Renungan Kristen Protestan,16 Desember 2019 : Perempuan Lebih Baik Dari Pria, Ini Alasan Teologisnya

perempuan menjadi pemimpin negara, maka akan ada perbaikan secara umum di berbagai sektor, termasuk standar hidup

Editor: Rosalina Woso
Dok Pribadi/Mesakh A.P. Dethan
Pdt. Dr. Mesakh A.P. Dethan, MTh, MA 

“20 Berfirmanlah Allah: "Hendaklah dalam air berkeriapan makhluk yang hidup, dan hendaklah burung beterbangan di atas bumi melintasi cakrawala." 21 Maka Allah menciptakan binatang-binatang laut yang besar dan segala jenis makhluk hidup yang bergerak, yang berkeriapan dalam air, dan segala jenis burung yang bersayap. Allah melihat bahwa semuanya itu baik. 22 Lalu Allah memberkati semuanya itu, firman-Nya:

"Berkembangbiaklah dan bertambah banyaklah serta penuhilah air dalam laut, dan hendaklah burung-burung di bumi bertambah banyak." 23 Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari kelima. (Kejadian 1:20-23)”.

Yang keenam yang diciptakan Tuhan adalah manusia “26 Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi." 27 Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.  28 Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka:

"Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi."  29 Berfirmanlah Allah:

"Lihatlah, Aku memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji; itulah akan menjadi makananmu.  30 Tetapi kepada segala binatang di bumi dan segala burung di udara dan segala yang merayap di bumi, yang bernyawa, Kuberikan segala tumbuh-tumbuhan hijau menjadi makanannya." Dan jadilah demikian.  31 Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam. (Kejadian 1:26-31)”.

Yang menarik adalah dalam Kejadian 2:7-25 dirincikan dan dijelaskan secara detail bagaimana proses penciptaan manusia, bahwa setelah menciptakan dunia, kemudian Tuhan menciptakan manusia laki-laki yaitu Adam, baru kemudian Tuhan menciptakan manusia perempuan yaitu Hawa.

Tujuan penciptaan Hawa untuk menyempurnakan seluruh ciptaan. Karena Tuhan Alah beralasan tidak baik dan tidak elok kalau manusia laki-laki (Adam) itu seorang diri saja. Jadi perempuan yang diciptakan terakhir oleh Tuhan Allah dimaksudkan untuk menyempurnakan seluruh ciptaan.

“18 TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia."  (Kejadian 2:18). Kalau hanya Adam sendiri saja maka hal ini dipandang tidak baik. Dan status Hawa adalah penolong bagi Adam. Tak baik Adam sendiri saja dan Adam juga membutuhkan seorang penolong agar hidupnya lebih baik.

Manusia perempuan sebagai makhluk mulia dan yang diciptakan paling akhir ini dalam banyak budaya dan daerah sering kali mengalami diskriminai baik secara budaya, sosial, politik maupun segala bentuk pelecehan terhadap kaum perempuan.

Dalam waktu yang lama perempuan dianggap warga kelas dua. Perempuan diperlakukan semena-mena, karena buukan saja mendapat diskriminasi budaya, sosial politik, etc, tetapi juga didasarkan pada pemahaman telogi yang keliru bahwa perempuan adalah sumber dosa.

Padahal kalau kita melihat pandangan teologis dalam alkitab Kejadian justru menekankan tentang kemuliaan dan keutamaan perempuan karena dia ciptakan terakhir dan statusnya sebagai penolong Adam, si manusia laki-laki itu. Tanpa Hawa, laki-laki tidak benar-benar menjadi manusia.

Penekanan kitab Kejadian bukanlah hanya karena perempuan diciptakan terakhir dan karena itu disebut sebagai makhluk mulia tetapi lebih dari pada itu kelebihan peremuan dan in tidak dimiliki para lelaki adalah perempuan bisa melahirkan kehidupan.

Peran Allah yang melahirkan kehidupan mampu diperlihatkan  perempuan ketika dari rahimnya ia juga bisa melahirkan kehidupan baru. Itulah sebabnya penulis kitab Kejadian menyebut Hawa sebagai ibu dari segala yang hidup (Kejadian 3:20).

Dalam masa pelayanan Yesus seperti yang dikisahkan injil-injil dalam kitab Perjanjian Baru, banyak perempuan diberi peran dan berperan dalam karya-karya Pelayanan Yesus. Kaum perempuan bahkan menjadi saksi kebangkitan Yesus yang pertama (Matius 28:1-20; Markus 16:1-8; Lukas 24:1-12; Yohanes 20:1-10).

Jadi perempuan bukan hanya lebih baik dari pria, tetapi ia juga lebih mulia dari pada pria, dan ini alasan teologis yang paling mendasar untuk kita menghargai para perempuan dan menempatkan mereka secara proporsional dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.(Amin)

Sumber: Pos Kupang
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved