Diduga Lakukan Penganiayaan Terhadap Pemuda di Labuan Bajo, Sejumlah Polisi Diperiksa
para pemuda yang berada di stan miliknya tidak mengonsumsi miras dan hanya sekedar duduk dan meminum kopi.
Penulis: Gecio Viana | Editor: Rosalina Woso
Laporan Edo Mense diterima di Polres Mabar dengan nomor laporan polisi LP : STTLP/IV/2020/NTT/Res Mabar pukul 12.30 Wita.
Dalam laporannya, Edo mengaku mengaku mendapatkan penganiayaan di Pendopo stan milik Barnabas, kompleks SMA 1, Desa Batu Cermin, Kecamatan Komodo, Kabupaten Mabar.
Korban selanjutnya menjalani Visum Et Repertum di Puskesmas Labuan Bajo pada Senin siang ditemani beberapa anggota polisi.
Penasehat hukum korban, Marsel Nagus Ahang, SH ditemui awak media mengatakan, pihaknya melaporkan oknum polisi berinisial D beserta rekannya karena diduga kuat telah melakukan penganiayaan hingga kliennya mengalami sejumlah luka.
"Kami secara resmi telah melaporkan (kasus) penganiayaan," katanya saat ditemui di Puskesmas Labuan Bajo.
Menurutnya, kliennya mendapatkan penganiayaan berupa pemukulan dan tendangan.
"Menendang dua kali di dada dan pemukulan di pelipis kanan," jelasnya.
Diakuinya, pemukulan terhadap korban dilakukan di 2 tempat berbeda yakni di TKP pertama di Pendopo dan selanjutnya korban dibawa ke Mapolres Mabar dan mendapatkan penganiayaan berupa pemukulan.
Sementara itu, korban Edo Mense terlihat tidak banyak bicara saat dibawa menggunakan mobil polisi untuk menjalani visum.
Mengenakan baju hitam dipadu celana panjang, Edo Mense yang ditemani kuasa hukumnya tampak tenang menjalani visum, walaupun mukanya masih terlihat bengkak.
Edo Mense yang mendapatkan 2 jahitan di pelipis kanan usai menjalani visum, langsung kembali ke Mapolres Mabar untuk menjalani pemeriksaan.
Sementara itu, pemilik stan di Pendopo tepat di samping SMK Stella Maris Labuan Bajo, Barnabas Asi (50) membeberkan kronologi kejadian tersebut saat ditemui Senin (13/4/2020) sore.
Barnabas menuturkan, kejadian tersebut berawal dari sejumlah pemuda yang mengaku baru tiba di Labuan Bajo dari luar Provinsi NTT.
Saat tiba, para pemuda tersebut meminta untuk membeli makanan karena belum makan malam. Di lain sisi, mereka juga mengaku tidak diterima keluarga mereka yang berada di daerah itu.
"Saya tidak ada nasi, sehingga saya minta anak saya masak mie dan mereka makan dengan telur," katanya saat ditemui di tempat jualannya.
