Virus African Swine Fever Bisa Musnahkan Populasi Babi di Lembata, Kanisius Tuaq Khawatir

Virus African Swine Fever bisa musnahkan populasi babi di Lembata, Kanisius Tuaq khawatir

Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Kanis Jehola
POS KUPANG.COM/RICKO WAWO
Dinas Peternakan Kabupaten Lembata mengadakan rapat koordinasi lintas sektor dalam rangka mencegah virus babi African Swine Fever (ASF) masuk ke Kabupaten Lembata, Rabu (30/10/2019) 

Virus African Swine Fever bisa musnahkan populasi babi di Lembata, Kanisius Tuaq khawatir

POS-KUPANG.COM | LEWOLEBA - Dinas Peternakan Kabupaten Lembata mengadakan rapat koordinasi lintas sektor dalam rangka mencegah virus babi African Swine Fever ( ASF) masuk ke Kabupaten Lembata, Rabu (30/10/2019).

Virus yang diketahui sudah masuk negara Timor Leste ini sangat berbahaya dan mematikan. Meski tidak menular pada manusia, virus ini bisa memusnahkan semua populasi babi di suatu wilayah termasuk di Kabupaten Lembata.

Kepala Kementerian Keuangan Beberkan Realisasi Dana APBN di NTT, Simak Penjelasannya

Kepala Bidang Kesehatan Hewan Petrus Wuwur, menegaskan African Swine Fever (Demam Afrika) sudah ada sejak tahun1900-an dan terdeteksi masuk di negara Timor Leste pada September 2019 silam. Oleh karena itu, konsentrasi pemerintah saat ini adalah upaya melakukan kewaspadaan dini.

"Virus ini punya tingkat kematian tinggi. Kalau sudah kena maka 100 persen total populasi bisa mati," kata Petrus dalam rapat yang digelar di Kantor Dinas Peternakan Lembata.

Pimpinan DPRD Kabupaten Kupang Sudah Dilantik, Tiga PR Sudah Menanti, Apa Saja?

Virus babi menurut penjelasannya punya gejala yang hampir sama dengan hog cholera. Virus ASF ini tersimpan dalam darah, daging dan kotoran. Juga mematikan sangat cepat, menular pada babi tetapi tidak menular pada manusia.

Dia menyebutkan gejala klinis virus babi ASF ini adalah demam tinggi pada babi 40-42 celcius, babi hilang nafsu makan secara tiba-tiba, muntah muntah, pendarahan, kematian mendadak, keguguran, diare, peradangan, batuk berdarah, hidung berlendir, lemas dan ada gangguan koordinasi alat gerak dan kulit memerah.

Oleh karena itu, apabila pada masyarakat ditemukan ada gejala ini maka diharapkan segera menghubungi petugas dinas peternakan untuk diambil tindakan medis selanjutnya.

Dia juga mengimbau supaya para peternak babi memantau hewan-hewan pembawa virus seperti kucing, anjing, burung dan tikus.

Kata Petrus, dalam hal ini peran pemerintah sangat penting dalam melakukan kontrol keluar masuk (lalu lintas) ternak babi, dan bahan asal ternak babi (daging/makanan/limbah makanan). Pemerintah akan melakukan komunikasi, informasi dan edukasi kepada masyarakat, pelaku usaha serta stakeholder terkait demi mencegah virus berbahaya ini masuk Lembata.

Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Lembata, Kanisius Tuaq mengkhawatirkan pasokan babi yang masuk ke Lembata dari Kabupaten Alor karena secara geografis Alor lebih dekat dengan Timor Leste.

"Kita jaga babi dari Alor. Sebelum bunuh kita ambil darah. Ada masuk babi dari Alor tiga ekor, kita ambil darah dulu. Kirim darah ke Lab di Denpasar untuk cek virus itu ada atau tidak. Karena yang bawa datang itu tidak ada Surat Keterangan Kesehatan Hewan," ungkap Kanis menjelaskan sudah adanya babi dari Alor yang masuk ke Lembata beberapa waktu yang lalu.

Untuk memberi informasi dan pengetahuan kepada masyarakat perihal virus babi ini, Dinas Peternakan Lembata sudah menggelar rapat koordinasi, mengeluarkan edaran imbauan bupati yang meminta warga tidak boleh membawa ternak babi masuk ke Lembata.

Pihaknya juga akan memasang peringatan dan informasi-informasi penting terkait Virus ASF yang perlu diwaspadai pada spanduk, videotron dan stiker-stiker yang ditempel di kapal dan fasilitas publik lainnya. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, RICKO WAWO)

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved