Ini Penjelasan Bupati Flotim Antonius Hubertus Gege Hadjon Tentang Pertikaian di Sandosi Adonara

Ini penjelasan Bupati Flotim Antonius Hubertus Gege Hadjon tentang pertikaian berdarah di Desa Sandosi Adonara

Penulis: Eugenius Moa | Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM/Kompi 1 Yon B Sikka
Personil Kompi 1 Yon B Sikka berada di lokasi pertikaian di Desa Desa Sandosi, Kecamatan Witihama, Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur, Jumat (6/3/2020). 

Ini penjelasan Bupati Flotim Antonius Hubertus Gege Hadjon tentang pertikaian berdarah di Desa Sandosi Adonara

POS-KUPANG.COM | LARANTUKA - Pertikaian berdarah memperebutkan lahan di Wulewata, Bahi, Desa Sandosi, Kecamatan Witihama, Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur (Flotim), Kamis (5/3/2020) sekitar pukul 11.00 menewaskan enam orang bukan pertikaian antara kampung dan suku

Bupati Flotim, Antonius Hubertus Gege Hadjon, Jumat (6/3/2020) pagi sebelum berangkat ke Sandosi mengikuti pemakaman korban pertikaian membenarkan pertikaian Kamis (5/3/2020) antardua kelompok di lahan pertanian Wulewata, Desa Sandosi, Kecamatan Witihama, Pulau Adonara.

Antisipasi Virus Corona Bandara El Tari Kupang Desinfeksi Seluruh Area Publik

Ia mengatakan, situasi di Desa Sandosi telah kondusif menyusul kehadiran aparat keamanan di Polres Flotim, Polres Lembata, Polres Sikka, Kodim 1624 Larantuka, Brimob Sikka dan Ende. Sejak Kamis siang, aparat telah siaga di lokasi.

Anton Hadjon menegaskan, pertikaian berdarah di Desa Sandosi, bukan merupakan pertikaian atau perang antarkampung dan bukan antarsuku. Namun, murni perebutan lahan pertanian di Wulewata antaroknum-oknum dalam suku masing-masing.

Jebolan Griffith Australia Kembali ke NTT Bikin Project Perjalanan dan Edukasi Wisata

"Pertikaian kemarin di Desa Sandosi bukan antarkampung dan bukan perang atau pertikaian antarsuku di Desa Sandosi. Tetapi, perebutan lahan pertanian di Wulewata antaroknum dalam suku. Saya berharap situasi dan kondisi ini tidak melebar. Kita pantau hingga Kamis malam, situasi dan kondisi terkendali," kata Anton Hadjon.

Dikatakannya, sejak 2019 lalu,Pemda melakukan pendampingan terkait perebutan lahan antaroknum dalam suku masing-masing tersebut. Namun, masing-masing oknum dalam suku tidak saling menahan diri sehingga terjadi pertikaian berdarah menewaska enam korban.

 Anton Hadjon mengharapkan pertikaian berdarah tidak terulang lagi dan melebar lebih luas. Dia mengajak semua masyarakat dan elemen seperti pemangku adat di Desa Sandosi bersama-sama membantu menenangkan situasi dan kondisi.

"Masyarakat setempat menerima kejadian dan menerima sebagai musibah. Ini bukan perang antarkampung dan bukan perang antarsuku, tetapi perebutan lahan antaroknum dalam suku masing-masing. Saya minta semua masyarakat adat membantu menenangkan situasi dan kondisi," imbuh Anton Hadjon.

Informasi dihimpun pos-kupang.com, Jumat siang di Larantuka pertikaian menewaskan enam korban dan seorang luka-luka. Peristiwa itu, diketahui warga kampung lainnya setelah salah satu dari korban yang bertikai lolos dari pertikaian dan menginformasikan kejadian itu.

Danki 1 Yon B Por Maumere, Iptu Inacio Ximenes, memimpin anggota di Desa Sandosi, Jumat siang mengatakan lokasi pertikaian lumayan jauh dari Sandosi sekitar 15 Km dengan menempuh jalan kaki.

"Lokasinya tidak ada penghuni dan hanya kebun," kata Ximenes. (laporan wartawan POS-KUPANG.COM, eginius mo'a)

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved