WAWANCARA EKSKLUSIF VIKJEN
Waspada Corona dalam Terang Paskah : Saat Teduh, Persekutuan dan Pengorbanan Untuk Kebaikan Bersama
Waspada Corona dalam Terang Paskah : Saat Teduh, Persekutuan dan Pengorbanan Untuk Kebaikan Bersama
Penulis: Ryan Nong | Editor: Rosalina Woso
WAWANCARA EKSKLUSIF VIKJEN : Waspada Corona dalam Terang Paskah : Saat Teduh, Persekutuan dan Pengorbanan Untuk Kebaikan Bersama
POS-KUPANG.COM | KUPANG -- Perayaan pekan suci hingga hari raya Paskah tahun ini menjadi berbeda dari perayaan pada tahun-tahun sebelumnya. Menghadapi pandemi Covid-19, pemerintah mengeluarkan kebijakan larangan untuk berkumpul termasuk di tempat ibadah. Merujuk kebijakan tersebut, Uskup mengeluarkan himbauan agar umat merayakan ibadah dari rumah.
Bagaimana gereja memaknai pekan sengasara dan kebangkitan Yesus di tengah situasi waspada pandemi Corona yang bagi sebagian orang mendatangkan cemas dan ketakutan.
Bagaimana pesan geraja bagi umat dan bagaimana umat harus memaknai peristiwa ini dalam terang Paskah dan kebangkiyan Yesus. Berikut wawancara Reporter POS-KUPANG.COM Ryan Nong bersama Vikaris Jenderal Keuskupan Agung Kupang RD Dus Duka.
Bagaimana kesan Keuskupan dalam pekan dan hari raya paskah kali ini yang dirayakan tanpa umat?
Kita harus meluruskan, bahwa perayaan ibadah selalu dirayakan bersama umat. Tetapi umat mengikuti perayaan itu dari rumah.
Tidak seperti biasanya, atau seperti tahun tahun yang lalu, kehadiran umat saat perayaan paskah di gereja. Dengan wabah ini, maka umat mengikuti perayaan paskah ini dari rumah masing-masing.
Bagi gereja, termasuk gereja di setiap paroki, merayakan bersama umat melalui live streaming dimana umat mengikutinya dari rumah masing masing. Saat ini, umat juga mulai terbiasa dengan Ekaristi atau ibadat melalui live streaming dari rumah masing masing.
Menurut pengalaman romo, pernahkah ada kasus seperti ini sebelumnya? Kasus dimana perayaan besar atau hari raya dirayakan tanpa kehadiran fisik umat di Gereja?
Ini situasi atau peristiwa yang tidak disangka, suatu situasi extra ordinary yang tidak semua orang duga bukan hanya di Timor tetapi di seluruh dunia.Ini suatu wabah yang selama ini belum pernah terjadi.
Seperti yang kita ketahui, bahwa mungkin ini yang pertama kalinya terjadi di wilayah kita bahkan dunia, dimana semua kegiatan peribadatan itu (diikuti) dari rumah. Pastor merayakan bersama umat tetapi kehadiran fisik umat itu ada di rumah, bukan ada di gereja.
Ada pandangan yang lain, bahwa rumah itu juga sebagai sebuah gereja, gereja mini, gereja kecil dan disitu umat saling merayakan peristiwa iman salah satunya ibadat.
Berada dalam kondisi seperti saat ini, dimana umat tidak bisa merayakan atau beribadat bersama di gereja, apa maknanya bagi kita?
Pertama-tama, makna wabah untuk penghayatan iman adalah kita mengambil hikmah dari peristiwa ini untuk lebih mendekatkan hidup kita kepada Tuhan. Peristiwa ini juga menjadi pembelajaran bagi kita dan bagi dunia, bahwa semua kemampuan-kemampuan manusiawi berupa kemapuan teknis, semua kemampuan kemampuan scientific, semua keahlian dan kehebatan kita, itu semua ada pada tangan dan rancangan Tuhan.
Dari peristiwa seperti ini, mungkin juga kita diminta untuk mengambil "saat teduh", kita diminta untuk mengambil saat diam dan hening sejenak untuk ada dan hadir di rumah.