Ini Penampakan China Sebelum dan Setelah Diinfeksi Virus Corona NASA Beberkan Fotonya Bikin Takjub
Ini Penampakan China Sebelum dan Setelah Diinfeksi Virus Corona NASA Beberkan Fotonya Bikin Takjub
Ini Penampakan China Sebelum dan Setelah Diinfeksi Virus Corona NASA Beberkan Fotonya Bikin Takjub
POS-KUPANG.COM - Ini Penampakan China Sebelum dan Setelah Diinfeksi Virus Corona NASA Beberkan Fotonya Bikin Takjub
Foto satelit NASA menunjukkan fakta menakjubkan, polusi di China benar-benar bersih setelah krisis Virus Corona. Aktivitas warga China benar-benar banyak di luar rumah.
Polusi di China benar-benar bersih setelah negara ini terkena wabah Virus Corona.
• Ratusan Ekor Babi Mati di TTS, Diduga Diserang ASF
• Simak Cerita ABK Selamat Saat Kapal Terbalik, Terombang-ambing 4 Jam di Laut Sebelum Ditemukan
• Hasil Liga 1 2020, Persipura vs PSIS Semarang, Mutiara Hitam Raup Poin Penuh di Kandang
Larangan keluar rumah di China yang dilakukan pemerintah terhadap warganya benar-benar efektif.
Gambar-gambar satelit yang luar biasa menunjukkan bagaimana polusi telah membersihkan China secara signifikan karena wabah virus corona.
Warga negara China atau mereka yang tinggal di negara China bertahan di dalam ruangan dan sejumlah pabrik terpaksa ditutup.
NASA dan Badan Antariksa Eropa telah menggunakan satelit pemantauan polusi untuk melacak penurunan kadar nitrogen dioksida selama dua bulan terakhir.
Perbedaan konsentrasi nitrogen dioksida terungkap dalam dua peta yang dirilis oleh badan antariksa.
Yang pertama menunjukkan konsentrasi gas yang besar di Beijing dan Shanghai dalam tiga minggu pertama Januari sebelum karantina diberlakukan.
Kondusi polusi di China pada bulan Januari 2020 bisa dilihat pada foto di bawah ini.

NASA dan Badan Antariksa Eropa telah menggunakan satelit pemantauan polusi untuk melacak penurunan kadar nitrogen dioksida selama dua bulan terakhir di daratan China. Foto ini diambil Januari 2020 saat baru terjadi wabah Virus Corona. (dailymail)
Peta kedua dalam tiga minggu terakhir bulan Februari 2020 mengungkapkan perbedaan yang mengejutkan.
Hampir tidak ada nitrogen dioksida yang terlihat setelah China memberlakukan penguncian di Wuhan dan kota-kota lain di provinsi Hubei dalam upaya untuk mengendalikan penyebaran virus.
Warga negara diimbau atau bahkan ada yang dilarang untuk tidak keluar rumah.

NASA dan Badan Antariksa Eropa telah menggunakan satelit pemantauan polusi untuk melacak penurunan kadar nitrogen dioksida selama dua bulan terakhir di daratan China. Foto ini diambil 10-25 Februari 2020 saat pemerintah China melarang warga keluar rumah untuk mencegah merebaknya Virus Corona. (dailymail)
Para ilmuwan pertama kali memperhatikan perbedaan di sekitar Wuhan, China, pusat virus.
Pemerintah China menutup transportasi masuk dan keluar kota Wuhan serta menutup bisnis untuk mengarantina wabah Virus Corona.
Nitrogen dioksida adalah gas berbahaya yang dilepaskan selama pembakaran bahan bakar dan dipancarkan oleh mobil, pembangkit listrik dan fasilitas industri.
Itu terbentuk ketika bahan bakar fosil seperti batu bara, gas atau diesel dibakar pada suhu tinggi dan dapat menyebabkan berbagai efek berbahaya pada paru-paru.
Nitrogen dioksida juga dapat meningkatkan peradangan pada saluran udara dan risiko serangan asma yang lebih besar.
Peneliti kualitas udara di Pusat Penerbangan Antariksa Goddard Space NASA Fei Liu mengatakan: "Ini adalah pertama kalinya saya melihat penurunan dramatis di area seluas itu untuk acara tertentu."
Penurunan nitrogen dioksida juga bertepatan dengan perayaan Tahun Baru Imlek di seluruh China di mana bisnis tutup dari minggu terakhir Januari hingga awal Februari untuk merayakan festival.

Enam peta tambahan yang berfokus pada Wuhan, China mengungkapkan konsentrasi nitrogen dioksida selama tiga periode termasuk sebelum Tahun Baru Imlek, selama perayaan dan setelah perayaan pada 2019 dan 2020. (dailymail)
Tetapi Liu menambahkan bagaimana tingkat pengurangan lebih signifikan tahun ini karena telah bertahan lebih lama dan belum ada peningkatan nitrogen dioksida setelah Tahun Baru Imlek.
Enam peta tambahan yang berfokus pada Wuhan mengungkapkan konsentrasi nitrogen dioksida selama tiga periode termasuk sebelum Tahun Baru Imlek, selama perayaan dan setelah perayaan pada 2019 dan 2020.
Sementara ada penurunan drastis dalam tingkat nitrogen dioksida dalam 12 bulan, ilmuwan NASA Barry Lefer menambahkan bagaimana peraturan lingkungan baru yang ditegakkan oleh otoritas Cina selama beberapa tahun terakhir telah berkontribusi, menurut Fox News.
Polusi di China
Sebelumnya diberitakan, kondisi udara yang tercemar membuat tingkat polusi di China mengalami kenaikan.
Konsentrasi rata-rata partikel udara PM 2.5 yang ada di China naik 5,2 persen pada Januari-Februari 2019.
Dilansir dari Reuters, berdasarkan survei Kementerian Ekologi dan Lingkungan, naiknya polusi udara PM 2.5 ditandai dengan kondisi konsentrasi partikel udara di China, yakni 61 mikrogram per meter kubik.
• Simak Cerita ABK Selamat Saat Kapal Terbalik, Terombang-ambing 4 Jam di Laut Sebelum Ditemukan
• Hasil Liga 1 2020, Persipura vs PSIS Semarang, Mutiara Hitam Raup Poin Penuh di Kandang
• SESAAT LAGI Live Streaming TV Online Indosiar Persib Bandung vs Persela Lamongan, Akses di Sini
• SHIO BESOK Senin Pahing 2 Maret 2020 Shio Naga Shio Monyet Beruntung Shio Anjing Ketiban Sial
• ZODIAK MARET 2020 Gemini Hampir Terlupakan Libra Makin Hari Makin Sombong Pisces Ingat Karma Bro
Kondisi cuaca di Hutong, China, pada hari yang tercemar di pusat Beijing, Cina (2/3/2019). ((REUTERS / Jason Lee/kompas.com))
Selain itu, dari 337 kota di China, tercatat sebanyak 83 kota saja yang mencapai standar nasional konsentrasi udara sebesar 35 mikrogram.
Sementara itu, tingkat polusi PM 2.5 yang terjadi di 28 kota di wilayah pengendalian pencemaran utama Beijing-Tianjin-Hebei mengalami kenaikan yang cukup signifikan.
Angkanya naik sebesar 24 persen menjadi rata-rata 108 mikrogram per meter kubik selama Januari-Februari 2019.
Adapun angka ini 10 kali lebih besar dari angka yang direkomendasikan aman oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Kemudian, tingkat PM2.5 di kota di Dataran Fenwei yang dikenal sebagai zona kontrol asap utama juga mengalami lonjakan angka polusi udara sebesar 26,6 persen.
Kini angka polusi mencapai 119 mikrogram per meter kubik dalam periode tersebut.
Oleh karena itu, Pemerintah China memaksa kota-kota utara yang rawan kabut asap untuk menerapkan pembatasan emisi khusus pada Oktober 2018 hingga Maret 2019.
Adapun upaya ini guna mengimbangi meningkatnya tingkat pembakaran batu bara dari sistem penghangat negara selama musim dingin yang juga merupakan target negara di tahun ini.
Sebelumnya, Pemerintah China menyalahkan kondisi kualitas udara yang buruk selama dua bulan itu.
Mereka mengatakan bahwa efek El Nino yang lemah, peningkatan suhu dan kelembaban telah membuat lebih sulit untuk menyebarkan emisi.
Meskipun dengan kondisi kualitas udara yang buruk, mau tidak mau masyarakat berupaya agar tidak gagal memenuhi target.
Kementerian telah berjanji untuk menindak daerah yang gagal memnuhi target, namun belum tahu hukuman apa yang akan mereka hadapi.
Provinsi Hebei dan Shanxi, di mana termasuk delapan kota berkabut di China, telah membentuk sistem "reward and punishment".
Daerah yang memiliki kinerja terburuk nantinya harus membayar denda ke daerah-daerah yang telah melakukan hal terbaik.
Pada Rabu (20/3/2019), Provinsi Hebei menerbitkan daftar 14 distrik yang gagal memenuhi target negara di tahun 2018, termasuk zona industri utama di Tangshan, kota penghasil baja terbesar di China.
Berdasarkan informasi dari Pemerintah Provinsi, kepala daerah dari 14 distrik tersebut dipanggil ke Biro Perlindungan Lingkungan Provinsi untuk menerima kritik publik. (dailymail.com/kompas.com)
Bayi Usia 45 Hari di Korea Selatan Positif Terinfeksi Virus Corona
Sementara itu, seorang bayi usia 45 hari di Korea Selatan menjadi pasien termuda yang terinfeksi virus corona, setelah munculnya 586 kasus baru.
Ayah dari si bayi disebut merupakan anggota sekte keagamaan Shincheonji, kelompok yang disebut merupakan penyebar pertama virus.
Bayi usia 45 hari itu positif menderita virus corona, tiga hari setelah ayahnya juga terinfeksi virus yang mengakibatkan penyakit Covid-19 itu.
Sejak positif dinyatakan tertular, si ibu dan bayinya disebut langsung melakukan karantina secara mandiri di rumah mereka di Gyengosan.
Dilansir SCMP Minggu (1/3/2020), otoritas Korea Selatan memperingatkan kasus bisa semakin luas dengan pusatnya di Daegu, di mana sekte Shincheonji berasal.
Dinas kesehatan menyatakan, dari total 210.000 pengikut sekte, mereka sudah memeriksa 88 persen, dengan Yonhap melaporkan dua persen (4.200 orang) menderita gejala virus.
Pada Sabtu (29/2/2020), Seoul melaporkan bahwa perempuan 73 tahun yang sempat dinyatakan sembuh dan keluar dari rumah sakit, ternyata kembali terinfeksi.
Presiden Moon Jae-in menyatakan, pemerintahannya "habis-habisan" menangkal Covid-19 setelah korban yang tertular sudah mencapai 3.736.
Sementara korban meninggal SARS-Cov-2 mencapai 20 orang. Terbesar nomor tiga setelah kasus kematian Iran (43), dan Italia (29).
Korsel menjadi negara dengan infeksi terbesar di China, sejak virus dengan nama resmi SARS-Cov-2 tersebut muncul pada Desember 2019.
"Pemerintah kini habis-habisan setelah meningkatkan darurat krisis ke tingkat tertinggi," jelas Moon dalam acara Hari Pergerakan Kemerdekaan.
"Kami akan mampu menangkal penyebaran Covid-19, dan menyelamatkan ekonomi yang saat ini tengah terguncang," jelasnya dilansir AFP.
Raksasa teknologi Samsung menunda operasi di pabrik mereka di Gumi, sekitar 200 kilometer di sebelah tenggara ibu kota Seoul.
Sementara pabrikan mobil Hyundai Motor juga menghentikan aktivitas mereka di Ulsan setelah pegawainya ada yang tertular virus.
Kasus di Korea Selatan disebut berawal ketika perempuan 61 tahun yang merupakan anggota Shincheonji terserang demam pada 10 Februari.
Namun, dia bersikukuh untuk ikut kegiatan kelompok tersebut selama empat kali sebelum positif terinfeksi virus yang berasal dari Wuhan.
Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KCDC) menyatakan, sekitar 60 persen kasus berasal dari entitas sekte yang dianggap sesat itu. (Kompas.com)