Ribuan Umat Rayakan Galungan di Pura Oebanantha Kupang

Prosesi tersebut fiawali dengan Sabwan Jawa, Sabwan Bali, Penyekaban, Penyajan, Penampan, Galungan, Manis Galungan dan Padilan Guru.

Penulis: Ryan Nong | Editor: Rosalina Woso
POS KUPANG/RYAN NONG
Umat mengikuti Upacara Galungan si Pura Agung Oebanantha Kelurahan Oeba Kecamatan Kelapa Lima Kota Kupang pada Rabu (19/2/2020) petang. 

Ribuan Umat Rayakan Galungan di Pura Oebanantha Kupang 

POS-KUPANG.COM | KUPANG -- Ribuan umat Hindu di Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur merayakan Hari Raya Galungan dengan sembahyang besar di Pura Agung Oebanantha pada Rabu (19/2/2020). Perayaan besar tersebut juga dilaksanakan dalam rangka hari jadi pura Hindu tertua di Kupang tersebut. 

Rangkaian perayaan diikuti oleh hampir seluruh umat hindu yang berada di Kota Kupang dan sekitarnya. Mereka terdiri dari umat yang berada di delapan tempekan yakni dari Tempekan Tarus,Tempekan Polres Kupang, Tempelan Brimob, Tempekan Polda, Tempekan Perumnas, Tempekan Oebobo, Tempekan  Oetete dan Tempekan Fontein. 

Rangkaian perayaan besar tersebut dimulai pada pukul 13.00 Wita dengan acara Ngiyas Ida Bhatara sekaligus Munggahan Banten Dan Lamak. Saat itu, umat yang ditugaskan akan merias dan menempatkan alat dan perlengkapan keagamaan di dalam Pura utama sebagai persiapan untuk melaksanakan upacara. 

Pada pukul 15.00 Wita, dilaksanakan Ngemejiang yang bermakna permakluman untuk dimulainya acara yang dilanjutkan dengan purwa daksina. 

Upacara pecaruan dimulai pada pukul 16.00 Wita. Dalam upacara tersebut dilaksanakan seremonial pembersihan bumi beserta isinya. Pembersihan alam dalam upacara pecaruan itu dipimpin para pinadita yang mengenakan pakaian serba putih. 

Setelahnya pada pukul 16.30 dilakukan pengaturan piodalan dan persiapan sembahyang. Selama piodalan dan persiapan berlangsung, juga disisi dengan penampilan tari-tarian di areal depan pura. Saat pengaturan piodalan, umat membawa persembahan masing masing dan meletakannya di altar sebagai persembahan bagi Sang Hyang. 

Sembahyang bersama dimulai pada pukul 18.00 Wita dengan dipimpin Jero Gede Dewa I Ketut Alit. Saat sembahyang bersama, umat yang memenuhi Pura Agung tersebut tampak khusuk dan larut dalam doa doa pujian. 

Ketua Parisada Hindu Djarma Indonesia (PHDI) Provinsi NTT I Wayan Darmawa mengatakan, hari raya galungan yang dirayakan setiap 210 hari atau enam bulan tepatnya pada tiap hati Rabu dalam Bulan itu bermakna perayaan kemenangan dharma atau kebaikan terhadap ketidak baikan atau idharma. 

Ie jelaskan, perkembangan Galungan berdasarkan mitologi Hindu yang bersumber pada Kitab Suci Weda dirayakan sebagai ungkapan rasa syukur atas terbunuhnya kekuatan raksasa oleh manifestasi dari kekuatan kebaikan yang turun ke dunia dalam rupa Batara Indra. 

"Dalam lontar jaya kesunu diceritakan bahwa perayaan galungan merupakan kemenangan dharma melawa  kekuatan tidak baik atau tiga buto yang datang sebelume galungan, yakni pada hari Minggu hadir dalam wujud buto galungan, pada Senin dalam wujud buto timbulan dan Selasa dalam bentuk buto amengkurat. Ketiga buto itu yang menggoda umat sehingga diharapkan hidup memperkokoh diri dengan menjalankan dharma," jelasnya. 

Ia mengatakan, jika seseorang mampu menjalankan dharma sebagai keutamaan dalam kehidupannya maka akan terselamatkan hidulnya. Demikian pula sebaliknya. Keutamaan itu diwujudkan dalam sikap mengalahkan enam musuh utama yakni, kroda (kemarahan), mada (mengagungkan diri sendiri) , moha (rakus dan menguasai yang bukan haknya), matsariah (iri hati) dan malas. 

Ia mengatakan, enam musuh itu harus dihilangkan untuk memenangkan dharma dengan spirit bagaimana memandang Tuhan yang murah hati dan memberikan hal baik. 

"Dalam dimensi kehidupan kita, kita wajib membentengi diri dengan berpikir yang baik, bertutur kata yang baik dan bertindak atau berperilaku yang baik. Karena itulah wujud dharma," katanya. 

Ia menjelaskan, sebanyak 11 ribu umat Hindu di NTT berbangga karena NTT telah menjadi rumah bagi semua agama. Dengan predikat sebagai provinsi dengan toleransi terbaik, seluruh masyarakat sangat memberi ruang bagi umat untuk hidup dan mengekspresikan diri baik secara spiritual, sosial maupun ekonomi. 

"Dimensi spiritual misalnya, selalu ada dukungan  yang diberikan bagi umat untuk beribadah dan menjalankan kewajiban agama. Dimensi sosial kemasyarakatan, umat selalu terlibat dalam segala kegiatan sosial dimana tanpa sekat. Sementara dalam dimensi ekonomi, umat hindunjuga mendapat ruang yang sama untuk berkerja dan berusaha secara ekonomi," ujarnya. 

Ia meyakinkan bahwa keberadaan umat Hindu di NTT juga menjadi bagian pentung untuk  berkontribusi bagi kesejahteraan seluruh masyarakat NTT. 

Sementara itu, Ketua PHDI Kota Kupang I Wayan Wira Susana menambahkan, hampir sebanyak 80 hingga 90 persen dari total 6 ribu jiwa jumlah umat Hindu di Kupang ambil bagian dalam upacara keagamaan  tersebut. Namun, karena keterbatasan tempat, tidak semua ikut merayakan puncak sembahyang bersama yang berlangsung pada pukul 18.00 Wita. 

Sebagian umat menyesuaikan  dengan kondisi dan hadir sepanjang malam hingga Kamis pagi. "Secara umum semua umat Hindu pasti akan hadir tetapi dia bertahap sesuai kondisinya, besok pagi baru selesai," katanya. 

Meski sudah melaksanakan sembahyang galungan di tujuh Pura masing masing tempekan sejak pagi hingga siang, namun pada odalan untuk Pura Agung yang diresmikan pada tahu 1976 itu umat tetap hadir dan melaksanakan sembahyang. 

Wita Suasana juga menyampaikan, pesan Galungan untuk seluruh umat adalah pesan Damai untuk mempererat hubungan baik dengan sesama umat Hindu maupun dengan yang berbeda agama. 

"Dengan galungan kita harus mempererat hubungan dengan umat, tidak boleh ada gesekan, demikian pula dengan umat yang beragama lain,  karena dharma kita yakini tertinggi kedudukannya di dunia ini," pungkasnya. 

Semwntara itu Pengempon Pura Oeba, I Made Ardika mengataka perayaan galungan melewati delapan  tahapan sampai pada prosesi galungan terakhir. 

Prosesi tersebut fiawali dengan Sabwan Jawa, Sabwan Bali, Penyekaban, Penyajan, Penampan, Galungan, Manis Galungan dan Padilan Guru. 

"Puncaknya pada hari raya galungan yang ditandai dengan penyucian alam beserta isinya, pembersihan diri dan persembahyangan untuk memohon kekuatan Tuhan untuk seluruh umat serta alam. 

Dikeroyok Sejumlah Pemuda, Mahasiswa di Kupang Ini Patah Kaki

Curi Motor, Polisi Bekuk Quardo Leonardo Eklemes

Niat Lerai Perkelahian, Mahasiswa di Kota Kupang Ini Malah Dikeroyok Hingga Tangan Patah

Jangan Ditunda, Jaga Kesehatan Jantung dengan Mengonsumsi 5 Makanan Sehat

"Galungan sebagai wujud kemenakan kebaikan dan kebajikan terhadap ketidak bajak, berpengaruh bukan hanya bagi umat Hindu tetapi bagi kita semua umat," pungkasnya. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ryan Nong ) 

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved