total kasus virus corona terkonfirmasi di Australia mencapai 6.619 dengan 7 kasus terbaru.

Total kemarin sebanyak 71 orang, dan tidak ada kasus kematian baru.

Posisi Australia berada persis di bawah Indonesia memiliki kasus virus corona sebanyak 6.760 dengan kasus terbaru 185. 

Kasus kematian sebanyak 590 dengan kasus kematian terbaru 8 orang.

Sumber: ABC News Indonesia

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved