TRIBUN WIKI: Menjelajahi Pantai Nangaular Mirip Sebuah Danau di Riung Ngada Flores

TRIBUN WIKI: Menjelajahi Pantai Nangaular Mirip Sebuah Danau di Riung Ngada Flores

Penulis: Gordi Donofan | Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM/Gordi Donofan
Beberapa sampan nelayan saat atraksi sampan meriahkan Festival Riung di Pantai Nangaular Desa Latung Kecamatan Riung Kabupaten Ngada, Selasa (29/10/2019) sore. 

TRIBUN WIKI: Menjelajahi Pantai Nangaular Mirip Sebuah Danau di Riung Ngada Flores

POS-KUPANG.COM | BAJAWA - Ombaknya tenang suasananya sangat ramai. Dipinggir pantai terdapat puluhan sampan nelayan.

Itulah yang terjadi di Pantai Nangaular Desa Latung di Kecamatan Riung Kabupaten Ngada, Selasa (29/10/2019) sekitar pukul 15.30 Wita.

Sore itu sedang diadakan atraksi sampan yang digelar oleh panitia festival Riung.

Kasus Penganiayaan Gadis 16 Tahun di Malaka, PMKRI Cabang Kefamenanu Sesalkan Para Pelaku

Sampan-sampan kecil telah dihias dengan atribut-atribut yang unik dan bendera warna-warni.

"Rapat-rapat agak dekat. Kami mau naik ikut ke Pantai Lat," ungkap beberapa pengunjung dibibir pantai memanggil para nelayan.

Beberapa nelayan tampak merapat ke bibir pantai untuk menjemput beberapa pengunjung untuk menjelahi Pantai Lat dan mengelilingi Pantai Nangaular.

Cerita Ayah Korban, Benyamin Selan, Pelaku Pemerkosaan Terlihat di Surabaya

Dua tiga kali dayung, sampan para nelayan melaju begitu tenang ke tengah laut.

Saya dan teman jurnalispun berkesempatan ikut menjelajahi Pantai Nangaular.

Kami satu sampan dan didayung oleh Tadeus (47) warga Mbarungkeli Desa Latung Kecamatan Riung.

Sampan yang kami tumpangi laju dengan tenang. Tangan Tadeus begitu lincah mendayung sampan.

"Ini sampan milik saya sendiri. Ketika tidak ada kerja dirumah, saya datang mancing, bisa pagi, bisa atau juga malam," cerita Tadeus mengawali perjalanan kami mengeliling seputaran Pantai Nangaular.

Saya dan teman jurnalis sempat gugup karena semakin jauh, sampan yang kami tumpangi semakin laju.

Namun, Tadeus terus bercerita bahwa tidak apa-apa. Keseimbangan sampan cukup cukup dan ombak pun sangat tenang.

"Pantai Nangaular ombaknya sangat aman. Tidak apa-apa, disini seperti danau. Tenang sekali. Jadi tidak usah takut," ujar Tadeus.

Tadeus mengaku selama mencari ikan dirinya pernah mengalami kesulitan dikawasan itu. Karena kawasan itu sudah menjadi tempat pencaharian mereka setiap hari.

"Kawasan itu sudah merupakan tempat kami sendiri. Kami tidak ada tamu mau pesiar ke Pulau-pulau. Kalau tamu itu ikut di Dermaga Riung kalau ke 17 Pulau Riung, kami hanya mau cari ikan saja," ujar Tadeus.

Sepanjang perjalanan Tadeus banyak cerita. Sehingga tak sadar, kami sudah hampir setengah jam berputar-putar mengelilingi Pantai Nangaular.

Nama Nangaular tak diketahui asal-usulnya. Menurut Tadeus dirinya tidak mengetahui persis kenapa nama Pantai itu Nangaular.

Memang Pantai Nangaular sangat menakjubkan. Pesonnya sangat unik dan menarik. Bentuk seperti danau. Pantai ini dikelilingi bukit dengan hamparan hutan Bakau yang begitu indah.

Ombaknya tenang dan dari Pantai Nangaular pengunjung bisa melihat langsung Pulau Ontoloe dan Pulau Kelelawar.

Dari Pantai Nangaular ke Pulau Ontoloe dan Kelelawar hanya 10-15 menit saja dengan perahu atau sampan.

Menurut Tadeus kawasan itu, belum banyak diketahui banyak orang. Sehingga orang tak berkunjung kesana.

"Pantai ini tidak ada signal. Kalau cari signal harus naik ke Bukit," ungkapnya.

Jika anda berminat untuk datang ke Pantai Nangaular pasti tidak ada kecewa. Pantai Nangaular akan menawarkan sejuta peson untuk anda yang datang. Anda bisa menikmati suasana dan pemandangan yang menakjubkan.

Sebelum matahari kembali ke peraduan, kami dan beberapa rombongan atraksi perahu kembali menuju daratan.

"Terima kasih om Tadeus, sudah membawa kami menjelajahi Pantai Nangaular. Terima kasih ya om," ujar teman jurnalis sambil bergegas meninggalkan Pantai Nangaular.

Sementara itu, Penjabat Kepala Desa Latung Paulus Lali mengatakan, sejumlah sampan sengaja disiapkan agar para pengunjung yang datang ke festival tersebut dapat melihat langsung semua potensi di Desa Latung.

"Kita disini punya potensi wisata yang luar biasa. Hanya kita terkendala karena air susah dan tidak ada jaringan komunikasi. Kalau cari sinyal, kami terpaksa ke bukit yang ada di sebelah timur desa ini," ungkapnya.

Menurut Paulus, selain pariwisata, para penenun di desa tersebut masih menggunakan peralatan sederhana dalam membuat kain tenun dengan motif daerah setempat.

Sementara Camat Riung Alfian, Sos dalam sambutannya mengatakan, festival tersebut bertujuan mengangkat kembali budaya dan seni masyarakat setempat sekaligus mengenalkan kembali budaya kepada generasi muda.

Menurut Alfian, dalam mengelola pariwisata, sumber daya manusia sangat diperlukan.

Oleh karena itu, pelatihan dan sosialisasi sangat diperlukan.

"Kegiatan ini juga didukung oleh Pemerintah Kabupaten Ngada, khususnya dinas pariwisata, untuk mengangkat kembali potensi pariwisata dan permainan rakyat," ujarnya. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Gordi Donofan)

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved