Breaking News

Pelajar Pengidap HIV di Lembata Susah Diatur

Berdasarkan data KPAD Kabupaten Lembata 2017-2019 tercatat ada tiga orang pelajar yang mengidap HIV dan AIDS

Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Kanis Jehola
katamedia.co
ilustrasi hiv aids 

POS-KUPANG.COM | LEWOLEBA - Ada pelajar yang juga menjadi pengidap HIV di Lembata.  Berdasarkan data Komisi Penanggulangan AIDS Daerah ( KPAD) Kabupaten Lembata 2017-2019 tercatat ada tiga orang pelajar yang mengidap HIV dan AIDS dan pada awal Maret 2020 ini ditemukan lagi satu orang pelajar SMA yang positif menderita HIV.

Dokter Alma Carvallo, tenaga medis yang banyak kali menangani para penderita, menerangkan para pelajar pengidap HIV di Lembata bisa saja bertambah seiring dengan perilaku pergaulan remaja yang akrab dengan seks bebas.

Dokter Alma bahkan menyebutkan para pelajar pengidap penyakit mematikan ini memang cenderung susah diatur karena mereka belum menerima diri menderita HIV dan AIDS.

Pilkada Sumba Barat, Niga Dapawole Pastikan Maju Melalui Gerindra, Nasdem dan PKB

"Susah sekali untuk bertemu mereka karena kebanyakan mereka belum terima kenyataan itu, bahkan untuk beri mereka obat saja susah," ungkap Dokter Alma saat dihubungi, Minggu (8/3/2020).

Dikatakannya, hal ini terjadi karena masih ada stigma masyarakat yang buruk terhadap para pengidap HIV di Lembata. Mereka masih takut diketahui banyak orang telah mengidap penyakit HIV.

Sebagai petugas medis yang menangani penderita HIV dirinya juga sering kewalahan mau berkomunikasi apalagi bertemu langsung dengan para pelajar tersebut meski sudah dihubungi secara langsung untuk bertemu.

Pilkada Ngada 2020, Andreas Paru: Saya Siap Bekerja!

Bukan itu saja, orangtua para pelajar juga merasa sangat terpukul mengetahui anak mereka mengidap HIV. Namun, menurutnya, orangtua mereka tetap harus diberi tahu karena pelajar itu anak di bawah umur jadi masih dalam pengawasan orangtua.

Ada orangtua yang memang sendiri ambil obat untuk anak mereka di rumah sakit tetapi itu pun harus dirahasiakan sama sekali identitas mereka.

Lagi-lagi stigma masyarakat jadi sebab banyak penderita enggan datang melakukan pemeriksaan dan bahkan mengambil obat.

Dalam banyak kesempatan, Dokter Alma menyampaikan bahwa perilaku pelajar yang sering melakukan hubungan seks memang menjadi musabab cepatnya penularan HIV.

Dia mencontohkan, satu pelajar SMA pada awal Maret kemarin yang sudah terinfeksi positif HIV stadium empat ternyata juga sudah sering melakukan hubungan seks. Meski dia sendiri tidak mengakuinya di hadapan dokter, tetapi dari hasil penelusuran para pegiat lainnya akhirnya diketahui dia pernah melakukan hubungan seks dengan penderita HIV yang sudah meninggal dunia.

"Anak itu virusnya sudah sampai ke otak, makanya dia sampai kejang-kejang tetapi dia tetap tidak mau mengaku," ujarnya.

Dokter Alma mengakui belum adanya satu wadah khusus yang menaungi para penderita HIV juga menjadi kesulitan sendiri untuk bertemu dengan mereka secara langsung. Beberapa penderita juga ada yang sudah pindah domisili dan sulit terpantau keberadaannya.

Sementara itu, seorang mantan guru yang tidak mau namanya disebut, menjelaskan fenomena hubungan seks di kalangan pelajar memang sudah tidak bisa dibantah.

Dia mengetahui kalau beberapa anak didiknya sering melakukan hubungan seks di rumah atau di kamar kos. Para pelajar itu berasal dari luar Kota Lewoleba.

Dari mereka pula, dia sampai mengetahui ada istilah 'kalah ganti' saat para pelajar melakukan hubungan seks.

"Jadi ada yang satu laki-laki dengan dua perempuan sekaligus. Mereka cerita itu kepada saya," ujar guru tersebut, Sabtu (7/3/2020) malam.

Kata dia, para pelajar itu juga menyampaikan kepadanya soal grup online maksiat seperti 'Lonte Lewoleba' dan 'Pelacur Lembata'. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ricko Wawo)

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved