Penyakit ASF Belum Ada Vaksin dan Obat, Satu-satunya Cara adalah Biosecurity

Penyakit ASF belum ada Vaksin dan Obat, satu-satunya cara adalah biosecurity

Penulis: Teni Jenahas | Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM/TENIS JENAHAS
Rapat koordinasi penanggulangan penyakit ASF tingkat Kabupaten Belu, di Aula Betelalenok, Rabu (11/3/2020). 

POS-KUPANG.COM | ATAMBUA - Penyakit ASF belum ada Vaksin dan Obat, satu-satunya cara adalah biosecurity. Sampai dengan saat ini, belum ditemukan Vaksin dan Obat untuk menyembuhkan penyakit ASF sehingga tidak bisa dilakukan dengan cara vaksinasi.

Satu-satunya cara yang dilakukan adalah biosecurity atau usaha untuk menjaga suatu daerah agar tidak masuk penyakit ASF dan menjaga ternak babi agar tidak tertular penyakit ASF.

Siswa SDM Mbatakapidu Jalan Kaki 7 KM, Ini Kata Ketua DPRD Sumba Timur, Ali Oemar Fadaq

Hal itu dikatakan Direktur Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian RI, drh. Fadjar Sumping Tjaturasa, Phd dalam pemaparannya saat rapat koordinasi penanggulangan penyakit ASF tingkat Kabupaten Belu, di Aula Betelalenok, Rabu (11/3/2020).

Menurut Fadjar, penyakit ASF adalah penyakit yang ada di Afrika sejak tahun 2000-an. Penyakit ini terus berkembang dan menyebar di beberapa negara seperti di Cina tahun 2018 dan saat ini masuk ke Indonesia. Virus ini menular sangat cepat, luas dan mematikan ternak babi yang sudah terjangkit.

Orangtua Siswa SDM Mbatakapidu Minta Bangun SD Pararel

"Virus ini menularanya cepat, luas dan mematikan ternak mati. Penyakit ini belum ada vaksin sehingga tidak bisa mencegah dengan vaksinasi. Berbeda dengan hog cholera sudah ditemukan vaksinnya", kata Fadjar.

Lanjutnya, saat ini juga di dunia belum ditemukan obat yang menyembuhkan babi yang terkena virus ASF. Satu-satunya cara yang dilakukan adalah pencegahan bagimana mengamankan daerah yang belum tertular agar virus ASF tidak masuk.

"Satu-satunya cara yang dilakukan adalah pencegahan bagimana mengamankan daerah yang belum tertular agar tidak tertular ASF", sambung Fadjar.

Fadjar mengatakan, upaya pencegahan virus ASF membutuhkan pemahaman yang baik di kalangan masyarakat terutama peternak babi karena ada perlakuan khusus. Seperti, ternak babi dikandangkan, kandang ternak dibersihkan dengan baik dan pemanfaatan pakan ternak. Upaya seperti ini bisa menjadi tantangan tersendiri, misalnya masyarakat yang sudah terbiasa memelihara ternak dengan sistem lepas lalu diminta untuk mengkandangkan ternak.

Upaya pencegahan ini membutuhkan kesadaran bersama sehingga upaya Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) sangat penting. Kementerian berterima kasih karena Pemkab Belu terus melakukan pencegahan dengan pola KIE.

Rakor penanggulangan penyakit ASF ini dibuka Wakil Bupati Belu, J.T Ose Luan. Peserta rakor adalah pimpinan forkompimda plus, kapolsek, danramil, pengusaha ternak, masyarakat, camat, tokoh agama dan tokoh masyarakat.

Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Belu, Nikolaus Umbu Birri dalam laporanya
mengatakan, data terakhir tercatat jumlah ternak babi yang mati sebanyak 753. Dinas teknis sudah melakukan pengendalian terhadap penyakit menular tersebut.

Pemerintah Kabupaten Belu mengharapkan bantuan dari Kementerian Pertanian dalam mengatasi masalah penyakit ASF. Kemudian, membantu memikirkan upaya ke depan dalam memulihkan kembalikan perkeonomian masyarakat peternak babi di Kabupaten Belu. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Teni Jenahas)

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved