Intensitas Hujan Kurang Masyarakat Odaute di Nagekeo Kesulitan Air Minum, Minum Air Kotor dan Bau
Intensitas hujan kurang masyarakat Odaute di Nagekeo kesulitan air minum, minum air kotor dan Bau
Penulis: Gordi Donofan | Editor: Kanis Jehola
Intensitas hujan kurang masyarakat Odaute di Nagekeo kesulitan air minum, minum air kotor dan Bau
POS-KUPANG.COM | MBAY -- Kurang lebih satu minggu ini hujan tidak turun menyebabkan warga masyarakat Odaute di Kecamatan Nangaroro Kabupaten Nagekeo kesulitan air minum bersih.
Warga hanya pasrah dengan keadaan dan terpaksa memakai air yang tidak layak konsumsi untuk kebutuhan sehari-hari.
• Robby ACCU Siap Layani Antar Pasang 24 Jam, Bebas Biaya
Sekretaris Desa Odaute, Servasius Noe, mengatakan, sudah hampir seminggu lebih tidak turun hujan di Desa Odaute Kecamatan Nangaroro akibatanya sekitar 120 orang masyarakatnya mengalami kesulitan air minum bersih.
Servas mengaku sumber air di Desa Udaute adalah air hujan dan sempat tumbuh harapan bagi masyarakatnya untuk tidak mengalami kesulitan air minum saat musim hujan tiba.
Sumber air utama masyarakat adalah air hujan dan ini sudah berlangsung sejak lama.
• Siswa-Siswi di SMK Bina Mandiri Nggorang Labuan Bajo Sekolah di Kelas Darurat dari Bambu
"Sebab air hujan adalah sumber air paling mudah dan paling bersih bagi kami. Saat musim hujan, masyarakat akan memiliki persediaan air yang cukup untuk berbagai keperluan, terutama untuk air minum dan memasak. Harapan tersebut rupanya tidak berlangsung lama. Hujan sangat jarang turun, bahkan saat ini, telah lebih dari seminggu, hujan tidak datang. Akibatnya, masyarakat harus kembali mengkonsumsi air dari Mata Air Aegogo yang kotor dan bau," ujar Servas, kepada POS-KUPANG.COM, per telepon Rabu (5/2/2020).
Servas mengatakan untuk mencapai Mata Air Aegogo, masyarakat harus berjalan kaki sekitar 1,5 kilometer. Jalannya pun tak mudah, jalannya licin, terjal dan curam.
Sesampai di sana, masyarakat juga perlu mengantre minimal dua jam untuk memperoleh giliran mengambil air.
Karena banyak warga ikut turun mengambil air untuk keperluan rumah tangga dan debit air di Aegogo sangat kecil.
"Jadi setiap beberapa orang warga selesai mengambil air, warga lainnya perlu menunggu sampai air kembali tertampung, untuk bisa diambil lagi," ujar Servas.
Servas mengaku karena hujan tidak turun, warganya terpaksa menggunakan air dari sumber tersebut untuk minum dan memasak.
"Sayang sekali, sebab desa kami adalah salah satu desa locus stunting. Ada 24 balita penderita stunting, 6 orang ibu hamil dan anak-anak.Tentu harusnya seluruh masyarakat, terutama ibu hamil dan anak-anak, mengkonsumsi air bersih.Tetapi kenyataannya, kami harus mengkonsumsi air kotor. Bagaimana mau berantas stunting, bagaimana masyarakat mau sehat, jika krisis air bersih ini selalu terjadi," papar Servas.
Ia mengaku dirinya telah melaporkan keadaan tersebut kepada Pemda Nagekeo pada Bulan Oktober Tahun 2019 yang lalu.
Pada akhir Bulan Desember, ada bantuan air 3 tanki datang ke desa kami. Diantar oleh Forum Pengurangan Resiko Bencana.