Siswa di Sumba Timur Jalan Kaki 7 Km
Orangtua Siswa SDM Mbatakapidu Minta Bangun SD Pararel
Para orangtua siswa SDM Mbatakapidu Kecamatan Kota Waingapu minta bangun SD pararel
Penulis: Robert Ropo | Editor: Kanis Jehola
Para orangtua siswa SDM Mbatakapidu Kecamatan Kota Waingapu minta bangun SD pararel
POS-KUPANG.COM | WAINGAPU - Anak-anak dari wilayah Dusun 5 Kambata Wundut, Desa Mbatakapidu, Kecamatan Kota Waingapu, Kabupaten Sumba Timur, Propinsi NTT yakni Kampung Landa, Watu Mamoha, Maringu Lambi, Menggit dan Kampung Walunggalu harus berjalan kaki menempuh perjalanan jauh dengan jarak 5 sampai 7 kilometer (Km) guna memperoleh pendidikan di SDM Mbatakapidu di desa tersebut.
Mereka harus menyisiri jalan setapak dan jalan raya desa yang masih beralaskan tanah. Mereka juga harus berjuang melewati rintangan derasnya arus sungai saat banjir, lumpur dan berdebu.
• Meskipun Berjalan Kaki Hingga 7 Km, Prestasi Siswa SDM Mbatakapidu Tidak Pudar
Orang tua siswa, Markus Wunu Hiwal (48) ketika ditemui POS-KUPANG.COM di Dusun Kambata Wundut, Rabu (11/3/2020) mengatakan, sangat perihatin dengan anak-anak mereka harus berjalan kaki dengan jarak yang jauh dari 5 sampai 7 Km untuk bersekolah di SDM Mbatakapidu.
Kata dia, setiap pagi mereka harus membangun anak mereka pada pukul 05.00 Wita untuk makan, mandi dan persiapan ke sekolah. Pada pukul 06.00 Wita mereka harus star dari rumah untuk pergi ke sekolah.
• Pilkada 2020 - Proses Pengusungan Balon di Ngada Masih Proses
"Kalau orang tua yang ada motor antar tapi jalanya licin dan jelek. Kalau tidak mereka jalan kaki sama-sama mereka jalan kaki sekitar 1 jam lamanya. Kalau dilihat anak-anak benar-benar cape sebab usia mereka masih kecil. Tapi karena mereka jalan sambil bermain ya tidak rasa cape,"ungkap Markus.
Orang tua siswa lainya, Karapi Nggiling (41) juga menyampaikan hal yang sama. Kata dia, anaknya menempuh jarak 5 km jalan kaki pada setiap hari untuk pergi sekolah di SDM itu. Karebna jalan kaki jauh mereka juga menyiapkan bekal untuk dibawa oleh anak-anak mereka.
"Setiap hari anak kami pergi ke sekolah jam 5 sudah bangun, jam 6 jalan dari rumah jam 8 sampai di sekolah, kami juga siapkan bekal memang untuk mereka makan kalau mereka sudah lapar. Kami sangat perihatin dan juga khawatir karena selain jauh, anak-anak juga harus menyeberangi sungai ada dua sungai yang harus mereka lewati,"kata Karipi.
Karipi mengatakan, kedua sungai itu yakni Sungai Maringu Lambi dan Sungai Watu Mamoha. "Kalau saat hujan banjir anak-anak tidak pergi sekolah lagi karena takut bajir, kadang kami antar mereka,"kata Karipi.
Karena merasa perihatin dan kwatir akan keselamatan anak mereka, Kata Karipi mereka meminta kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Sumba Timur untuk bisa membangun SD paralel di Dusun 5 dan juga membangun PAUD. "Permintaan ini juga sudah kami sampaikan ya harapan kita bisa dibangun, apalagi PAUD juga ada di SDM Mbatakapidu ini tentu menyulitkan anak-anak kami. Kami mau pi antar tiap hari atau mau kerja kebun, terpaksa anak-anak SD jalan kaki saja, kalau ada waktu baru kami pi antar,"ungkap Karipi.
Orang Tua lainya sekaligus ketua RW 12 Kambata Wundut Turu Arung (41) juga menyampaikan hal yang sama. Kata dia, anak-anak sangat lelah dan cape karena perjalanan jauh itu. Jika anak-anak dari Kampung Landa menempuh perjalanan 7 Km, sedangkan dari Kampung Watu Mamoha, Maringu Lambi, Menggit dan Kampung Walunggalu dengan jarak sekitar 5 sampai 6 Km.
Selain itu, anak-anak juga harus melintas dua sungai yakni Sungai Lainai dan sungai Maringu Lambi. Sehingga pada musim hujan dikwatirkan bagi anak-anak apabila banjir.
"Jadi kami orang tua antar sudah. Kadang kalau hujan pagi memang mereka tidak pergi sekolah karena takut banjir itu,"ungkap Turu.
Turu mengatakan, jumlah anak dari dusun 5 yang bersekolah di SDM kambata Wundut sekitar 30 orang anak lebih. Mulai dari SD kelas 1 hingga sampai kelas 6.
"Harapan kita memang bangun SD paralel untuk anak-anak kelas awal bisa sekolah lebih dekat. Kasihan mereka sekolah jalan kaki jauh dengan lumpur dan debu, juga harus menyeberangi dua sungai," kata Turu. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Robert Ropo)