31 Orang Digigit Komodo, Begini Trik Sederhana Melarikan Diri Saat Dikejar Hewan Raksasa Ini
31 Orang Digigit Komodo, Begini Trik Sederhana Melarikan Diri Saat Dikejar Hewan Raksasa Ini
Penulis: OMDSMY Novemy Leo | Editor: OMDSMY Novemy Leo
31 Orang Digigit Komodo, Begini Trik Sederhana Melarikan Diri Saat Dikejar Hewan Raksasa Ini
POSKUPANGWIKI.COM - 31 Orang Digigit Komodo, Begini Trik Sederhana Melarikan Diri Saat Dikejar Hewan Raksasa Ini
Beberapa hewan bekerjasama untuk mendapatkan makanan, tapi tidak dengan komodo. Komodo mencari makanannya sendiri dan sering berebut makanan.
Tak seperti hewan umumnya yang makan tiga kali sehari, komodo makan setahun sekali.
Bagaimana cara komodo memangsa korbannya, dan apa yang dilakukan komodo setelah memangsa korbannya?
Dan komodo memiliki lidah yang panjang, berwarna kuning kecokelatan dan bercabang.
Komodo menggunakan lidahnya untuk mencium bau mangsanya seperti halnya sebagian besar Squamata.
Lidah komodo menangkap partikel bau di udara lalu menaruhnya ke organ di langit-langit mulutnya yang disebut organ Jacobson yang berfungsi untuk menganalisis tanda-tanda dari bau tersebut.

Dengan bantuan angin dan kebiasaannya menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri ketika berjalan, komodo dapat mendeteksi keberadaan daging bangkai sejauh 4—9.5 km.
Lubang hidung komodo hanya berfungsi untuk bernafas dan bukan mencium bau karena komodo tidak memiliki selaput penerima bau di hidungnya.
Komodo juga tidak memiliki organ perasa di lidahnya, hanya ada sedikit ujung-ujung saraf perasa di tenggorokan dalam.
Di dalam mulut komodo dewasa, terdapat sekitar 60 buah gigi yang bergerigi tajam sepanjang sekitar 2.5 cm, yang sering terlepas atau ditanggalkan.
Dengan giginya itu, komodo melumpuhkan mangsanya dengan cara merobek dan mengoyak.
Untuk mendapatkan makanan, komodo yang lebih besar biasanya akan makan terlebih dahulu dibanding komodo yang berukuran lebih kecil.
Sedangkan komodo yang berukuran sama akan berkelahi terlebih dulu untuk memperebutkan makanannya.
Komodo makan sekali sebulan. Komodo memangsa langsung makanannya (seperti Kijang, Kerbau, dsb) tanpa mengunnyahnya, setelah memakannya komodo dapat beristirahat selama 1 bulan penuh tanpa makan sedikitpun.
Komodo kecil hanya memakan serangga seperti belalang. Dan menjelang besar, anak komodo belum mampu memakan hewan-hewan yang berukuan besar seperti kijang.
Setelah makan, komodo berjalan menyeret tubuhnya yang kekenyangan mencari tempat terbuka untuk berjemur dan mempercepat proses pencernaan.
• Kronologi Nikita Mirzani Aniaya Dipo Hanya Lecet, Pernah Tertawakan Kriss Hatta, Kini Ditahan Polisi
• Anda Hobi Berolahraga ? Yuk Praktek 4 Tips Pintar Atur Uang Agar Hemat
• Dokter Cantik Masih Pengantin Baru Bunuh Diri, Syok Baca Pesan Cinta Pria Lain ke Suami
Kalau tidak, makanan itu dapat membusuk dalam perutnya dan meracuni tubuhnya sendiri.
Dikarenakan metabolismenya yang lamban, komodo besar dapat bertahan dengan hanya makan kira-kira 12 kali setahun atau sekali sebulan.
Setelah daging mangsanya tercerna, komodo memuntahkan sisa-sisa tanduk, rambut dan gigi mangsanya, dalam gumpalan-gumpalan bercampur dengan lendir berbau busuk.
Kemudian, komodo menyapukan wajahnya ke tanah atau ke semak-semak untuk membersihkan sisa-sisa lendir yang masih menempel di mulutnya.
Komodo adalah hewan pemakan hewan lain (karnivora). Akan tetapi, biawak ini lebih sering memakan daging bangkai.
Penelitian yang ada menunjukkan bahwa biawak komodo berburu mangsa hidup dengan cara mengendap-endap diikuti dengan serangan tiba-tiba terhadap korbannya.
Ketika mangsa itu sudah dalam jangkauannya, komodo segera menyerangnya dengan menggigit pada sisi bawah tubuh atau tenggorokan.
Komodo menemukan mangsanya dengan menggunakan lidahnya yang dapat merasakan bau mangsa, binatang mati atau sekarat pada jarak hingga 9,5 kilometer.
Tidak hanya bentuknya fungsi lidah komodopun juga mirip dengan ular, yaitu dapat mengikuti jejak aroma dengan lidah.
Dan liur komodo sangat berbahaya. Di dalam liur komodo terdapat puluhan bakteri yang mematikan.

Air liur komodo merupakan salah satu hal yang sering dibicarakan banyak orang.
Karena kebanyakan orang menganggapnya beracun seperti bisa ular atau kadal beracun, bahkan dianggap tidak ada obatnya, baik untuk mencegah maupun menetralkan racun tersebut.
Komodo juga pandai berenang dan mampu menyelam sedalam 4.5 meter serta pandai memanjat pohon menggunakan cakar mereka yang kuat.
Untuk menangkap mangsa yang berada di luar jangkauannya, komodo dapat berdiri dengan kaki belakangnya dan menggunakan ekornya sebagai penunjang.
Beberapa tahun lalu, seorang wisatawan yang berprofesi sebagai fotografer asal Singapura, Lon Lie Aik (67), merupakan korban ke-30 yang digigit komodo di Taman Nasional Komodo (TNK) Labuan Bajo.

Pelaksana Harian (PLH) Kepala Balai Taman Nasional Komodo (BTNK), Hendrikus Rani Siga, menyampakan bahwa korban pertama yang digigit komodo terjadi pada tahun 1974, yaitu Rudolf.
"30 orang korban yang digigit komodo itu, terdiri dari wisatawan 2 orang; masyarakat 12 orang; Polhut 8 orang; guide 5 orang; pegawai perhubungan 1 orang; Buruh bangunan PNK 1 orang dan buruh bangunan menara telkomsel 1 orang," kata Hendrikus yang juga menjabat sebagai Kepala Seksi (Kasi) Pengelolahan TNK wilayah dua Pulau Komodo kepada Pos-Kupang.com, Kamis (4/5/2017).
wisatawan asal Singapura, Lon Lie Aik (67) yang digigit komodo, Rabu (3/5/2017) tidak menaati beberapa aturan.
"Dia tidak memiliki tiket untuk masuk di kawasan TNK. Memang kejadiannya di Kampung Komodo tetapi kampung itu juga masuk dalam kawasan TNK. Selain itu, dia sudah dilarang oleh masyarakat setempat agar tidak mendekati komodo tetapi korban tidak ikuti larangan itu," kata Hendrikus.
Namun dia membenarkan bahwa saat kejadian, tidak ada petugas TNK yang mendampingi korban karena korban tidak punya tiket masuk sehingga petugas tidak tahu.
• Polisi Borgol Dua Warga Camplong yang Diduga Menganiaya Brondong Nongol di Kolong Tempat Tidur
• Dijemput Paksa di Rumah, Puluhan ASN Sikka Malas Apel
• TRAGIS! Beda Rumah Soeharto Jalan Cendana Dulu Bergengsi & Dibanggakan, Kini Sepi dan Terbengkalai
* Komodo Gigit Warga Setempat
Warga asal Kampung Ceke, Desa Bangka Lao, Kecamatan Ruteng, Kabupaten Manggarai, Yosep Asak (40), digigit komodo saat sedang menyelesaikan pekerjaan WC milik Balai Taman Nasional Komodo (BTNK) di Loh Buaya, Pulau Rinca, Kecamatan Komodo, Labuan Bajo, Kamis (30/11/2017) sekitar jam 11.00 Wita.
Dilansir POSKUPANGWIKI.COM dari Pos-Kupang.com, akibat gigitan itu, Yosep mengalami luka robek pada paha kiri dan tangan kanan.
Saat berita ini ditulis, korban sedang dirawat di Rumah Sakit Siloam Labuan Bajo.
Rekan korban, Stanis Jeharum yang ditemui di Siloam Kamis siang itu, menuturkan bahwa saat kejadian mereka masih menyelesaikan pekerjaan WC.
"Saat itu, korban kerja di sebelah tembok dari posisi kami. Mereka ada dua orang dan kami juga dua orang. Korban sedang mengangkut tanah menggunakan karung dari luar ke dalam untuk menutupi saluran pipa WC. Jarak dari tempat pengambilan tanah ke dalam, sekitar lima meter. Kami mendengar suara teriakan temannya, ternyata ada yang digigit komodo. Komodo itu berukuran besar, panjangnya sekitar dua meter lebih," kata Stanis.
Dia mengatakan, dirinya baru tiga hari bekerja di tempat itu. Sedangkan rekan lainnya sudah lama.
"Selama tiga hari saya di sana, komodo itu memang selalu ada di sekitar tempat kami bekerja. Komodo itu kadang tidur di dekat tempat itu. Terlihat seperti jinak. Ada juga anak-anaknya yang masih kecil. Tadi malam (Malam Kamis, Red), komodo itu juga tidur di sekitar itu," kata Stanis.
Saat kejadian, kata dia, sedang hujan. Korban langsung dievakuasi ke kapal di pinggir pantai yang berjarak sekitar tiga ratus meter dari tempat kejadian dengan cara digotong menggunakan papan yang sudah dirancang.

"Awalnya menggunakan kapal. Sampai di tengah laut baru pindah ke speead boat. Selama dalam perjalanan korban tidur. Dia mengeluh rasa panas," tutur Stanis.
Kepala BTNK Sudiono, membenarkan kejadian itu saat dikonfirmasi Pos Kupang.
"Ia betul orang manggarai. Tangan kanan dan kaki robek," kata Sudiono lewat WA.
* Tips dan Trik agar Tak Jadi Mangsa Komodo di Pulau Komodo
Kawasan Taman Nasional Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Flores, NTT adalah tempat hidup komodo. Dalam kawasan itu ada dua pulau yang dihuni komodo serta beberapa pulau kecil tempat hidup binatang ini namun tidak ramai dikunjungi.
Loh Buaya, Pulau Rinca, Desa Rinca, dan Loh Liang, Desa Komodo, Kecamatan Komodo sebagai tujuan utama dari wisatawan mancanegara dan Nusantara untuk melihat langsung keberadaan komodo.
Dilihat sekilas, komodo kelihatan lugu, diam, tenang, namun memiliki insting alamiah yang tiba-tiba menyerang siapa saja. Saat binatang ini berjalan dan bergerak tidak menimbulkan kegaduhan di sekitarnya.
Begitu juga saat komodo ini tidur, pengunjung dan warga lokal tidak bisa mencuriga bahwa itu adalah komodo. Saat binatang ini bergerak tetap tenang dan tidak dapat diketahui bahwa itu adalah komodo.
Hanya orang-orang tertentu yang sudah terlatih yang bisa mengetahui gerak gerik komodo di tengah hutan belantara maupun di sekitar kawasan Loh Buaya dan Loh Liang.
Juga tak semua warga di Desa Rinca dan Komodo mengetahui dan memahami gerak gerik binatang itu.
Warisan dunia ini mendatangkan ratusan wisatawan mancanegara dan Nusantara dari seluruh dunia. Dari tahun ke tahun, jumlah kunjungan wisatawan ke kawasan Taman Nasional Komodo terus meningkat.
Di balik itu ada peristiwa yang memilukan dan menakutkan bagi wisman dan nusantara karena serangan binatang ini yang tak terduga. Serangannya sangat cepat, baik untuk pemangsanya maupun manusia. Apalagi saat binatang ini dalam keadaan lapar.
Menurut berbagai kisah yang diceritakan warga lokal maupun petugas ranger di Loh Buaya dan Loh Liang bahwa binatang ini tidak pernah mengalami kekenyangan.
Insting binatang ini sangat kuat, saat binatang ini tidur tetap bisa menyerang pemangsanya ketika ada pemangsa yang melewati di depannya maupun sekitarnya. Walaupun sebelumnya sudah memangsa binatang seperti rusa, babi hutan maupun kerbau liar yang ada di kawasan itu.
• Keasyikan Bermesra dengan Wanita Lain, Oknum ASN Ini Tujuh Tahun Lupa Nafkahi Istri dan Enam Anak
• TERUNGKAP, Emas Berlian Lina Pemberian Sule Raib, Sosok ini Bongkar Modus Teddy, Total Rp 2 Miliar!
• Kanwil DJP Nusa Tenggara Sinergi dengan Polda NTT
Komodo sangat peka dengan berbagai bunyi di sekitarnya. Bunyi apa saja yang didengarnya membuat komodo bergerak dan berjalan mengejar dimana bunyi itu berasal.
Dilansir Pos-Kupang.com dan Kompas.com, dalam kurung waktu 43 tahun, sejak pertama kali orang asing, Baron Rudolf digigit komodo dan meninggal dunia pada 1974.
Data terakhir, korban yang digigit komodo sudah 31 orang. Dan lima diantaranya termasuk Baron Rudolf meninggal dunia.
Korban terbanyak yang digigit komodo adalah warga lokal (12 orang) karena memang interaksinya paling tinggi.
Dengan peristiwa gigitan komodo itu, simak beberapa panduan yang sebaiknya dipatuhi dan diperhatikan oleh pekerja bangunan di kawasan Taman Nasional Komodo maupun wisatawan yang berkunjung.
1. Wajib Dipandu Ranger
Bagi wisatawan yang mengunjungi Loh Buaya dan Loh Liang harus dipandu oleh ranger atau pemandu yang sudah standby di dua pulau itu. Wisatawan dilarang berjalan sendirian karena di jalur-jalur trekking, komodo senang berjemur atau berjalan mencari daerah lembab.
Ranger atau jagawana di TN Komodo memberikan penjelasan kepada wisatawan yang tiba di Pulau Rinca, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, Sabtu (10/5/2014)
Komodo sering berteduh di bawah pohon besar di dalam kawasan Loh Buaya dan Loh Liang. Juga binatang ini berteduh di goa-goa batu besar.
2. Suka Daerah Lembab
Selain itu komodo selalu mencari daerah-daerah lembab seperti kamar mandi, WC. Jika Anda ingin buang air besar dan kecil, sebaiknya diperiksa terlebih dahulu kondisi di dalam kamar mandi dan WC yang ada di beberapa gedung kantor resor Loh Buaya dan Loh Liang.
3. Peka Bau Amis
Komodo sangat peka dengan bau amis. Jika binatang ini sudah menjemur badannya, selanjutnya akan mencari tempat-tempat lembab. Tempat lembab lainnya juga berada di bawah kolong kantor milik Balai Taman Nasional Komodo.

4. Jangan Berisik
Selain itu, saat berwisata alam di TN Komodo, sebaiknya tidak ribut dan tidak bersuara keras sebab binatang ini sangat peka dengan bunyi dan suara. Sebaiknya selama berwisata, handphone dalam keadaan diam.
5. Peka Bau Darah
Saat berwisata secara rombongan, sebaiknya dibagi dalam kelompok yang dipandu ranger-ranger sudah selalu siap melayani tamu.
Juga bagi kaum perempuan yang sedang datang bulan alias haid agar bsa memperhatikan dengan baik, sebab, binatang ini sangat peka mencium bau darah.
6. Patuhi Panduan Ranger
Selanjutnya, saat komodo bergerak untuk berjalan, pengunjung tidak usah panik dengan mengeluarkan suara keras. Turuti panduan-panduan yang akan disampaikan petugas ranger.
Pemandu-pemandu yang mendampingi tamunya tetap memakai jasa petugas ranger yang disiapkan pengelola kawasan itu. Tentu jasa-jasa ranger harus dibayar oleh tamu yang berkunjung ke kawasan itu.
Banyak hal yang harus dipatuhi selama berwisata kawasan itu demi keselamatan pengunjung itu sendiri.
Sebelum melakukan perjalanan wisata di dalam kawasan itu, petugas ranger selalu memberikan penjelasan tentang keselamatan berwisata juga hal-hal yang diperhatikan pengunjung. Ranger akan menjelaskan peta perjalanan wisata di kawasan itu.
Petugas ranger selalu menawarkan long trekking atau short trekking.
7. Dilarang Merokok
Selain itu, pengunjung yang melakukan perjalanan wisata dilarang merokok karena ada padang savana serta daun kering di dalam kawasan itu. Untuk warga lokal dilarang membakar alang-alang di padang savana di dalam kawasan tersebut.
8. Berlari Zig Zag
Komodo dapat Berlari dengan Kecepatan 20 km/jam. Kecepatan tersebut tergolong cukup cepat untuk seekor reptil. Namun komodo tidak dapat berlari Secara Zig-Zag
Saat komodo mengejar manusia, komodo seharusnya dapat menangkap manusia dengan mudah.
Akan tetapi umumnya seseorang yang dikejar komodo mengakalinya dengan berlari secara zig-zag, dengan begitu komodo akan bingung dan menghambat pergerakan komodo. (*)
* VIDEO: Warga Nanga Baras Tangkap Komodo yang Masuk Kampung di Manggarai Timur
Seekor rughu atau komodo Pota yang masuk ke kampung dan pemukiman warga di Galung Cie, Kelurahan Nanga Baras, Kecamatan Sambi Rampas, Kabupaten Manggarai Timur (Matim) ditangkap warga, Jumat (28/6/2019).
Warga bersama THL Dinas Pariwisata Matim menangkap komodo karena takut mengganggu warga.
Warga bersama THL menangkap komodo tersebut dengan cara mengikat komodo tersebut agar tidak masuk ke kampung.
Dengan menggunakan tali dan kayu komodo tersebut akhirnya berhasil diamankan warga.
"Dua hari yang lalu pada Jumat (28/6/2019) warga dan THL Dinas Pariwisata Matim menangakap komodo yang masuk kampung," kata Camat Sambi Rampas, Sirajudin dalam rilisnya kepada POS-KUPANG.COM dari Pota, Minggu (30/6/2019) pagi.
Ia menjelaskan, saat ini komodo yang ditangkap masih diikat karena tidak mengganggu warga.
"Tapi komodo itu akan dilepas secara adat untuk kembali ke hutan. Ritual adat itu juga dimaksudkan agar komodo tidak lagi mengganggu warga," ujarnya. (*)

* Unik, Cara Komodo Kawin
Mau Kawin dengan Komodo Betina, Beberapa Komodo Jantan Akan Lakukan Aksi Berbahaya Seperti Ini
Pernah melihat komodo secara langsung? Hewan purbakala ini masih hidup dan berkembangbiak di Pulau Komodo yang ada di Kabupaten Manggarai Barat ( Mabar ), Provinsi Nusa Tenggara Timur ( NTT ).
Komodo ini oleh penduduk asli pulau komodo juga disebut dengan nama setempat ora.
Komodo dikenal dunia dengan sebutan komodo dragon (naga komodo).
Komodo (Varanasus Komodoensis) merupakan speises kadal yang juga merupakan salah satu hewan endemik Indonesia.
Sekitar tahun 2011 lalu, Taman Nasional Komodo ( TNK ) yang ada di Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur ( NTT ) pernah masuk sebagai finalis dalam ajang pemilihan tujuh keajaiban alam baru atau New Seven Wonders of Nature (N7WN). Sebab TNK memiliki hewan purbakala bernama Komodo.
Dilansir POSKUPANGWIKI.COM dari wikipedia indonesia, komodo merupakan spesies terbesar dari familia Varanidae, sekaligus kadal terbesar di dunia, dengan rata-rata panjang 2-3 meter dan beratnya bisa mencapai 100 kg.
Komodo merupakan pemangsa puncak di habitatnya karena sejauh ini tidak diketahui adanya hewan karnivora besar lain selain biawak ini di sebarang geografisnya.
Tubuhnya yang besar dan reputasinya yang mengerikan membuat mereka menjadi salah satu hewan paling terkenal di dunia.
Sekarang, habitat komodo yang sesungguhnya telah menyusut akibat aktivitas manusia, sehingga lembaga IUCN memasukkan komodo sebagai spesies yang rentan terhadap kepunahan.
Komodo telah ditetapkan sebagai hewan yang dilindungi oleh pemerintah Indonesia dan habitanya dijadikan taman nasional, yaitu Taman Nasional Komodo, yang tujuannya didirikan untuk melindungi mereka sehingga komodo tidak punah.
Namun sepertinya hewan besar ini tak akan punah dari dunia ini sebab untuk berkembangbiak ternyata komodo tak membutuhkan 'pejantan', bagaimana bisa?
Sebelum kita membahas bagaimana komodo itu berkembangbiak mari kita bahas hal lain soal komodo.
Komodo dewasa lebih liar dan memiliki berat sekitar 70 kg, tetapi komodo yang dipelihara di penangkaran sering kali memiliki bobot yang lebih berat.
Spesimen liar terbesar yang pernah ditemukan panjangnya mencapai 3.13 meter dengan berat sekitar 166 kg, termasuk berat makanan yang belum dicerna di dalam perutnya.
Komodo memiliki ekor yang sama panjang dengan tubuhnya. Dan meski komodo tercatat sebagai kadal terbesar di dunia, namun bukan spesies yang terpanjang.
Reputasi panjang tubuh (tidak termasuk berat badan) dipegang oleh biawak Papua (Varanus salvadorii).
Jangan macam-macam dengan komodo karena komodo mampu melihat hingga sejauh 300 m pada pagi dan siang hari. Namun komodo tak bisa melihat dengan baik pada malam hari sebab retinanya hanya memiliki sel kerucut.
Komodo mampu membedakan warna namun tidak begitu mampu membedakan objek yang tak bergerak.
Dan ternyata komodo tidak memiliki indera pendengaran, walaupun memiliki lubang telinga.
Apakah komodo tuli alias tak bisa mendengar?
Komodo sempat dianggap tuli ketika penelitian mendapatkan bahwa bisikan, suara yang meningkat dan teriakan ternyata tidak memengaruhi komodo tersebut.
Hal ini kemudian terbantahkan ketika karyawan Kebun Binatang London ZSL, Joan Proctor melatih biawak komodo untuk keluar makan dengan suaranya, bahkan juga ketika ia tidak terlihat oleh si biawak.

Dari fisiknya, komodo jantan terlihat lebih besar daripada komodo betina. Warna kulit komodo jantan yakni dari abu-abu gelap sampai merah batu bata.
Sementara komodo betina kulitnya berwarna hijau kecokelatan dan memiliki bercak kecil kuning pada tenggorokannya.
Dan komodo muda lebih bervariasi warnanya, dengan warna kuning, hijau dan putih dengan latar belakang hitam.
Komodo muda banyak menghabiskan waktu di pohon. Pohon merupakan tempat bersembunyi yang cukup aman untuk menghindari para predator dan komodo kanibal.
Komodo jantan dapat hidup lebih dari 50 tahun dan usia tersebut tergolong sangat panjang untuk spesies kadal. Sedangkan komodo betina umumnya hanya hidup hingga usia 31 tahun.
Nah bagaimana komodo berkembangbiak ?
Komodo bisa berkembangbiak tanpa pejantan. Karena itulah komodo dapat bertahan dari ancaman kepunahan.
Namun perkembangbiakan tanpa penjantan ini hanya akan menghasilkan komodo jantan.
Karena itu tak heran jika perbandingan jumlah komodo jantan dengan komodo Betina adalah 3:1
Beberapa komodo betina melakukan perkembabngbiakan tanpa adanya pejantan, sehingga komodo yang dihasilkan sudah pasti merupakan komodo jantan.
Di samping proses reproduksi yang normal, terdapat beberapa contoh kasus komodo betina menghasilkan anak tanpa kehadiran pejantan (partenogenesis), fenomena yang juga diketahui muncul pada beberapa spesies reptil lainnya seperti pada Cnemidophorus.
* Perkawinan Komodo yang Heroik
Musim kawin komodo biasanya berlangsung antara bulan Mei hingga Agustus setiap tahunnya.
Ada yang unik dan heroik saat terjadi perkawinan antara komodo jantan dan komodo betina.
Pada saat kawin, sebanyak 3 atau lebih komodo jantan akan memperebutkan 1 komodo betina dengan cara berkelahi.
Wajar karena perbedaan populasi pejantan dan betinanya, Komodo jantan harus saling berkelahi untuk mendapatkan 1 komodo betina.
Saat bertarung itulah, dua komodo komodo jantan hanya berdiri menggunakan kedua kaki belakangnya saja.
Dua pejantan "bergulat" dengan jantan lainnya sambil berdiri menggunakan kaki belakang lalu saling mendorong dan memukul dengan kaki depan.
Komodo yang kalah akan terjatuh dan "terkunci" ke tanah.
Saat perkelahian heroik itu, para petarung dapat muntah atau buang air besar.
Pemenang pertarungan akan menjulurkan lidah panjangnya pada tubuh si betina untuk melihat penerimaan sang betina.
Apakah komodo betina akan langsung menerima perkawinan itu?
Tidak semudah itu, sebab komodo betina bersifat antagonis.
Karenanya saat komodo jantan pemenang pertarungan akan kawin dengan komodo betina, si komodo betina akan melawan dengan gigi dan cakar.
Dan perkelahian ini akan terjadi selama awal fase berpasangan alias kawin.
Komodo jantan mesti sepenuhnya mengendalikan betina selama bersetubuh agar tidak terluka.
Selama perkawinan, si jantan menggosokkan dagu mereka pada si betina, disertai garukan keras di atas punggung dan menjilat.
* Pengamanan dan penetasan telur
Setelah kawin dan akhirnya bunting dan waktunya bertelur, komodo betina biasanya meletakkan telurnya di lubang tanah.
Cekungan di tebing bukit atau gundukan sarang burung gosong berkaki-jingga yang telah ditinggalkan. Akan tetapi, komodo lebih suka menyimpan telur-telurnya di sarang yang telah ditinggalkan.
Sarang komodo biasanya berisi 20 telur. Dan komodo betina berbaring di atas telur-telur itu untuk mengerami dan melindunginya sampai menetas setelah dierami selama 7–8 bulan.
Proses penetasan adalah usaha melelahkan untuk anak komodo, yang keluar dari cangkang telur setelah menyobeknya dengan gigi telur yang akan tanggal setelah pekerjaan berat ini selesai.
Setelah berhasil menyobek kulit telur, bayi komodo dapat berbaring di cangkang telur mereka untuk beberapa jam sebelum mulai menggali keluar sarang mereka.
Ketika menetas, bayi-bayi ini sangat rentan dimangsa oleh predator.
Itulah sebabnya banyak anak komodo yang tak bisa bertahan hidup.
Tingkat kelahiran komodo bisa mencapai angka 85%, akan tetapi tingkat bertahan hidup anak komodo di alam hanya sekitar 10-15%.
Perlu diketahui bahwa untuk melindungi telurnya dari predator, komodo umumnya menggali lubang sedalam 2 meter untuk meletakan telur-telurnya.
Ya, komodo membuat 2 lubang palsu untuk mengelabui pemangsa telut-telurnya. (poskupang.com, novemy leo)