Nasib Ribuan Orang Timor Leste di Inggris Menghadapi Ketidakpastian Brexit, Pulang ke Tanah Asal?
Begini Nasib Orang Timor Leste di Inggris Menghadapi Ketidakpastian Brexit, Pulang ke Tanah Asal?
Dia adalah satu dari belasan ribu orang Timor Leste yang bekerja di Inggris dengan menggunakan paspor Portugal, anggota Uni Eropa. Warga Timor Leste dimungkinkan mengajukan permohonan sebagai warga negara Portugal sebagai bekas negara penjajahnya.
Berbeda dengan Olderico, Helio Rangel Guterres yakin bahwa statusnya sebagai penduduk tetap atau UK Permanent Resident (UK PR) membuatnya tetap dapat berada di Inggris.
"Saya akan ada permanent resident. Jadi mau Brexit, saya tetap kerja, tetap kerja di sini karena saya kan ada permanent resident," kata Helio, 34 tahun, yang bekerja di toko barang-barang kebutuhan Asia.
Ia menambahkan tidak mungkin bagi pemegang kartu penduduk tetap untuk diusir.
Pemerintah Inggris, lewat situs gov.uk menyatakan setelah Brexit, penduduk Uni Eropa yang pindah ke Inggris dapat melamar bagi status imigrasi sementara 36 bulan yang disebut sebagai European Temporary Leave to Remain (Euro TLR).
Bagi warga EU yang pindah ke Inggris setelah Brexit dan tidak melamar Euro TLR, perlu meninggalkan Inggris selambatnya tanggal 31 Desember 2020, kecuali mereka melamar untuk dan mendapatkan status imigrasi Inggris di bawah sistem imigrasi baru berdasarkan poin.
Pemerintah mengatakan pengaturan ini tidak berlaku bagi warga EU yang telah menjadi penduduk sebelum jam 11 malam tanggal 31 Oktober 2019.

Berdasarkan data Direktorat Tenaga Kerja Nasional Timor Leste bulan Februari 2018, pengiriman uang warga Timor Leste dari luar negeri terbanyak berasal dari Inggris sebesar 63% dengan nilai US$27 juta atau Rp378 miliar pada 2017.
Salah satu penyebab banyaknya warga bekerja di Inggris adalah karena semakin sulitnya mendapatkan pekerjaan di Timor Leste. Begitu mendapatkan pekerjaan, mereka memiliki cukup sisa penghasilan sehingga dapat dipakai untuk membangun rumah, bisnis di samping juga menopang kehidupan keluarga.
"Pribadi aku sendiri kalau sudah malas kerja atau itu, bisa balik ke Timor Leste saja biar lanjut bisnis saja. Nggak mungkin kan kita di sini sampai lama-lama.
"Mungkin dua tahun, tiga tahun kalau bisnisnya sudah jalan, pasti aku balik," kata Jonny da Costa yang bekerja sebagai porter, memasak dan membantu chef di dapur restoran China.
Dia mendapatkan penghasilan bersih £420 atau Rp7,5 juta per minggu yang sebagian besar dikirimkan ke Timor Leste untuk membangun rumah dan bisnis peternakan ayam di Dili.
Baik Olderico maupun Helio juga mendapatkan penghasilan bersih kurang lebih sama, sekitar £1.600 atau Rp27 juta per bulan. Mereka juga mengirimkan sekitar setengah dari pemasukan itu ke Timor Leste.
Kebijakan pemerintah Timor Leste sendiri memang terus menambah jumlah pekerja di luar negeri, di samping juga menciptakan pekerjaan baru di dalam Timor Leste.

Perundingan terkait Brexit telah berlangsung sejak warga Inggris lewat referendum 23 Juni 2016, memutuskan keluar dari Uni Eropa.