Breaking News

News

Malang Benar Nasib Seorang Anak di Sikka, Dihamili Sepupu Kandung Diusir Pula dari Kampung, Duh!

Apes menimpanya, bukannya mendapat pembelaan dari warga sekampung, ia bersama ibunya diusir keluar dari kampung itu.

Penulis: Eugenius Moa | Editor: Benny Dasman
KOMPAS.com/THINKSTOCK
Ilustrasi 

Laporan Wartawan Pos Kupang, Com, Egenius Moa

POS KUPANG, COM, MAUMERE - Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Seorang anak perempuan di bawah umur di salah satu desa di bagian timur Kabupaten Sikka beberapa waktu lalu dihamili oleh kerabat terdekat.

Apes menimpanya, bukannya mendapat pembelaan dari warga sekampung, ia bersama ibunya diusir keluar dari kampung itu. Mereka berlindung di Divisi Perempuan Tim Relawan Untuk Kemanusiaan (TRUK) di kompleks Biara Susteran SSpS, Kota Maumere.

"Bapaknya sudah meninggal. Dia dihamili oleh sepupunya. Setelah hamil diusir oleh keluarganya dan masyarakat dari kampung itu. Mereka tidak boleh tinggal di sana, dianggap aib dan bawa bencana untuk kampung," beber Koordinator Divisi Perempuan TRUK, Suster Eustochia, SSpS, kepada wartawan dalam catatan akhir tahun 2019 kasus kekerasan perempuan dan anak, Kamis (30/1), di Sekretariat TRUK, Maumere.

Bersama TRUK, kata Suster Esho, mereka menemui kepala desa setempat. Jawaban kepala desa mengejutkanya, menyatakan adat di kampung itu mengharuskan perempuan yang hamil harus keluar dari kampung. Kampung akan mendapat bala, panas, hujan dan bencana lain.

Semestinya, kata Suster Estho, pria yang menghamili perempuan di bawah umur ini diusir. "Dia sudah jadi korban, dikorbankan lagi. Kami bertemu kepala desa, polisi dan ancam laporkan kades kepada bupati, akhirnya dia mau selesaikan," ujar Suster Estho.

Korban diberikan sebidang tanah dari orangtua pria yang menghamiliinya. Pada lahan berada di desa itu dibangun rumah untuk dihuni bersama ibunya. Pendirian rumah didanai oleh TRUK bersumber dari donatur.

"Kami beli semua bahan bangunan muat ke kampung. Akhirnya warga bersama-sama kerja bangun rumahnya. Mereka sudah tempati rumahnya," ujar Suster Estho.

Menurut Suster Estho, kondisi yang menimpa perempuan ini tidak boleh dibiarkan terus-menerus berlangsung, anak dan perempuan korban kekerasan diusir dari kampung.

Data yang dirilis TRUK Maumere menyebutkan korban kekerasan terhadap anak dan perempuan di Maunere meningkat 12 persen pada 2019. Selama 2019 terjadi 92 kasus kekerasan menimpa anak dan perempuan lebih tinggi dibanding 2018 menimpa 80 korban.

Dari 92 korban itu, sebanyak 31 kasus menimpa anak perempuan, 20 anak pria dan 41 orang perempuan dewasa.

Lokus terjadi kekerasan berada di ranah personal atau rumah tangga, 72 korban mengadu ke TRUK. Kekerasan dalam rumah tangga menempati urutan tertinggi 61 orang atau 66,30 persen korban. Dari 61 korban itu, 24 di antaranya berstatus istri (14 istri sah dan 10 istri tidak sah) dan 37 anak.

Selain itu delapan korban mengalami kekerasan dalam pacaran. Bentuk kekerasan yang dialami berupa kekerasan psikis menimpa 50 orang, kekerasan ekonomi/penelataran rumah tangga 47 orang ( 25 anak dan 22 perempuan dewasa).

Kekerasan fisik dialami 28 orang dan kekerasan seksual menimpa delapan perempuan dewasa dan anak-anak. *

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved