Israel Negara Paling Aman Saat Pendemi Corona, Mossad Ikut Berperan, Bagaimana dengan Indonesia?

Hasil survei menunjukan, Israel negara yang terus menghadapi ancaman perang di timur tengah justru paling aman

Editor: Alfred Dama
(AMMAR AWAD/REUTERS)
Polisi Israel melakukan pengecekan pada seorang pengendara mobil saat penutupan jalan utama, dalam upaya menahan penyebaran virus corona. Foto diambil pada 12 April 2020. 

Israel Negara Paling Aman Saat Pendemi Corona, Mossad Ikut Berperan, Bagaimana dengan Indonesia?

POS KUPANG.COM -- Pendemi corona atau Covid-19 kini sudah menyebar hampir di semua bagian belahan bumi

Hampir semua negara kini sudah merasakan ganasnya virus corona yang membuat pemerintah di masing masing negara memaksa warga tetap tinggal di rumah untuk memutus rantai penyebaran virus yang mematikan tersebut

Ada juga pemeritahan yang terpaksa menutup dareha tertentu atau lockdown demi menyelamatkan negara

Meski demua negara terkena paparan virus corona, ada beberapa negara relatif lebih aman dibandingkan negara lain

Hasil survei menunjukan, Israel negara yang terus menghadapi ancaman perang di timur tengah justru paling aman

Bagaimana dengan Indonesia yang juga tengah berjuang melawan virus corona ini  

Negara Israel dinobatkan sebagai negara paling aman saat pandemi Covid-19 berlangsung, menurut survei yang dilakukan Deep Knowledge Ventures.

Perusahaan konsorsium yang berbasis di Hong Kong itu merilis daftar 40 negara teraman corona.

Deep Knowledge sempat menjadi buah bibir pada 2014, ketika menunjuk AI (Artificial Intelligence) sebagai anggota dewan.

Negara Israel memuncaki daftar dengan total skor 632.32 dari 76 kriteria penilaian yang diterapkan.

Dilansir dari Nikkei Asian Review Senin (6/4/2020), beberapa parameter itu di antaranya jumlah kasus virus corona, angka kematian, ukuran geografis dan demografi, kapasitas rumah sakit, dan keahlian medis.

Kemudian kriteria lainnya seperti GovTech atau sistem e-government dan kemampuan pertahanan. 

Deep Knowledge menilai Israel memiliki keunggulan, setidaknya untuk saat ini sebagai negara teraman di pandemi Covid-19

KABAR DUKA DUNIA HIBURA, RIP Ibunda Nunung Meninggal , Ini Penyakitnya

Foto Jadul Arial Noah dan Luna Maya Beredar, Kehadiran Sosok Ini Ungkap Bukti Makan Teman

"Negara ini relatif kecil, terorganisir dengan baik, dan sistem manajemen GovTech mereka cukup efisien diterapkan secara nasional," kata Dmitry Kaminskiy, mitra pengelola Deep Knowledge Ventures.

Kaminskiy menerangkannya dalam sebuah wawancara, dan menambahkan peringkat dapat berubah dari waktu ke waktu.

Singapura berada di posisi kedua pada 1 April, diikuti Hong Kong di peringkat empat, dan Taiwan di posisi kelima.

Jepang di urutan keenam, sedangkan Korea Selatan di posisi 10.

Lalu pada 12 April susunannya berubah. Peringkat kedua dihuni Jerman dan disusul Korsel di urutan ketiga.

Sehari Australia dan China masing-masing berada di posisi 4 dan 5, diikuti Selandia Baru, Taiwan, Singapura, Jepang, dan Hong Kong di 10 besar. Israel sendiri masih mempertahankan posisi puncak.

Semua negara-negara itu memiliki sistem perawatan kesehatan yang mumpuni.

Namun Kaminskiy berpendapat, Israel yang telah mengalami perang selama puluhan tahun punya keuntungan ekstra untuk menyegel perbatasan, menggerakkan sumber daya, dan menghadapi setiap ancaman geopolitik yang mungkin timbul dari pandemi.

Lihat Foto Daftar 40 negara teraman di dunia saat pandemi Covid-19, yang dirilis Deep Knowledge Ventures pada 12 April 2020. Daftar dapat berubah sewaktu-waktu sesuai kategori penilaian.(www.dkv.global/safety-ranking)

 Dr Arnon Afek yang bekerja di salah satu rumah sakit terbaik Israel berujar, semua sistem di Israel berbicara dalam satu "bahasa".

"Kami bekerja di masa damai untuk mempersiapkan, melakukan latihan, dan memastikan semua sistem kami berbicara dalam satu 'bahasa'.

" "Semua rumah sakit, layanan darurat, tentara polisi... tahu cara bekerja karena kami melakukannya selama latihan," kata Dr Afek. Ia dengan hati-hati menambahkan, mereka tidak pernah berlatih menghadapi krisis seperti ini sebelumnya.

Keselamatan tidak berarti kekebalan Kaminskiy mengatakan sektor teknologi yang berkembang baik dan tingkat disiplin sosial dapat menghasilkan tingkat keselamatan yang tinggi.

PM Israel Benjamin Netanyahu (kiri) dan Menteri Kesehatan Israel Yaakov Litzman (kanan), saat memberi keterangan di Kementerian Kesehatan Israel di Yerusalem, 4 Maret 2020.
PM Israel Benjamin Netanyahu (kiri) dan Menteri Kesehatan Israel Yaakov Litzman (kanan), saat memberi keterangan di Kementerian Kesehatan Israel di Yerusalem, 4 Maret 2020. ((Ammar Awad/REUTERS))

 Namun, keselamatan tidak berarti kekebalan. Total kasus corona di Israel telah melampaui 13.000. Sebagian besar infeksi ringan dan angka kematian mencapai 171 pada Minggu (19/4/2020).

Menteri Kesehatan Yaakov Litzman juga dinyatakan positif corona pada akhir Maret, membuat Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dikarantina untuk kedua kalinya.

Covid-19 di Israel terus menyebar, meski pemerintah menerapkan karantina pada pengunjung dari negara-negara terdampak parah, dan mulai 12 Maret diperluas menjadi sedunia.

Dalam upaya penanganan pemerintah menutup sekolah, melarang pertemuan lebih dari 10 orang, menyerukan warga untuk tetap di rumah, dan menggunakan pengawasan anti-terorisme berteknologi tinggi untuk melacak kasus.

Kementerian Kesehatan juga memiliki aplikasi multibahasa yang memperingatkan pengguna akan kemungkinan paparan. Meski begitu, kritik tetap dilayangkan masyarakat yang menuntut pemerintah seharusnya lebih siap, dan disiplin publik belum dilakukan menyeluruh.

Dr Eyal Leshem direktur Pusat Pengobatan Perjalanan dan Penyakit Tropis Sheba mengatakan, "Kami cukup yakin langkah-langkah social distancing telah efektif."

"Sekarang pertanyaannya adalah, apakah itu cukup efektif untuk mencegah lonjakan rawat inap dan kematian? Mengenai itu, kami belum tahu."

Kemudian Dr Afek menambahkan, Israel belajar dari Korea Selatan dalam memperbanyak jumlah tes Covid-19. Pelajaran lainnya adalah pemakaian masker.

"Itu salah satu hal yang telah kalian lakukan di China, di Jepang, dan kami harus belajar itu dari kalian. Itu sangat masuk akal." Nikkei Asian Review mengabarkan, Mossad agen intelijen Israel bulan lalu membeli jutaan masker dan ribuan alat tes Covid-19 dari sumber rahasia, menurut media setempat.

Warga Israel baru-baru ini diwajibkan mengenakan masker di tempat umum.

Negara startup

Negara berpenduduk sekitar 9 juta orang ini memiliki reputasi sebagai "negara startup" dan memiliki 7 perusahaan dalam daftar unicorn terbaru CB Insights.

Sheba yang menempati peringkat 9 di daftar Newsweek tentang rumah sakit terbaik di dunia tahun ini, menjalankan pusat inovasi.

Mereka bekerja sama dengan para peneliti dan rumah sakit di Eropa, AS, dan Inggris. "Sejumlah besar startup sekarang bekerja dan berusaha membantu memerangi corona," kata Dr Afek.

"Berinvestasi dalam ventilator baru, diagnosis, pengobatan - semuanya sedang dilakukan di sini."

Tahanan Palestina di Penjara Ashkelon Israel 2004
Tahanan Palestina di Penjara Ashkelon Israel 2004 ((REUTERS/Middle East Eye))

Banyak gawai digunakan untuk meminimalkan kontak berisiko antara petugas kesehatan dan pasien Covid-19, seperti sensor jarak jauh untuk memeriksa tanda-tanda vital.

Israel pun dikabarkan tidak menutup diri untuk memberi bantuan ke Palestina, yang pada awal April menempati peringkat 37 daftar Deep Knowledge Ventures tapi kini terlempar dari 40 besar.

Menurut pemberitaan Nikkei Asian Review, PBB yang biasanya kritis terhadap kebijakan Israel mengatakan,

"Pemerintah Palestina dan Israel telah mempertahankan kerja sama yang erat dan belum pernah terjadi sebelumnya pada upaya yang bertujuan mengatasi epidemi." Dr Afek mengatakan, penting bagi Israel untuk membantu.

Para dokter Palestina telah mengunjungi rumah sakit Israel, sedangkan tim Israel dikirim ke Tepi Barat dan perbatasan Gaza untuk "berbagi pengalaman kami dengan mereka."

Dokter pun menyarankan bahwa begitu ada negara yang menang melawan virus, negara tersebut harus membantu negara lain yang membutuhkan.

Afek menyebut dirinya "cukup optimis", tetapi banyaknya penelitian tentang virus corona yang kini beredar membuatnya yakin akan satu hal. "Tentu saja kita bisa mengalahkan virusnya." B

Masih Gempur Palestina

Dilansir dari Middle East Monitor, Asa Winstanley seorang jurnalis investigasi di London menulis betapa Israel justru mempercepat dan meningkatkan kediktatoran militer untuk lawan Palestina.

Winstanley memberi contoh, terbatasnya jumlah pekerja Palestina yang diizinkan bekerja di luar Tepi Barat tidak diberikan hak dan perlindungan oleh Israel.

Mereka malah dipisahkan dari keluarga mereka selama dua bulan dan keluarga mereka pun tidak diizinkan untuk tinggal di Israel karena rezim apartheid mereka.

Dalam satu insiden yang sangat mengejutkan, dari sebuah video pekan ini, pasukan pendudukan Israel mengusir seorang pekerja Palestina.

Mereka membuangnya di sisi jalan di Tepi Barat, di dekat sebuah pos pemeriksaan.

Rezim pendudukan militer Israel terus berlanjut, dengan serangan terhadap penduduk sipil Palestina.

Tak hanya itu, tindakan lain di antaranya penangkapan di malam hari, pembunuhan dan tindak pelanggaran lainnya.

Satu-satunya yang berbeda dari Israel adalah kini prajurit mereka memakai masker wajah karena adanya wabah Covid-19.

Di tengah perang terhadap wabah Covid-19, Israel bukannya melakukan tindakan perlindungan untuk kesehatan dan keselamatan bersama baik Palestina mau pun Israel sendiri.

Justru mereka masih menggempur Palestina dengan tindakan represif, kriminal dan kekerasan. Beberapa tahanan Palestina dipaksa hidup dalam kondisi yang mengerikan dan kejam di ruang bawah tanah Israel. Baca juga:

Tak Hanya Melawan Israel, Palestina Juga Berjibaku Tangani 39 Kasus Virus Corona Kondisi itu telah dilaporkan oleh kelompok-kelompok hak asasi manusia yang meminta karantina karena kontak dengan penjaga penjara Israel yang telah positif terjangkit corona.

Tindakan Israel ini tidak tampak di tengah krisis nasional yang sedang berlangsung di seluruh dunia. Terlebih pandemi global ini belum pernah terjadi sebelumnya.

Pihak berwenang pun dengan mudah mengubur berita buruk untuk menghindari pengawasan.

Terlebih dengan kekuatan pemerintah baru yang besar. Adakah kemungkinan Israel memiliki tangan yang bebas dari biasanya untuk memperluas pendudukan militer ilegal mereka di Palestina?

Di kolom lain yang ditulis Winstanley, dia menulis bahwa seorang liberal Israel baru-baru ini menuduh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah menginisiasi tindakan diktator dalam urusan wabah virus corona.

Tuduhan itu mungkin terdengar agak hiperbolik. Namun, dalam hal apa pun kaum liberal Israel tidak pernah menunjukkan sedikit pun kepedulian terhadap kediktatoran militer yang selama ini dilakukan Israel kepada Palestina sejak 1948.

Pekan ini, kebuntuan politik Israel setelah pemilihan ketiga terakhir tampaknya sudah berakhir. Daftar oposisi utama Israel adalah memisahkan antara fraksi yang dipimpin oleh Benny Gantz untuk bergabung dengan pemerintah Netanyahu yang disebut 'pemerintah persatuan darurat'.

Padahal, sebelumnya Gantz bersumpah untuk tidak bergabung dengan pemerintah yang dipimpin oleh Netanyahu yang korup, di mana Netanyahu 'diselamatkan' virus corona dari sidang terkait tindak korupsinya pada awal Maret lalu.

Pada 1948, Israel secara paksa mengusir sekitar 800 ribu warga Palestina dari Palestina.

Mereka menggunakan perang dengan negara-negara Arab lain untuk mengalihkan perhatian masyarakat global atas tindak kriminal pengusiran warga Palestina tersebut.

Meski nyatanya, ratusan ribu orang Palestina sebenarnya sudah diusir oleh milisi Zionis sebelum 14 Mei 1948, ketika negara Israel dinyatakan, satu hari sebelum tentara Arab akhirnya turun tangan.

Di bawah kedok perang 1967 pula Israel mengusir lebih banyak lagi orang Palestina dan menduduki petak-petak tanah Arab yang luas.

Di akhir tulisannya, Winstanley berharap Israel tidak akan memperburuk kondisi rakyat Palestina terutama di saat pandemi global sedang berlangsung. 

Sebagian Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul  "Survei: Israel Negara Paling Aman Saat Pandemi Covid-19", https://www.kompas.com/global/read/2020/04/19/195022770/survei-israel-negara-paling-aman-saat-pandemi-covid-19?page=all#page2.

Dan judul "Di Tengah Wabah Virus Corona, Israel Masih Gempur Palestina", https://www.kompas.com/global/read/2020/03/29/101033570/di-tengah-wabah-virus-corona-israel-masih-gempur-palestina?page=all#page2.

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved