Virus corona

Begini Cara Sejumlah Daerah di Indonesia Cegah Corona, dari Daun Sirih hingga Sayur Lodeh

Berbagai cara dilakukan masyarakat untuk cegah virus corona. Berikut cara yang dilakukan sejumlah daerah untuk memerangi Corona.

Editor: Adiana Ahmad
Kompas.com/Garry Andrew Lotulung
Warga saat menggunakan bilik sterilisasi (Body Chamber) di Pasar Raya Blok M, Jakarta Selatan, Selasa (24/3/2020). Dompet Dhuafa membuat 1000 unit bilik sterilisasi (Body Chamber) yang berfungsi untuk sterilisasi mencegah COVID-19 dan akan di salurkan ke berbagai fasilitas umum di wilayah Jabodetabek. Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul Berbahaya, Kemenkes Tidak Rekomendasikan Penggunaan Bilik Disinfeksi, Simak Penjelasan Ini, https://wartakota.tribunnews.com/2020/04/04/berbahaya-kemenkes-tidak-rekomendasikan-penggunaan-bilik-disinfeksi-simak-penjelasan-ini?page=all. Editor: Fred Mahatma TIS 

Butet mengatakan, kesehatan bagi Orang Rimba sangat menjadi prioritas. Hal ini tampak dari tiap kali sesama Orang Rimba bertemu, yang ditanya adalah kondisi kesehatan mereka.

"Apa mikai bungaron, apakah kamu sehat?," kata dia.

Gegara Pasien Positif Corona Bohong Saat Diperiksa, Perawat dan Pegawai RSUD Terancam Covid-19

Ritual tolak bala masyarakat Jawa

Sementara itu, sejumlah warga Solo di Jawa Tengah menggelar ritual tolak bala untuk mengusir wabah Virus Corona yang sedang melanda.

Selain memasak sayur lodeh, ada juga warga yang memasang sesaji gantungan daun alang-alang dan daun opo-opo hingga cukur gundul.

Salah satu keluarga Keraton Kasunanan Surakarta, GKR Wandansari mempercayai bahwa pandemi Virus Corona Covid-19 disebut sebagai pagebluk, istilah orang Jawa untuk menyebut wabah penyakit.

Oleh sebab itu, sesuai dengan kepercayaan para leluhur, dilakukan ritual tolak bala atau tolak bahaya untuk menghalau pagebluk.

"Kalau Keraton Yogya tolak bala dengan sayur lodeh, kalau saya dengan ritual memasang godong (daun) alang-alang dan godong opo-opo," ujar GKR Wandansari, seperti dilaporkan oleh wartawan Fajar Shodiq untuk BBC News Indonesia.

Perempuan yang akrab disapa Gusti Moeng ini menuturkan dua jenis daun itu sering digunakan dalam berbagai ritual tradisi masyarakat Jawa seperti halnya tuwuhan yang dipasang di bagian kiri dan kanan pintu saat menggelar hajatan pernikahan.

Baginya, daun alang-alang dan daun opo-opo yang digabung menjadi satu itu memiliki simbol yang penuh makna.

"Ya, artinya ora ono alangan opo-opo (supaya tidak terjadi apa-apa). Terus kalau ada yang jelek-jelek ke kita itu di-alangi (dihalangi)," ungkap Gusti Moeng yang merupakan putri mending Raja Sinuhun Pakubuwana XII.

Sesaji tolak bala itu digantung di depan pintu. Menurutnya adanya sesaji daun alang-alang dan daun opo-opo itu diharapkan bisa menolak pagebluk yang masuk ke rumah.

"Digantung di atas pintu masuk. Tapi kalau di belakang terdapat pintu juga bisa dipasangi gantungan daun alang-alang dan opo-opo itu," terangnya.

Pemasangan daun alang-alang dan daun opo-opo telah dilakukan sejak tanggal 15 Maret 2020 lalu.

Para abdi dalam Keraton yang tergabung dalam Paguyuban Kawula Keraton Kasunanan Surakarta (Pakasa) yang tersebar di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur, pun mengikuti ritual serupa.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved