8 Tahun Suami Pasung Istri Akibat Gangguan Jiwa, 4 Anak Cuma Pasrah, Simak Kisah

Suami dipasung istri selama 8 tahun akibat gangguan jiwa yang dideritanya sejak tahun 2012. Melihat hal tersebut 4 anak dari pasangan suami istri Pau

Editor: Ferry Ndoen
KOMPAS.com/MARKUS MAKUR
Valeria Panu (62) sedang membawa sepiring nasi bagi anaknya di Pondoknya di Kampung Gulung, Desa Pong Ruan, Kecamatan Kota Komba, Kab. Manggarai Timur, Flores, NTT, Jumat (1/11/2019). 

POS KUPANG.COM--   - Suami dipasung istri selama 8 tahun akibat gangguan jiwa yang dideritanya sejak tahun 2012. 

Melihat hal tersebut 4 anak dari pasangan suami istri Paulina Gawung dan Donatus Agut (54) hanya bisa pasrah dan tidak bisa berbuat apa-apa. 

Pasalnya ada alasan tersendiri mengapa ayahnya harus dipasung dan ditempatkan dalam sebuah pondok khusus. 

Kejadian ini menimpa keluarga di Kampung Ara Manggarai Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur ( NTT). 

Ilustrasi dipasung (Tribun Bali/Putu Candra)
Sebenarnya sang istri Paulina Gawung juga tidak tega memasung suaminya sendiri, namun sebagai ibu dari empat anak, tak ada cara lain. 

Lantaran kejiwaan suaminya yang terganggu, Donatus pernah menyerang dirinya.

Tak hanya itu, tindakan Donatus menjadi semakin tak terkendali dan mengganggu keamanan warga.

Paulina mengungkap, suaminya akhirnya dipasung sejak tahun 2012 silam.

"Sudah 8 tahun suami dipasung, saya betul-betul sengsara," katanya dikutip dari Kompas.com (grup SURYAMALANG.COM). 

Sejak suaminya menderita gangguan jiwa, ia harus membiayai kebutuhan harian dan biaya pendidikan empat anaknya.

Donatus Agut (54) ayah dari Yohanes Hamu yang sakit gangguan jiwa dan di pasung di Kampung Perang Ara, Desa Ngampang Mas, Kec. Borong, Kab. Manggarai Timur, NTT, Rabu, (22/1/2020). (KOMPAS.COM/MARKUS MAKUR)
Saat ini, anak sulung Donatus duduk di bangku SMA.

Sedangkan dua adiknya duduk di bangku SMP dan satu anak lainnya masih bersekolah di SD.

"Saya sendiri yang bekerja keras untuk membiayai pendidikan keempat anak-anak," ungkap Paulina.

Paulina membanting tulang agar dirinya dan empat anaknya tetap bertahan.

"Dengan bekerja serabutan atau mengolah hasil perkebunan untuk dijual," ungkap dia.

Saksi Mata Lihat Detik-detik Helikopter Kobe Bryant Jatuh, Suara Aneh dan Ledakan Keras

Ilustrasi perkebunan karet (Tribun Medan /doc )
Meski mengaku hidupnya menjadi sangat berat selepas suaminya mengalami gangguan jiwa dan harus dipasung, Paulina ingin tetap sabar.

"Sudah 8 tahun suami dipasung, saya betul-betul sengsara. Saya tetap tabah dan sabar merawat suami yang dipasung serta membiayai pendidikan anak-anak," kata dia.

Donatus diketahui mengidap sakit sejak 2005. Namun, saat itu ia masih bisa bekerja.

Waktu berjalan, sakitnya semakin parah. Ia juga mulai menyerang dan mengganggu warga.

Kepala Desa Ngampang Mas Herison Songgo mengatakan, Donatus terpaksa dipasung lantaran menyerang orang lain.

Ilustrasi (Google )
Donatus, sebutnya, juga melakukan tindak kekerasan terhadap istri dan terus berteriak.

"Sesungguhnya keluarga tak mengharapkan dipasung, tapi dia melakukan tindakan kekerasan kepada istrinya hingga dia dipasung di pondok tersendiri di samping rumah," jelas Herison.

Diculik 4 Tahun, Penderitaan Siswi SD Hamil Tua, Korban Disekap & Ditiduri Pelaku

Pernah suatu kali, alat yang memasung satu kaki Donatus dibongkar.

Namun saat istrinya, Paulina datang membawa makanan, Donatus kembali melakukan kekerasan pada Paulina.

Putra Donatus, Yohanes Hamu (12) mengatakan, biasanya dirinya membawakan makanan untuk ayahnya sebelum berangkat ke sekolah.

Sedangkan sepulang sekolah, ia membawakan minuman untuk ayahnya yang dipasung di dalam pondok.

Ketika malam, Yohanes membawakan makan malam untuk ayahnya.

"Saya bersama Mama dan tiga kakak saya sangat mencintai ayah. Namun, kami tak berdaya untuk membebaskan ayah yang dipasung karena menderita gangguan jiwa," katanya.

Ia selalu berdoa agar ayahnya yang saat ini menjalani pengobatan dapat sembuh dan lepas dari pasungan. 

Kasus yang Sama

Kasus yang sama juga terjadi di desa Lare-Lare, Kecamatan Bua, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan. 

Pasangan suami istri Abdul Salam (81) dan Istrinya, Halima (60)  terpaksa memasung kedua anak mereka selama 15 tahun. 

Kedua anak Abdul yakni Anita (34) dan Saldi (31) dipasung lantaran mendeita gangguan jiwa.

Anita mengalami gangguan jiwa sejak tahun 2003, yang diawali dengan demam tinggi.
Abdul dan Halima sempat membawa Anita ke rumah sakit.

Namun, karena keterbatasan biaya tidak memungkinkan untuk merawat Anita berlama-lama di rumah sakit.

“Waktu kami bawa berobat ke rumah sakit, kami terpaksa mengutang dulu demi membiayai pengobatannya. Waktu itu tidak ada perubahan pada dirinya. Namun, karena keterbatasan biaya, kami terpaksa harus keluarkan dari rumah sakit,” kata Abdul Salam, saat ditemu di rumahnya, Kamis (28/11/2019).

Sering Mengamuk di Jalan Raya dan Sering Kejar Warga, Kakak Beradik Dipasung Selama 15 Tahun Oleh Orangtuanya (Kompas.com/Muh.Amran Amir)
Karena tak kunjung membaik, keluarga membawa Anita ke dokter ahli syaraf. Anita diberikan obat, tapi Anita tidak mau meminumnya.

Hal itu membuat kondisi Anita semakin memburuk, hingga akhirnya keluarga memutuskan memasung Anita selama bertahun-tahun.

“Kondisinya semakin jadi, bahkan sering mengamuk, sehingga kami sempat memasungnya selama 15 tahun lebih dan baru sekitar enam bulan ini kami lepas dari pasungan karena kondisi fisiknya kini lemah dan hanya hanya bisa berbaring saja,” ucap Salam.

Selain Anita, anak mereka lainnya, Saldi juga mengalami hal serupa.

Saldi mengalami gangguan jiwa pada umur 24 tahun.

Keluarga kemudian memasung Saldi selama tujuh tahun karena kerap mengamuk.
Padahal, sebelumnya Saldi sempat bekerja di sebuah perusahaan untuk menghidupi keluarganya.

“Sewaktu dia kerja sering merasakan panas, sering bikin masalah dengan temannya hingga mengalami gangguan jiwa. Kami pun terpaksa memasungnya karena sering keluar ke jalan raya dan mengejar orang,” ujar Salam.

Saldi sempat dirawat di Rumah Sakit Dadi Makassar dan kondisinya sempat membaik hingga bisa pulang ke rumah.

Namun, satu bulan kemudian penyakit Saldi kembali kambuh.

Saldi memiliki kondisi yang sama dengan kakaknya, yaitu badan lemas. Hal itu membuat orangtuanya harus melepas pasungan.

Kini Saldi dan Anita hanya bisa berbaring di tempat tidur karena fisik yang lemah. Berbagai upaya sejak belasan tahun lalu sudah dilakukan Abdul Salam dan istrinya demi kesembuhan kedua anaknya.

Misalnya berobat secara medis maupun spritual, meski harus berutang.

Abdul dan istrinya kini pasrah dan tetap berupaya merawat kedua anaknya sambil bekerja secara serabutan.

Keduanya mengumpulkan daun sagu untuk membuat atap rumbia demi memenuhi kebutuhan keluarga.

Ia sebenarnya berharap mendapat bantuan dari pemerintah daerah.

Namun sayang, bantuan tak kunjung datang.

“Setiap hari kami mengurusnya, kalau kambuh dan parah lagi penyakitnya kami tidak bisa berbuat apa-apa. Tidak bisa mengambil daun sagu untuk buat atap, karena harus dijaga. Kalau mau makan, yah apa adanya saja kami pasrah saja sama yang kuasa,” ujar dia. 

Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved