Puisi
Ini Loh Puisi-Puisi Edisi Minggu Pos Kupang, Kepoin Yuk!
Puisi-Puisi Veran Making: Sunyi Yang Mengingat/di sini rumah yang menabur segala harapan.
Puisi-Puisi Veran Making
Sunyi Yang Mengingat
Di sini rumah yang menabur segala harapan...
Kau dan aku...
Tak sedarah, tetapi berjalan, berlari,
Bercakap-cakap
Di tempat bernamakan abadi
Yang mengingatkan kita bertumbuh
Belajar merangkai berbagai kata
Menjadikan kita kuat
Menahan gejolak
Semasa remaja
Ingin mencari-cari nama
Bahkan itu kita tuliskan di langit-langit impian
Maupun di buku-buku harian
Kita melompat-lompat, menghitung-hitung hari,
Kapan liburan akan tiba
Kita menjadi manja
Mengelilingi dunia imajinasi
Semoga kali ini
Kerinduan dapat dituntaskan...
Kembali menemukan
Ayah, ibu...
Yang tersenyum
Kau telah kembali nak?
Damai.
(Oepoi. Kamis, 30 Januari 2020)
• DJ Wilda Ngaku Bakal Jadi Ibu Baru Gempi dan Istri Gading Marten, Gisella Anastasia Beri Reaksi ini
Perjalanan menemui-Nya
Ada damai...
Tersembunyi di malam
Percakapan hening
Tanpa perlu kau buat
Agar orang lain melihat
Keangkuhan yang kau tonjolkan
Bahwa kau sedang ingin
Dilihat sesamamu
Untuk sebuah kagum
Perjalanan menemui-Nya
Membuka gerbang hati
Dalam kerendahan hati
Kesederhanaan diri
Ketulusan
Mengakui
"Aku kefanaan, kata yang belum tuntas
Mencari makna terdalam...
Siapakah aku ini?
"Apakah aku masih layak dicintai-Nya?"
Aku tak sanggup menatap-Nya
Aku ingin pulang kepada rangkulan kasih-Nya
Aku tak berdaya dihadapan-Nya
Karena aku....insan...
Yang menyembunyikan angkuh
Butuh air penyegar dahaga dari Sabda-Nya
• Cerpen Sonny Kelen: Ibu, Aku Mencintai-Nya
Puisi-Puisi Rista Wagur
Kukira Kaulah Rumah
Pada sebuah waktu yang melaju
Bolehkah daku merajut rasa pada kita yang siap maju
Entah berjalan berdampingan sebagai sejoli
ataupun menjadikanmu rumah sebagai akhir dari petualanganku pada dunia
hingga daku tak perlu lagi berteduh pada pohon yang menjadikannku sejuk
pada bilik tetangga yang mengizinkanku untuk sejenak melepas dahaga
juga pada senja dan hujan yang dipuisikan pujangga untuk sejenak mengaduh
Maaf imajinasiku terlalu liar untuk menggenggam tanpa perlu melepasmu
Bahkan terlalu egois untuk mengumbar rasa yang dianggap misalkan olehmu
"misalnya aku mencintaimu kelak" itu katamu
Ah, bumiku hangus seketika dan harapanku menjadikanmu rumah telah sirna
Namun pada bagian terakhir dari tulisan ini, izinkan daku berkata
Daku mencintai bibirmu sebagai awal kehancuran hatiku
• Irjen Pol Hamidin Wisata Religi Bersama Keluarga, Ada Keinginan Berbagi
Mencintai Tanpa Merayu
Malam ini aku ingin bersenandung kepada langit malam yang berbintang
Gemuruh yang terus menderu dan angin yang terus merangkul
Perihal daku yang menghembuskan sebongkah rasa kepadamu
Si pemilik hati yang menimbulkan resah dan membuatku merindu
Ah entahlah
Aku merindu walau tak dirindu
Menatap walau tak dapat memikat
Tetapi percayalah mendoakanmu adalah cara mencintai yang paling rahasia
Ya, aku mencintaimu, sebab aku mencintaimu
Mencintai tanpa harus merayu, merayu dengan untaian sajak para pujangga
Tentang langit senja atau langit hujan
Tidak, tidak !
Satu yang perlu kamu tahu
Bahwa merayu bukanlah cara yang pantas
Untuk memikat dan mencintaimu
Jadi inilah rasa yang senada dan sedamba?
Aku mencintaimu
Sebab aku mencintaimu