Opini Pos Kupang
Meruntuhkan Stigma Ketertinggalan
Mari membaca dan simak Opini Pos Kupang berjudul: meruntuhkan stigma ketertinggalan
Di masanya, meski datang dari latar keluarga berbeda dari rahim tanah Flobamora dengan segala kekurangan yang dimiliki tempo doeloe, di lain sisi memiliki kemampuan luar biasa untuk dipersembahkan bagi bangsa dan negara dan tetap menginspirasi generasi muda kita. Belum lagi putra-putri NTT yang mendapat kepercayaan di era Soeharto, Habibie, Megawati, Gus Dur, SBY hingga Jokowi, mengabdi untuk bangsa dan negara.
Sebut saja Ben Mboi, Nafsiah Mboi, Ben Mang Reng Say, Adrianus Mooy, ECW Neloe, Vincent Radja, Sonny Keraf, Saleh Huzen, Johnny Plate, dan putra-putri NTT lainnya yang mengabdi di jagad politik dan pemerintahan hingga berbagai bidang profesi lainnya hingga saat ini. Mereka ini datang dari kampung, berjuang sekuat tenaga kemudian kelak mendedikasikan ilmu dan tenaganya sehingga menjadi penyemangat tak hanya bagi para pemimpin dan rakyat di level nasional namun juga orang-orang terkasih di kampung halaman.
Di bidang sumber daya manusia NTT tak diragukan. Pun sumber daya alam yang menyebar di hampir semua pulau. Tentu tak logis melabeli NTT dengan stigma di atas. Testimoni Gubernur Laiskodat saat bertemu budayawan Emha Ainun Nadjib (Cak Nun) bisa memberikan gambaran bahwa masyarakat NTT tak perlu takluk di bawah stigma yang meruntuhkan semangat dan militansi membangun NTT dengan SDA yang berlipat-lipat. Malah menjadi pemicu dalam bekerja memajukan daerah.
Upaya `meruntuhkan'
Paling kurang ada beberapa hal yang dicatat dari plesetan tak produktif terhadap Nusa Tenggara Timur di atas. Pertama, Gubernur Laiskodat terdorong "meruntuhkan" stigma NTT seperti Nanti Tuhan Tolong atau Nasib Tidak Tentu sebagaimana ia baca dalam buku "Ide-Ide Plesetan" karya Cak Nun (meski bukan dalam konteks NTT) dalam perjalanan Jakarta-Surabaya dengan Cak Nun, budayawan yang juga murid Umbu Landu Paranggi, penyair asal Sumba yang dijuluki Presiden Malioboro atau Penyair Kuda Kayu.
"Ketika melewati pendidikan SMP, SMA, apa cita-cita dan mimpi saya? What I should be? What I must be? Saya merambah Ibu Kota Negara untuk meraih cita-cita, menggeluti berbagai bidang kehidupan kemasyarakatan yang rentan kekerasan, usaha taksi, membina keluarga dan akhirnya terjun di dunia politik. Beberapa kali saya terpental dan akrab dengan akronim `gaul' alias gagal ulang-ulang. Saya bangkit dan bangkit lagi sampai mimpi itu terwujud: menjadi gubernur NTT; pemimpin lima juta jiwa yang tersebar di berbagai desa, dusun, kampung di bumi Flobamora," kata Laiskodat (bdk. Petrus Salu SVD: Dunia Tak Selebar Daun Kelor; Penerbit Ikan Paus, 2019).
Kedua, dalam berbagai kesempatan menyambangi masyarakat di sejumlah kabupaten Gubernur Laiskodat bicara bahkan pidato dengan nada suara yang kerap dianggap kasar namun sesungguhnya merupakan bentuk protes atas plesetan-plesetan tak produktif di atas untuk memastikan bahwa NTT adalah provinsi yang kaya raya namun belum mendapat sentuhan pembangunan maksimal dan proporsional melalui APBN saban tahun anggaran.
Manusia NTT adalah kelompok cerdas yang juga memiliki kontribusi besar dalam pawai pembangunan nasional yang juga perlu diperhatikan serius. Oleh karena itu, masyarakatnya pun perlu terus-menerus didorong, dimotivasi agar memiliki rasa percaya diri yang kuat untuk ikut ambil bagian memajukan daerahnya dengan kemampuan keuangan dan sumber daya alam yang dimiliki.
"Gubernur sangat anti dengan kemapanan, kelambanan, kemalasan, kebodohan, dan korupsi yang menjadi penyebab berbagai masalah di NTT. Misalnya, tingginya angka kemiskinan, rendahnya pendapatan per kapita, rendahnya kualitas pendidikan, kesehatan, tingginya angka stunting, dan sebagainya.
Karena itu, ia tak henti-hentinya mendorong semua pihak yang bertanggungjawab langsung dengan kebijakan pembangunan NTT untuk membuat terobosan-terobosan baru yang inovatif dan memiliki nilai kebaruan," kata Dr Jelamu Ardu Marius, M.Si, Kepala Biro Humas dan Protokol Setda NTT (bdk. Valeri Guru & Sam Babys: NTT Gerbang Selatan Indonesia;2019).
Pada 17 Februari 2020, Gubernur Laiskodat merayakan HUT ke-54. Tentu selain mengucap Syukur atas kebaikan Tuhan, lebih dari itu adalah awal yang baik meniatkan diri bersama masyarakat meruntuhkan plesetan-plesetan negatif; setia bekerja keras mewujudkan visi-misi besar: NTT Bangkit, NTT Sejahtera.(*)