5 Tahun di Kota Kupang, Ini Harapan Pengungsi Asal Afghanistan
Mohammad Hussain (23), seorang pengungsi asal Afghanistan mengharapkan dapat segera pergi ke negara ketiga atau negara penampungan.
Penulis: Gecio Viana | Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM | KUPANG - Mohammad Hussain (23), seorang pengungsi asal Afghanistan mengharapkan dapat segera pergi ke negara ketiga atau negara penampungan.
Ditemui di Hotel Lavender Kelurahan Liliba, Kecamatan Oebobo, Kota Kupang, Rabu (29/1/2020), Mohammad mengaku telah 5 tahun menetap di Kota Kupang.
"Saya sudah berstatus pengungsi dan berharap dapat segera mendapat negara ketiga. Terserah dari Unicef, entah Amerika atau Australia, terserah saja," katanya.
• Enam WNA China yang Diamankan Imigrasi Kupang Dipastikan Negatif Virus Corona
Mereka di bawah lindungan UNHCR dan International Organizations for Migration (IOM) sebagai pengelola dana ataupun nantinya memfasilitasi ke negara tujuan.
Mohammad mengaku, tidak mengetahui kapan waktunya untuk mendapatkan negara ketiga dan saat ini hanya sekedar menunggu demi kehidupan yang lebih baik dan nyaman.
Dirinya juga tidak memiliki pilihan selain menunggu hingga mendapatkan negara ketiga.
• Polisi Limpah Berkas Perkara Tahap I Kasus Ibu Aniaya Bayi 2 Tahun Hingga Tewas
Pihaknya juga berharap proses bagi para pengungsi untuk mendapatkan negara ketiga lebih dipercepat, sebab, lanjut Muhammad, para pengungsi telah menunggu cukup lama.
Bahkan, beberapa rekannya telah menunggu lebih dari 5 tahun.
Muhammad juga merasa nyaman di Kota Kupang karena masyarakat yang sopan dan ramah.
Bahkan, ia bersama rekannya dapat melakukan aktivitas seperti jalan-jalan hingga dirinya dapat mengikuti fitnes dengan baik di salah satu gim di Kota Kupang serta lainnya dengan baik.
Ia pun merasa bersyukur karena selama ini dapat tinggal dengan baik dan tidak mendapatkan persoalan dengan warga sekitar.
"Terima kasih untuk warga lokal," ujarnya.
Mohammad merasa sedih karena jauh dari keluarganya di Afganistan. Namun demikian, komunikasi via WhatsApp (WA) dengan keluarganya intens dilakukan untuk mengobati kerinduan bersama keluarganya.
Diakuinya, setiap bulannya ia menerima uang sebesar Rp 1.250.000 untuk biaya makan-minum (konsumsi).
Sejumlah uang ini pun digunakan semaksimal mungkin demi bertahan hidup di Kota Kupang.