Religi

Pendidikan Karakter, Komdik Keuskupan Weetebula Gelar Seminar Pendidikan Anti Kekerasan

Komisi Pendidikan (Komdik) Keuskupan Weetebula menggelar kegiatan seminar Pendidikan Anti Kekerasan Terhadap Anak.

Penulis: Apolonia M Dhiu | Editor: Apolonia Matilde
Pendidikan Karakter, Komdik Keuskupan Weetebula Gelar Seminar Pendidikan Anti Kekerasan
Dokumentasi pribadi
Seminar anti kekerasan terhadap anak

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Apolonia Matilde Dhiu

POS-KUPANG.COM|KUPANG - Komisi Pendidikan (Komdik) Keuskupan Weetebula menggelar kegiatan seminar Pendidikan Anti Kekerasan Terhadap Anak.

Kegiatan seminar ini didukung penuh oleh Program Studi (Prodi) Pendidikan Keagamaan Katolik STKIP Weetebula.

Seminar pendidikan anti kekerasan terhadap anak dilaksanakan di Aula Gedung Serba Guna, Katedral Weetebula, Sabtu (29/2).

BBPP Kupang Gelar Pelatihan Teknis Bagi Penyuluh Pertanian Angkatan V, Ini Tujuannya

Seminar ini dilakukan karena banyaknya kasus kekerasan terhadap anak yang terjadi, baik di lembaga pendidikan formal maupun nonformal.

Ketua panitia penyelenggara, Rm. Mikael Sene, M.Pd, yang juga Ketua Prodi Pendidikan Keagamaan Katolik, mengatakan, seminar tersebut bertujuan memberikan pemahaman dan pengetahuan yang baik bagi semua pihak yang terlibat, baik guru, mahasiswa calon guru agar dapat melakukan pendampingan yang tepat dan baik terhadap setiap anak.

Menurut Rm. Mikael, pendampingan dilakukan atas rasa kasih dan bukannya kekerasan.

Polisi Temukan Pelajar Tak Pakai Helm Saat Berkendara

Seminar pendidikan anti kekerasan terhadap anak diikuti oleh guru-guru Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di Pulau Sumba (kabupaten Sumba Timur, Sumba Tengah, Sumba Barat dan Sumba Barat Daya).

Selain guru, katanya, peserta didominasi oleh mahasiswa-mahasiswi dari enam Prodi di STKIP Weetebula, praktisi pendidikan, biarawan-biarawati, LSM, guru PAUD, Mizereor Jerman dan TK.

Narasumber dalam kegiatan ini adalah dosen Fakultas Ilmu Psikologi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Drs. Budi Sarwono, MA.

Budi memberikan pandangan tentang anti kekerasan terhadap anak melalui tema yang cukup kuat, yakni menciptakan sekolah ramah jiwa.

Pemkab Sumba Timur Anggarkan Rp 1,5 Miliar Bangun Aspal Menuju Obyek Wisata Pantai Kalala

Hal ini dikemukan mengingat data yang dikeluarkan Komisi Perlindungan Anak Indonesia ( KPAI) bahwa sepanjang tahun 2019 tercatat 3.700 kasus kekerasan pada anak.

Atau 15 kasus per hari, dimana 70% pelakunya adalah orang terdekat korban. Budi mengatakan, bulan Januari sampai April 2019, KPAI menemukan 37 kasus dengan rincian 25 kasus (67%) terjadi di SD, 5 kasus terjadi di SMP, 6 kasus terjadi di SMA, dan 1 kasus terjadi di Perguruan Tinggi.

Menurut Budi, angka-angka tersebut mengingatkan kepada setiap pemangku kepentingan bahwa sekolah belum menjadi tempat yang ramah jiwa bagi peserta didik.

Ekspresi Ashanty Jadi Sorotan Saat 6 ART Tiba-tiba Mengundurkan Diri, Ibu Sambung Aurel Lakukan ini

Narasumber lain, Pater Paulus Dwiyaminarta, CSsR, SH, dalam materinya berbagi pengetahuan tentang pendidikan anti kekerasan terhadap anak dari aspek hukum.

Pater Narto adalah Direktur Lembaga Bantuan Hukum Sarnelli yang bertempat di Kota Waikabubak, Kabupaten Sumba Barat.

Seminar tersebut juga menghadirkan Tim Save The Children Sumba (praktisi) yang berbagi tentang pengalaman-pengalaman menangani anak-anak yang mengalami kekerasan baik di lembaga pendidikan formal maupun nonformal.

Seminar mendapat respon yang sangat tinggi dari seluruh peserta. Hal ini dapat dilihat melalui jumlah kehadiran peserta yang mencapai kurang lebih 600 orang.

Seminar yang dimulai pukul 08.00 WITA dan berakhir pukul 13.30 WITA. Peserta seminar tetap semangat dan sangat aktif terlibat dalam kegiatan diskusi dan tanya jawab. (*)

BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    berita POPULER

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved