Perayaan Jumat Agung di Gereja St. Josef Bajawa, Umat Diminta Jangan Cemas & Pasrah Hadapi Covid-19

Kendati secara manusiawi Tuhan sendiri merasakan beratnya memikul palang penghinaan salib, sakitnya diderah, diolok-olok diludahi

Penulis: Gordi Donofan | Editor: Rosalina Woso
POS KUPANG.COM/GORDI DONOFAN
Pater Aloysius Jalang, OCD saat kotbah perayaan Jumat Agung di Gereja Paroki St. Josep Bajawa, Jumat (10/4/2020). 

Ia menyatakan sebagai murid Kristus rasa-rasanya hidup kita tak pernah kita lalui tanpa salib. Penderitaan salib yang dialami Tuhan sungguh bersifat verbal yaitu penolakan fitnah hujatan, ejekan dan hinaan hinaan verbal itu mencapai kepenuhan dan puncaknya pada salib yang dipanggul dari istana Pilatus sampai ke bukit Golgota.

Ia menyampaikan bagi kita para murid peristiwa-peristiwa yang kita rayakan pada sore hari ini tidak saja melulu sebagai sebuah memoria passionis yang selalu dirayakan setiap tahun tetapi, menjadi peristiwa yang terjadi saat ini di sini dan dalam kehidupan nyata kita.

"Bagi kita itu kerap kali muncul dalam bentuk yang verbal seperti dalam tantangan hidup rasa tidak diterima oleh orang lain, ditolak dan dicaci maki, dipermalukan dalam realitas sakit dan penderitaan salib adalah salib. Dalam terang salib Tuhan kita ingin melihat salib, salib kehidupan kita sendiri dan hanya kalau kita menerima salib-salib kehidupan kita dengan dan dalam iman maka Yesus pun akan mengubah hidup kita itu menjadi salib penebusan salib penebusan, salib pembebasan, salib penyembuhan dan salib keselamatan," ujarnya.

Ia mengaku kematian Yesus disalib merupakan peristiwa Agung yang menggenapi nubuat tentang Mesias yang harus menderita demi penebusan dosa umat manusia. Melalui peristiwa penyaliban Yesus hari ini menjadi nyata lah salib Kristus di dalam kehidupan kita.

Pada salib nampak ketaatan mutlak Yesus pada kehendak bapa yang menunjukkan kepada kita untuk taat kepada Allah sebab Kristus sudah terlebih dahulu taat kepada bapak-Nya.

Ia mengatakan pengertian salib bagi kita para pengikutnya bukan lagi hanya mau menggambarkan kematian Yesus tetapi juga melambangkan kebangkitan Yesus yang mengalahkan kematian dan maut.

"Marilah kita tetap memandang salib Kristus setiap saat sebab, hanya melalui salib kita didamaikan dengan Allah dimenangkan dari dosa dan maut," ungkapnya.

Umat Jangan Cemas

Ia mengaku rasanya tidak lazim bahkan memprihatinkan apa yang kita alami saat ini dalam beberapa pekan terakhir ini kita semua mengalami ketakutan dan kecemasan tanpa Batas sebagai dampak dari virus Corona yang mengglobal.

Ia menyampaikan agar umat tidak boleh cemas dan tetap berdoa agar wabah ini cepat berlalu dan umat kembali kumpul bersama untuk berdoa atau merayakan misa bersama di gereja.

"Kita tahu puluhan ribu nyawa menjadi korban dari wabah ini yang terinfeksi maupun yang telah meninggal dunia semua aktivitas hidup kita dibatasi termasuk perayaan iman pekan suci yang sudah kita rayakan sejak ribuan tahun yang lalu hingga hari ini," ujarnya.

Ia mengatakan nilai kebersamaan dan persekutuan sebagai gereja dalam sebuah perayaan pekan suci ini dan perayaan-perayaan sebelumnya sunggu berjalan tidak normal, karena kita harus merayakan dari rumah dan di dalam keluarga kita masing-masing.

Ia melanjutkan, namun dalam terang iman kita boleh memakai peristiwa yang kita alami saat ini sebagai sebuah salib yang sangat berat untuk dipikul baik secara pribadi maupun dalam persekutuan sebagai gereja.

"Sekali lagi salib bagi kita pengikut Kristus adalah bagian dari kehidupan bahkan hidup kita sebagai murid tidak akan pernah lepas dari salib. Apa yang kita alami saat ini juga bagian dari salib yang harus kita pikul dan kita rangkul," ujarnya.

Jangan Pasrah

Halaman
123
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved