SBY Turun Gunung Kritik Pasal Penghinaan Presiden, Simak YUK

Musni Umar berkomentar soal respon Presiden RI selama dua periode tersebut, 2004-2009 dan 2009-2014, Susilo Bambang Yudhoyono at

Editor: Ferry Ndoen
istimewa
MUSNI Umar, Sosiolog dan Rektor Universitas Ibnu Chaldun Jakarta 

POS KUPANG.COM-- -Sosiolog sekaligus rektor Universitas Ibnu Chaldun (UIC), Musni Umar berkomentar soal respon Presiden RI selama dua periode tersebut, 2004-2009 dan 2009-2014, Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY terhadap terbitnya telegram Kapolri tentang penanganan perkara dan pedoman pelaksanaan tugas selama masa pencegahan peyebaran Covid-19

Musni menilai, apa yang dilakukan oleh SBY mengindikasikan ada persoalan besar yang terjadi pada bangsa ini.

"Pak SBY turun gunung. Saya memaknai berarti ada masalah besar di bangsa kita saat kita menghadapi wabah Corona. Negara lain bersatu, kita berpecah belah dan saling mau membunuh dengan menggunakan tangan aparat," tulis Musni di akun Twitternya, dikutip Warta Kota pada Sabtu (11/4/2020)

Masa Depan Liga 1 2020 Terhenti AKibat Corona, Penyerang Persita Patuhi Keputusan Manajemen

Musni juga menyoroti soal penangkapan seorang buruh di Riau, yang dituding melakukan penghinaan kepada Presiden Jokowi melalui unggahannya di media sosial.

"SEDIH BURUH DITANGKAP KARENA KRITIK. Sy pernah jadi buruh slm 7 thn stlh keluar dr penjara krn berjuang mngkkn dmkrs dan pm. bersih. Sy diberi jbtn Industrial Relations Manager. Sy pimpin brh dan ursn umum. Khdpn brh itu sulit. Kl mrk kritik tlg dipahami apalagi kl di PHK," tulisnya.

Sebelumnya, Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyesalkan terbitnya telegram Polri yang salah satu poinnya terkait penindakan hukum penghina presiden dan pejabat negara dalam situasi wabah virus corona (Covid-19).

Penyanyi Lokal yang Seksi ini Nekad Melepas Baju dan Bra di Panggung Bikin Penonton Histeris, Aksi

SBY menyatakan poin dalam telegram Polri tersebut malah memicu persoalan baru.

"Saya perhatikan beberapa hari terakhir ini justru ada situasi yang tak sepatutnya terjadi. Apa itu? Kembali terjadi ketegangan antara elemen masyarakat dengan para pejabat pemerintah, bahkan disertai dengan ancaman untuk "mempolisikan" warga kita yang salah bicara. Khususnya yang dianggap melakukan penghinaan kepada Presiden dan para pejabat negara,"  tulis SBY dalam tulisan artikelnya yang diunggah ke akun Facebook, Rabu, (8/4)

"Mumpung ketegangan ini belum meningkat, dengan segala kerendahan hati saya bermohon agar masalah tersebut dapat ditangani dengan tepat dan bijak," tambahnya.

SBY meminta agar semua pihak fokus menangani pandemi Covid-19 di Indonesia yang belum berakhir.

"Saya melihat masih ada elemen di negeri ini yang belum benar-benar fokus dan tidak bekerja sesuai prioritasnya. Ingat, first thing first. Waktu dan sumber daya kita terbatas, sehingga harus diarahkan kepada kepentingan dan sasaran utama kita saat ini," papar SBY

FIFPro Soroti Keputusan Sepihak PSSI saat Gaji Pemain Dipangkas 75 Persen, Simak Liga 1 2020

SBY juga mengingatkan prioritas terpenting  saat ini adalah menyelamatkan warga yang sudah terinfeksi, dan membatasi serta menghentikan penyebaran virus corona.

"Isu yang muncul sebenarnya klasik dan tidak luar biasa. Intinya adalah bahwa negara, atau pemerintah, akan mempolisikan siapapun yang menghina presiden dan para pejabat pemerintah," kata SBY.

SBY beralasan itu klasik dan tak luar biasa karena kerap terjadi di sebuah negara--bahkan menganut sistem demokrasi--yang tengah berada dalam masa transisi, konsolidasi, atau memilki pranata hukum warisan kolonial.

"Yang menjadi luar biasa adalah kalau hukum-menghukum ini sungguh terjadi ketika kita tengah menghadapi ancaman korona yang serius saat ini," kata dia.

SBY memahami bahwa pemerintah saat ini sebenarnya juga mengalami tekanan psikologis. Ia menilai, pemerintah mungkin takut jika upaya mereka dalam menangani virus corona gagal dan tak mampu menyelamatkan rakyat. Ia juga berpandangan kemungkinan juga pemerintah takut kebijakannya disalahkan rakyat.

"Tanpa disadari, sebagian penguasa dan pejabat pemerintah menjadi sensitif. Menjadi kurang sabar dan tak tahan pula menghadapi kritik, apalagi hinaan dan cercaan," ujar SBY.

Kiper Persija Jakarta Disiplin Jalankan Program Latihan saat Jakarta Berlakukan PSBB. Lihat Daftar

• Mau Dapat BLT Rp600 Ribu selama 3 Bulan di Tengah Pandemi Virus Corona, Begini Syaratnya

"Situasi seperti inilah yang bisa memunculkan 'benturan' antara elemen masyarakat dengan pihak pemerintah. Apalagi kalau sebelumnya sudah ada benih-benih ketidakcocokan dan ketidaksukaan," imbuh pensiunan jenderal TNI tersebut.

SBY berharap agar masyarakat tak selalu menunjukkan sikap apriori terhadap apa yang telah dilakukan pemerintah. Masyarakat juga diminta untuk tidak terlalu cepat menuduh pemerintah sebagai tidak serius, bahkan tidak berbuat apa-apa dalam menangani corona.

"Dengan segala keterbatasan yang dimiliki, termasuk keterbatasan keuangan negara, pemerintah telah berupaya untuk menanggulangi wabah korona ini," tulis SBY.

Sebelumnya, banyak pihak mengkritik langkah Kapolri mengeluarkan surat telegram bernomor ST/1100/IV/HUK.7.1/2020. Telegram itu berisi tentang penanganan perkara dan pedoman pelaksanaan tugas selama masa pencegahan peyebaran Covid-19.

Ada dua poin, yang masing-masing berisi lima dan tujuh subpoin. Pada poin 1c bertuliskan tentang bentuk pelanggaran 'penghinaan kepada penguasa/presiden dan pejabat pemerintah'. Untuk penanganannya, pada telegram tersebut ditulis bahwa Kapolri meminta menggunakan pasal 207 KUHP.

Bunyi pasal itu adalah: Barang siapa dengan sengaja di muka umum dengan lisan atau tulisan menghina suatu penguasa atau badan umum yang ada di Indonesia, diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun enam bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah

* Rocky Gerung Tuding Jokowi Tak Punya Legacy Saat SBY Wariskan Demokrasi, Gus Dur Tinggalkan Kemajemukan

Pengamat Rocky Gerung menuding kalau saat ini Presiden Jokowi menjadi presiden yang terburuk sepanjang Indonesia berdiri.

Menurut Rocky Gerung tidak ada peninggalan yang akan dikenang dari kepemimpinan Presiden Jokowi.

Hal itu berbeda dengan para presiden terdahulu seperti Soekarno, Soeharto, Susilo Bambang Yudhoyono ( SBY ), BJ Habibie, KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur hingga Megawati Soekarnoputri.

Penilaian itu disampaikan sosok yang kerap menjadi Bintang ILC TV One ini kepada Deddy Corbuzier.

Awalnya, sosok yang dikenal sebagai sahabat Ahmad Dhani dan Fadli Zon ini memuji Gus Dur selama menjadi Presiden RI.

Bahkan, ia mendukung mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (NU) tersebut.

"Elo ada gak selama Indonesia berdiri presiden yang eloe dukung 100 persen, full," tanya Deddy Corbuzier.

"Gak ada," jawab Rocky Gerung singkat.

"Atau yang mendekati sempurnalah," desak Deddy Corbuzier.

"Soeharto gua demo dulu," kata Rocky Gerung.

"Gua kira ilang luh," ujar Deddy Corbuzier.

"Itu..itu ngumpet-ngumpet dulu," jawab Rocky Gerung.

"Habibie, habibie," tanya Deddy Corbuzier lagi.

Rocky Gerung menegaskan bahwa dirinya juga mendemo Presiden Habibie dengan sebuah alasan.

"Habibie kita demo dulu karena dia menghabiskan APBN dipakai untuk industri startegis. Yang buat kita itu gak rasional. Dalam keadaan ekonomi bangkrut, investasi besar di bidang teknologi modern. Tapi idenya bagus," papar Rocky Gerung.

"Tapi pilihan kebijakan waktu itu keliru," tegas Rocky Gerung lagi.

"Gus Dur," sebut Dedy Corbuzier.

Mendengar nama Gus Dur, Rocky Gerung kemudian refleks menjawab kalau dirinya mendukung Gus Dur.

"Gus Dur ya gua dukung wkatu itu karena teman. Tapi Gus Dur kemudian kehilangan kemampuan untuk memainkan politik parlemen," tegasnya.

Namun baginya, Gus Dur meninggalkan sesuatu untuk Indonesia.

"Gus Dur meninggalkan sesuatu loh. Yaitu kemajemukan. Pak Harto meninggalkan infratsruktur. Habibie meninggalkan flatform teknologi," ujjarnya.

Rocky Gerung juga menyinggung Megawati Soekarnoputri.

"Megawati ninggalin apa. Megawati ninggalin nama bapaknya. Karena dia tidak mungkin dipisahkan dengan Soekarnoisme," kata dia.

Tidak hanya Megawati Soekarnoputri.

Rocky Gerung juga menilai era kepemimpinan Susilo Bamban Yudhoyono (SBY).

"SBY meninggalkan demokrasi. Sebab di jaman SBY tidak ada seorang pun yang dibui karena berbeda politik," ujarnya.

Bagaimana dengan Presiden Jokowi sekarang?

"Sekarang Jokowi misalnya. harus dipikirin. Masa ninggalin infrastruktur. Infastruktur kan bagian gampang untuk dibongkar ulang. Di Korea, Jepang jembatan-jembatan dibongkar ulang," ujarnya.

Karena itulah menurut Rocky Gerung Legacy Jokowi itu terletak pada infrastuktur.

"Apa legacynya? ya gak ada. Ekonomi buruk. Ini kan buruk. Demokrasi buruk," ujarnya.

"Jadi elo mau bilang bahwa yang paling buruk adalah Jokowi," tanya Deddy Corbuzier.

"Memang," tegas Rocky Gerung. 

* Rocky Gerung Analisa Wajah Jokowi Saat Umumkan Darurat Sipil Corona, Ungkap Siapa Para Pembisik Presiden

Pengamat yang juga Bintang ILC TV One Rocky Gerung menganalisa wajah Presiden Joko Widodo ( Jokowi ) saat mengumumkan kondisi Darurat Sipil dalam menghadapi pandemi Virus Corona.

Dan Rocky Gerung menilai wajah yang ditunjukkan Presiden Jokowi adalah wajah yang kebingungan. 

Rocky Gerung menilai wajah Jokowi menyiratkan ketidaktahuan tentang apa yang ia sampaikan khususnya soal Darurat Sipil.

"Saya lihat misalnya wajah presiden di televisi waktu mengucapkan kalimat tentang Darurat Sipil ini. Itu wajahnya seperti wajah kebingungan," ujar Rocky Gerung.

Menurutnya, wajah Jokowi menyiratkan dia tidak mengerti apa intinya Darurat Sipil tersebut.

"Kita mulai menebak sebenarnya, siapa yang mengusulkan darurat sipil itu. Ya orang hukum, orang hukum agak konyol dia gak ngerti itu konsekuensinya. Ya pasti bukan sekedar orang hukum. Pasti ada konsultan keamanan di situ. Entah pejabat Intel mantan Intel. Atau mereka yang diam-diam beroperasi untuk membisiki presiden dan segala macam," papar Rocky Gerung.

Keadaan seperti ini menurutnya benar-benar mengherankan.

Dalam wawancara dengan Hersubeno Arief, Rocky Gerung memang angkat suara tentang keputusan Presiden Joko Widodo ( Jokowi ) yang mengambil kebijakan Darurat Sipil dalam menghadapi pandemi Corona.

Langkah Presiden Jokowi ini dinilai Rocky Gerung sebagai upaya pemerintah pusat untuk memindahkan tanggungjawab penanganan Corona ke daerah.

Rocky Gerung mengatakan hal ini dilakukan karena pemerintah pusat takut bangkrut.

"Ini namanya baju sipil, bukan darurat sipil," canda Rocky Gerung saat disebut tampil santai oleh Hersubeno Arief.

"Itu persiapan untuk menyambut darurat sipil begitu," tanya Hersubeno Arief.

"Hahaha, yang nyiapin ini nih. Gambar orangutan. Lagi kampanye. Karena orangutan yang darurat sekarang karena habitat mereka sekarang tergusur oleh kota," ujar Rocky Gerung.

"Publik jadi bingung kenapa tiba-tiba ngomongnya darurat sipil, padahal orang berharap lockdown atau karantina kewilayahan sehingga kebutuhan hidupnya terjamin. Jadi sebenarnya apa yan terjadi Bung Rocky Gerung? Kita minta pencerahan Anda," tanya Hersubeno Arief.

Rocky Gerung kemudian menjelaskan yang terjadi adalah pemerintah ingin virus Corona pindah ke daerah.

"Jadi sebenarnya kan dia mau usir virus itu ke daerah. Diselesaikan di daerah. Tapi sekaligus dia bilang daerah jangan lockdown," ujar Rocky Gerung.

Sebab lockdown itu konsekuensinya sangat berat, menyangkut kebutuhan dan bisa terjadi kerusuhan.

"Problemnya pemerintah tidak bisa bedain mana potensi pandemi, mana potensi bencana, atau potensi rusuh. Jadi dalam kebingungan itu ya dia asal ngomong aja kan," tegas Rocky Gerung.

Maka dibuatnlah Perluasan Pembatasan Secara Besar-besaran ( PPSB ).

"Dengan kata lain kami gak mungkin karantina karena kami tidak punya duit. Jadi silakan virus ke daerah dan kami bebankan itu ke daerah tuh. Itukan prinsipnya," ujarnya.

Bintang ILC TV One ini pun menilai Presiden Jokowi dan para pembantunya tidak punya konsep yang jelas menghadapi Corona.

"Jadi konsepnya memang tidak ada. Jadi apa hasil rapat kemarin, tiba-tiba ada statemen yang bertolak belakang dengan menyelamatkan nyawa. Menyelamatkan nyawa, lockdown sudah. Keluarkan APBD, APBN ," ujarn Rocky Gerung.

Di situlah konyolnya pemerintah pusat menurut Rocky Gerung karena memindahkan tanggungjawab penanganan Virus Corona ke daerah.

"Loh kalau memindahkan ke daerah apa tidak berbahaya karena daerah tidak punya kesiapan memadai," tanya Hersubeno Arief.

Ia kemudian membandingkan dengan langkah Anies Baswedan yang menjamin warga Jakarta.

"Ya Anies Bilang di Jakarta kami yang jamin. Apa problemnya lagi? 3 juta orang itu kan di jamin oleh Anies. Ya kenapa Anies gak boleh lockdown," tanya Rocky Gerung. (*)

Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul SBY Turun Gunung Kritik Pasal Penghinaan Presiden, Musni Umar: Ada Masalah Besar di Bangsa Ini, https://wartakota.tribunnews.com/2020/04/11/sby-turun-gunung-kritik-pasal-penghinaan-presiden-musni-umar-ada-masalah-besar-di-bangsa-ini?page=all.

Editor: Feryanto Hadi

MUSNI Umar, Sosiolog dan Rektor Universitas Ibnu Chaldun Jakarta
MUSNI Umar, Sosiolog dan Rektor Universitas Ibnu Chaldun Jakarta (istimewa)
Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved