RSUD. Johanes Alami Peningkatan Jumlah Pasien DBD, Begini Penjelasan Wadir

Dengue ( DBD) sehingga dalam upaya perawatannya RSUD Johanes mempersiapkan extra bed ( tempat tidur tambahan.)

Editor: Rosalina Woso
POS KUPANG/VINSEN HULER
Wakil Direktur RSUD Johanes, dr. Stefanus Dhaesoka seusai diwawancarai POS KUPANG.COM, Selasa.( 28/1) di ruang kerjanya. 

RSUD. Johanes Alami Peningkatan Jumlah Pasien DBD, Begini Penjelasan Wadir

POS-KUPANG.COM| KUPANG-- Dalam rentang waktu antara 1 atau 2 minggu terakhir, pada periode bulan Januari 2020, RSUD Johanes Kupang mengalami peningkatan jumlah pasien yang diserang Demam Berdarah Dengue ( DBD) sehingga dalam upaya perawatannya RSUD Johanes mempersiapkan extra bed ( tempat tidur tambahan.)

Hal ini dikatakan Wakil Direktur RSUD Johanes Kupang,dr. Stefanus Dhaesoka. Selasa, (28/1) di ruang kerjanya.

Extra Bed yang dipersiapkan oleh pihak RSUD, Ujar Stefanus, sebagai konsekuensi logis dari adanya overload kapasitas ruangan.

Sebagai misal, ujar Stefanus, di ruang Kenanga. kapasitas maksimal pasien di ruagan kenanga sebanyak 26 orang. Akan tetapi, karena bertambahnya 6 orang pasien yang terpapar DBD, sehingga meningkat menjadi 31 pasien di ruangan tersebut.

Oleh karena itu, sebagai solusi alternatifnya pihak rumah sakit menempatkan tempat tidur tambahan di sela-sela pasien untuk mengantisipasi.

Dikatakan Stefanus, Proses perencanaan tambahan, sebagai bentuk tindakan antisipatif jika seandainya terjadi rujukan dari luar yang dilakukan oleh pihak RSUD Johanes adalah dengan menambah 10 tempat tidur, jika ada penambahan jumlah pasien.

Stefanus menambahkan, berdasarkan pada track pasien pada periode antara bulan Desember, Januari, Februari, grafik jumlah pasien yang dirawat di RSUD Johanes meningkat. Sedangkan, pada bulan Maret dan April mulai berkurang.

Faktor meningkatnya jumlah pasien DBD, ujar Stefanus, antara lain : Pertama, dipengaruhi oleh faktor curah hujan yang tidak merata. Akibatnya, munculnya genangan air yang kemudian menjadi tempat atau media perindukan perkembangbiakan nyamuk yang semakin banyak.

Lebih lanjut dijelaskan Stefanus, medium perantara DBD adalah nyamuk yang memiliki kemampuan untuk terbang sejauh 20 meter dan 100 meter apabila dibantu tiupan angin.

Apabila nyamuk tersebut mengigit manusia maka dia ( nyamuk) akan meninggalkan virus Dengue; lalu kemudian mengigit orang lainnya, maka akan terpapar DBD.

Kedua, mobilitas masyarakat kota dalam melaksanakan rutinitas dan aktivitas kesehariannya, baik itu ditempat kerja, sekolah dst. Mobilitas mengandaikan adanya potensi diserang DBD.

Salah satu upaya untuk mengurangi perkembang biakan nyamuk dan memerangi DBD, ujar Stefanus, adalah dengan cara bersama-sama membersihkan tempat perindukan nyamuk. Yang terpenting adalah proses pencegahan DBD.

" Jika seorang telah terpapar DBD, salah satu kendalanya adalah pada proses diagnosa yang kadang tersamarkan oleh penyakit lain sebagai misal, batuk, flu apalagi ritmenya jika dulu interval hanya 4-5 hari. Sekarang berubah menjadi 6-7 hari. Jika tidak disikapi baik-baik maka secara tiba-tiba pasien yang terpapar DBD pada hari ke-5 akan drop dengan kondisi yang sudah syock," ucap Stefanus menguraikan.

Ramalan Zodiak Besok Hari Rabu 29 Januari 2020 Virgo Tak Hanya Kejutan , Sagitarius Impian Terwujud

Dinyatakan Ikut Dalam Korupsi NTT Fair, Barter Yusuf Dihukum 4 Tahun Penjara

Oleh sebab itu, ujar Stefanus, pihak RSUD Johanes menghimbau kepada masyarakat NTT bahwa yang terpenting dari DBD adalah tindakan preventif yang tidak bisa dilakukan sendiri-sendiri melainkan harus melibatkan 1 lingkungan secara keseluruhan dan juga harus tetap waspada terhadap gejala awal DBD secara khusus untuk puncak DBD.

"Apabila anak panas harus segera mungkin dibawah ke Fasilitas kesehatan," ujar Stefanus. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Vinsen Huler)

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved