Di Nagekeo Warga Gotong Jenazah Seberangi Sungai Lowo Sesa Menuju Alorawe

Di Kabupaten Nagekeo warga gotong jenazah seberangi Sungai Lowo Sesa menuju Desa Alorawe

Penulis: Gordi Donofan | Editor: Kanis Jehola
ISTIMEWA
Sejumlah warga Alorawe saat menggotong jenazah melintas Sungai Lowo Sesa di Desa Alorawe Kecamatan Boawae Kabupaten Nagekeo, Kamis (20/2/2020). 

Yohanes mengaku warga harus melawan arus dan menggotong jenazah. Seharusnya Pemda Nagekeo membuka mata saat mengetahui kejadian tersebut dan kesulitan masyarakat sebelumnya.

"Dalam adat dan budaya Nagekeo, jenazah harus kita perlakukan dengan hormat. Tetapi ini, harus menyeberangi kali. Untung saja selamat sampai diseberang. Bagaimana kalau peti tersebut terbawa arus. Pemerintah Kabupaten Nagekeo harus segera mengambil sikap," ujar dia.

Yohanes mengatakan membangunan itu harus dipandang secara utuh dan menyeluruh.Di ibu kota bisa dibangun jalan bernilai miliaran rupiah.

"Di wilayah lain ada banyak pembangunan. Pemda juga mampu selenggarakan kegiatan-kegiatan dan festival yang beranggaran miliaran rupiah. Mengapa bangun jembatan tidak mampu? Apakah kami orang Alo Rawe bukan bagian dari Nagekeo? Mengapa janji membangun jembatan dari tahun ke tahun hanya sekedar janji, ujar dia.

Sementara itu, Kepala Desa Alorawe Don Bosco Baka, kepada POS-KUPANG.COM, via telepon selulernya menyampaikan, kejadian tersebut sangat menyedihkan.

Kades Baka menyebutkan ada 6 orang warganya terpaksa menerjang arus dan banjir di Sungai Lowo Sesa untuk memikul peti jenazah.

Kades Baka mengatakan banjir cukup besar, dan pada titik tengah, air mencapai pundak enam orang warga yang menggotong peti jenazah.

"Syukurlah mereka bisa melewati banjir dengan selamat, walaupun nyaris terseret banjir karena harus mempertahankan keseimbangan di tengah arus deras," ungkap Kades Baka.

Kades Baka mengaku warga RT 01 Desa Alorawe, Priska Moy meninggal dunia karena sakit. Priska meninggal dunia di RSUD Bajawa pada Rabu, 19 Februari 2020.

Kades Baka mengaku jenazah kemudian dibawa ke Desa Alorawe tetapi tidak bisa langsung menyeberang karena arus air di kali sangat deras.

"Karena itu jenazah terpaksa disemayamkan di salah satu rumah warga di Bukit Aetau dan ketika air cukup surut, pagi ini kami seberangkan. Kami bersepakat untuk melawan arus Sungai Lowo Sesa," ungkap Kades Baka.

Kades Baka mengaku keadaan tersebut bukanlah yang pertama kali terjadi dan pernah terjadi sebelumnya.

Ketiadaan Jembatan membuat warga pasrah dan terpaksa harus melawan arus sungai Lowo Sesa.

"Kalau memang rumah warga yang meninggal berada di sisi seberang kali, mau tidak mau harus diseberangkan dengan cara jenazah dipikul melewati kali sebab jembatan tidak ada. Belum pernah dibangun sejak Indonesia merdeka," ungkap Kades Baka.

Kades Baka mengaku, warga pernah menyeberangkan salah seorang ibu yang sedang hamil pada Bulan Juli 2018 yang lalu.

Sumber: Pos Kupang
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved