Ini Pesan Bupati Ngada Saat Buka Konferensi Anak di Ngada

Kasus kekerasan terhadap anak, khususnya kekerasan seksual terhadap anak mendapat perhatian serius Bupati Ngada Paulus Soliwoa

Penulis: Gordi Donofan | Editor: Kanis Jehola
ISTIMEWA
Suasana kegiatan konferda di Bajawa Kabupaten Ngada, Jumat (21/2/2020). 

POS-KUPANG.COM | BAJAWA - Kasus kekerasan terhadap anak, khususnya kekerasan seksual terhadap anak mendapat perhatian serius Bupati Ngada Paulus Soliwoa.

Bupati Soliwoa minta berbagai pihak turun tangan ikut ambil bagian dalam mengatasi kasus kekerasan terhadap anak yang terus meningkat dari tahun ke tahun dan semakin marak.

Bupati Paulus Soliwoa beberapa kali memberi penekanan terhadap kasus kekerasan sebagai ancaman serius.

Tata Cara dan Doa Sholat Tahajud Ustaz Adi Hidayat Beberkan 4 Janji Allah Bagi Orang Tahajud

Bupati Paulus rupanya cemas dengan keadaan ini yang menurutnya akan berdampak pada generasi masa depan Ngada dan bangsa ini.

Paulus Soliwoa menegaskan itu ketika membuka Konferensi Anak Daerah (Konferda) tingkat Kabupaten Ngada yang berlangsung 20 - 21 Februari di Rumah Khalwat Bintang Bethlehem, Bejo, Kecamatan Bajawa, Kabupaten Ngada.

Yayasan Kemala Bhayangkari Polres Sumba Timur Bantu Ivanna Bocah Penderita Sakit Ginjal

Saat membuka kegiatan, dihadapan 70 siswa utusan dari berbagai SMP dan SMA/SMK se-Kabupaten Ngada yang juga dihadiri 35 guru pendamping serta udangan lainnya, Paulus Soliwoa `tercengang' karena tahun 2020 yang baru masuk awal bulan Februari sudah terjadi tiga kasus kekerasan terhadap anak di bawah umur dengan anak sebagai pelaku kekerasan dua orang.

Tahun 2019, Kata Bupati Soliwoa tercatat ada 20 kasus kekerasan terhadap anak, 15 di antaranya kasus kekerasan seksual, empat kasus penelantaran anak, dan satu kasus bully.

Disayangkan, bahwa kekerasan terhadap anak banyak dilakukan oleh orang-orang dekat korban, seperti orang tua sendiri, maupun kakak adik, om, tante dan orang dekat lainnya. Ada juga kekerasan terhadap anak yang dilakukan oleh anak dengan korban anak.

Jika dilihat dari dampak yang ditimbulkan dari kasus-kasus kekerasan terhadap anak, baik fisik, psikis, sosial, dan lainnya, maka baik pemerintah, masyarakat, para penegak hukum dan berbagai pemangku kepentingan harus merapatkan barisan `memerangi' tindak kekerasan yang banyak melibatkan pelaku orang-orang dekat korban ini.

Pemda Ngada sendiri, sebagaimana dikemukakan Bupati Soliwoa di hadapan 70 utusan siswa dari berbagai sekolah dan para guru pendamping berjanji akan melakukan interfensi melalui kebijakan anggaran.

Sehingga, kata dia, dengan anggaran yang cukup dapat melakukan berbagai kegiatan dan upaya advokasi anak.

Menurut sumber di Dinas PMDP3A kabupaten Ngada yang membidangi urusan desa, pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, tahun lalu untuk bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P3A) mendapat jatah anggaran sekitar Rp 60 juta, dan tahun ini ada tambahan anggaran menjadi Rp 89 juta lebih.

Diakui Bupati Soliwoa, mengingat keterbatasan anggaran dalam membiayai berbagai pembangunan, maka kebijakan anggaran selalu disesuaikan.

"Tetapi kita akan terus beri perhatian pada masalah ini. Karena ini demi masa depan Ngada dan masa depan bangsa. Sehingga interfensi anggaran untuk bidang ini menjadi perhatian supaya bisa lakukan diversifikasi kegiatan anak sebagai langkah kampanye menolak kekerasan terhadap anak," kata Soliwoa.

Harus Beda

Halaman
123
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved