Berita Tamu Kita
Tamu Kita : Marianus Wilhelmus Lawe: Perlu Bangun STIP Negeri di NTT
Marianus Wilhelmus Lawe, S.E, M.Mar.E, adalah satu di antara segelintir anak muda NTT potensial.
Penulis: Paul Burin | Editor: Apolonia Matilde
POS-KUPANG.COM|KUPANG - Marianus Wilhelmus Lawe, S.E, M.Mar.E, adalah satu di antara segelintir anak muda NTT potensial.
Ia sukses merenda karier sebagai Kepala Kamar Mesin (Chief Engineer) di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab.
Sejak lulus kuliah, ia sudah melanglang buana di sejumlah negara, seperti Singapura, Malaysia, Thailand dan Australia.
• Akhirnya Terungkap Alasan Pelatih Persib Bandung Enggan Komentari Wasit, Ternyata Ini yang Ditakuti
Kariernya kian melejit setelah mengantongi gelar M.Mar.E. Lawe, begitu ia akrab disapa, adalah seorang Chief Engineer senior Indonesia asal NTT.
Kini, ia bekerja sebagai Kepala Kamar Mesin (Chief Engineer) sejumlah kapal Allianz, Abu Dhabi.

"Saya baru saja dari Abu Dhabi untuk libur. Setelah kerja dua bulan, kita punya waktu cuti satu bulan. Waktu ini saya manfaatkan bersama keluarga. Juga berlibur ke kampung halaman," ujar Lawe yang beralamat Kemang Pratama, Jakarta Timur ini.
Lawe lahir di Lamawolo, Ile Ape, Lembata, 10 Juli 1980.
Ia lahir dari pasangan petani Yohanes Barang Waruwahang dan Martha Kenuka Brewumaking.
• Rambu Piras Luncurkan Single Perdana Keajaiban Biasa
Ia mengaku, potensi anak NTT di bidang kelautan sangat besar. Ia mengusulkan kepada Gubernur Viktor Laiskodat melobi Presiden Jokowi agar dapat membangun Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Negeri di NTT, seperti STIP Negeri di Cilincing, Jakarta.
"Saatnya anak muda daerah ini didorong "masuk laut" untuk menimba ilmu demi masa depan Indonesia dan NTT.
NTT ini provinsi kepulauan yang dikelilingi laut. Kita siapkan masa depan anak muda lewat STIP Negeri ini kelak mereka "berkebun" tak hanya di perairan Indonesia tapi dunia," kata Lawe. Berikut petikan wawancara Paul Burin dari Pos Kupang dengannya, Jumat (20/9/2019).
Bisa diceritakan bagaimana Anda memulai kiprah sebagai Chief Engineer di perusahaan-perusahaan pelayaran nasional dan dunia?
Setelah lulus Master Marine Engineer dari Balai Besar Pendidikan, Penyegaran dan Peningkatan Ilmu Pelayaran (BP3IP) Jakarta tahun 2009, awal 2010 saya mulai bekerja di perusahaan minyak di Thailand. Semacam perusahaan Pertamina di Indonesia. Di Thailand, saya dikontrak hampir selama setahun. Namun, per tiga bulan kembali Indonesia untuk berlibur. Selain itu, selama mengambil cuti, saya juga dipanggil untuk bekerja di sejumlah perusahaan lain di Malaysia, seperti Petronas. Kegiatan lain, yaitu delivery ship.
• Selalu Dapat Penalti di Tiga Laga Kandang Manajer Madura United, Haruna Soemitro Enggan Berkomentar

Anda juga pernah menjadi Chief Engineer kapal dari Kepulauan Tasmania menuju Singapura. Bisa diceritakan?
Begini. Sekitar 2014, saya sedang bekerja, on board di sebuah perusahaan kapal di Abu Dhabi. Namun, saat berada di rumah untuk menghabiskan masa cuti tiba-tiba saya ditelepon manajemen Go Offshore, perusahaan kapal di Australia. Mereka menyampaikan sedang mencari Chief Engineer.
Mengapa Anda yang dicari?
Pihak manajemen perusahaan menyampaikan membutuhkan Chief Engineer berpengalaman membawa kapal mereka dari Tasmania ke Singapura. Dalam hati saya malah bertanya-tanya kenapa mesti saya? Selain itu, dalam hati saya bertanya-tanya Tasmania atau Australia itu di mana. Karena selama bekerja di kapal-kapal asing, Australia adalah negara yang belum pernah saya datangi. Saya setujui permintaan itu sehingga kapal saya bawa ke Singapura melalui Adelaide dan Bali.
Apa yang Anda alami selama membawa kapal dari Tasmania ke Singapura?
Setiba di Tasmania, ternyata kapal itu sudah tidak beroperasi selama dua tahun. Kami berhasil membawa kapal itu ke Adelaide, sebuah kota kecil di Australia. Perjalanan dari Tasmania ke Adelaide memakan waktu empat hari karena kapal menghadapi badai. Tiba di Adelaide terjadi kerusakan, trouble pada mesin karena sedang ada badai.
Sejak 2014, Anda lebih enjoy bekerja sebagai Chief Engineer di kapal-kapal besar sejumlah perusahaan minyak di Abu Dhabi. Bisa dijelaskan?
Sebenarnya saya sudah join dengan Gulf Marine East. Tahun 2016, saya pindah ke Gac Marine, perusahaan Inggris di branch office Abu Dhabi. Enjoy juga di Abu Dhabi karena saya punya izin tinggal, resident visa. Selain itu, saya pingin mencari suasana baru. Senang juga karena Abu Dhabi kotanya lebih nyaman dan aman. Beberapa negara sudah saya singgahi. Misalnya, Afrika, Malaysia, Singapura, Thailand atau Australia. Karena itu Abu Dhabi menjadi pilihan menarik lainnya. Saya pikir next time, kalau sudah selesai kontrak maka saya bisa kembali ke Indonesia.
• Selama 10 Hari Warga Ulung Baras Akan Mendapat Suplai Air Bersih dari Tangki Pemerintah

Dalam konteks NTT, bagaimana Anda melihat potensi anak muda untuk kuliah di bidang kelautan?
Menurut saya NTT sebagai provinsi kepulauan sangat tepat bila pemerintah daerah membangun lembaga pendidikan khusus di bidang maritim, terutama pelayaran niaga. Dengan posisi ini ke depan, Pak Gubernur dan Wakil Gubernur perlu memikirkan agar perlu dibangun STIP Negeri. Selama ini banyak anak muda kita memilih kuliah di Jawa dan Sulawesi. Bisa dibayangkan berapa banyak biaya yang diperlukan. Tanpa kita sadari mestinya banyak SDM di NTT yang potensial lebih banyak mengabdi di darat. Padahal, lapangan pekerjaan di laut luas.
Mengapa STIP Negeri perlu didirikan di NTT?
Sekali lagi saya sampaikan bahwa NTT merupakan provinsi kepulauan. Pulau-pulau kita dibatasi laut. Ke mana-mana kita naik kapal laut atau perahu motor. Kadang saya heran. NTT kerap mendapat stigma negatif. Provinsi termiskin, terbelakang, dan lain sebagainya. Padahal, potensi anak muda kita juga luar biasa besar kalau kuliah di perguruan tinggi di luar Jawa. Di bidang kemaritiman, setahu saya, anak-anak NTT yang lulus kuliah di kelautan lebih banyak memilih bekerja di kapal-kapal asing baik di Asia maupun Afrika. Lulusannya saya jamin tak akan menganggur. Malah mereka kewalahan mendapat tawaran bekerja dengan gaji yang bisa menghidup keluarga atau mengongkosi adik-adiknya. (*)
• Menteri BUMN Puji PLN UIW NTT Karena PLTS, Ini Katanya
Sekolah Biar Bisa Makan Beras
TAK PERNAH terbayang kalau suatu waktu, Marianus Wilhelmus Lawe berada di sebuah pelabuhan megah di Tanah Van Diemen, kepulauan yang terletak di sisi selatan Australia.
Tanah Van Diemen atau lebih dikenal dengan Tasmania itu ditemukan pertama kali oleh Abel Janszoon Tasman alias Abel Tasman tahun 1643. Abel Tasman, seorang penjelajah dunia berkebangsaan Belanda.
Di atas pelabuhan itu, air mata Lawe, sapaan akrabnya, jatuh. Ia terharu mengingat kembali nasehat ayah dan ibunya: Yohanes Barang Waruwahang dan Martha Kenuka Brewumaking saat masih kecil di kampung halaman, Lamawolo, Ile Ape, Lembata. Di kaki Ile Lewotolok itu, Lawe kembali ingat nasihat kedua orangtuanya yang bertaruh nasib di bawah terik sebagai petani.
"Kamu sekolah baik-baik agar besok-besok kita bisa makan beras (nasi). Tetap semangat, rajin belajar, hormati sesama yang kamu jumpai, bergaul dengan siapa saja tanpa melihat latar belakang. Kalau sudah berilmu tetap rendah hati," kata Lawe, kepala kamar mesin (Chief Engineer) suatu pagi sesaat sebelum kapal yang ia tumpangi bertolak ke Adelaide, kota terbesar di Australia selatan, tahun 2014.
• Peringati Bulan Pengurangan Risiko Bencana Tahun 2019, Forum PRB Sumba Timur Gelar Donor Darah
Anak petani
Saat ini Lawe sebagai Chief Engineer di Allianz, Abu Dhabi yang dikontrak Adnoc, pertaminaæ Abu Dhabi, Uni Emirat Arab. Ia mengaku, tak pernah membayangkan dapat menaklukkan samudera kemudian menyapa berbagai dermaga di dunia melalui profesi sebagai Chief Engineer kapal-kapal milik perusahaan asing menembus berbagai negara di dunia.
Ayah ibunya adalah petani kecil di Lamawolo di lereng Ile Lewotolok. "Hampir sebagian desa di Ile Ape selalu mengalami kekeringan. Air bersih kala itu sulit kami peroleh. Makan juga seadanya. Karena itu, kami selalu berlomba-lomba agar bisa sekolah. Kata ibu saya, sekolah biar bisa makan beras (nasi) karena di kampung susah dapat beras," kata Lawe.
Kehidupan keluarga yang sulit menjadikan ia pribadi yang pantang menyerah. Pepatah Latin, Vita ets Militia jadi panduannya. Hidup bagi Lawe, ini tak lain adalah perjuangan. Karena itu, ia bulatkan tekad agar tetap semangat belajar meraih cita-citanya.
• Tahun Depan, Tidak Ada Lagi Minyak Curah, Wajib Dalam Kemasan
"Kampung kami berada di pinggir pantai dekat Teluk Waienga yang berhadapan dengan Tanjung Nuhanera. Masa kanak-kanak selalu kami isi dengan berenang atau memancing di laut," ujar Lawe, suami dari Margaretha AP Gromang dan ayah Grace William Ina Nuka Wahang.
Lawe mengaku, Teluk Waienga dan Nuhanera memiliki panorama alam yang eksotik yang merupakan satu di antara destinasi wisata di Lembata. Lamawolo juga merupakan desa tempat wisatawan menghabiskan waktu di dasar laut untuk diving.
Kala itu, banyak wisatawan mancanegara tergila-gila datang dan menyaksikan pesona alam di kampungnya terutama matahari takluk di perut bumi.
Kalau itu ia melihat ada kapal milik wisatawan dari Eropa yang singgah di pantai di kampungnya. Saat melihat kapal asing milik wisatawan, muncul cita-cita agar kelak bisa ikut berlayar mengelilingi dunia.
• Hari Natal Masih Dua Bulan Lagi Namun Ace Hardware Siapkan Aneka Hiasan Natal
"Saya berdoa dalam hati, semoga Tuhan menuntun saya agar kelak bisa mewujudkan impian mengelilingi dunia seperti wisatawan itu. Apalagi mereka dengan mudah menjangkau dunia dengan menguasai ilmu dan teknologi. Saya bersyukur kepada Tuhan karena hari ini mimpi saya duduk santai di atas kapal mewah. Paling kurang saya pernah menjejakkan kaki di Kepulauan Tasmania bahkan belayar hingga di negara-negara di timur Tengah," katanya.
Lawe menceritakan, ia menyelesaikan sekolah dasar di SD Inpres Tokojaeng di Lamawolo. Kemudian, ia melanjutkan sekolah menengah di SMP Santu Pius X Lewoleba dan tamat di Ratu Damai Waibalun Larantuka, Flores Timur. Selepas SMP Ratu Damai, tahun 1996, Lawe bertolak ke Jakarta.
"Masuk Jakarta semakin membuat saya senang. Seumur-umur sebagai anak kampung bisa sampai Jakarta. Ini sesuatu yang membanggakan bagi saya sebagai orang kampung," kata Lawe.
Usai merampungkan studinya di SPM Jaya tahun 2001, Lawe masuk Akademi Maritim Nasional Jakarta. Ia lulus dan mengantongi gelar ATT-3 atau Ahli Teknik Tingkat III. Sejak lulus tahun 2004 ia menjejal kariernya sebagai cadet di sebuah kapal milik PT Pelni. Kapal ini melayani rute Indonesia-Malaysia dan Singapura.
• Bulan Ini, Menu Andalan Buntut Bakar Rica di Hotel On the Rock
"Di sini saya hanya bertahan setahun. Sejak 2004-2008, saya bekerja di Petra Intra Oil, kapal milik Malaysia. Tahun 2009 saya diangkat sebagai Chief Engineer di salah satu kapal perusahaan Nigeria," katanya bangga.
Ia mengajak anak-anak tanah Flobamora agar mencintai dunia bahari melalui pendidikan untuk bekal hidupnya kelak. NTT merupakan provinsi kepulauan yang diapit lautan.
Ia juga mengharapkan agar saatnya NTT memiliki Akademi Maritim Negeri. Kampus negeri ini akan memberi peluang generasi muda NTT menyiapkan diri menjadi pelaut dunia.
"Bila setahun ada 50 atau 100 anak NTT menjadi pelaut, stigma kemiskinan, kebodohan, ketertinggalan perlahan terhapus. Saya berharap Bapak Gubernur NTT bicara dengan Bapak Presiden Jokowi agar di NTT perlu dibangun Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran Negeri di NTT. Saya pikir ini kado istimewa Pak Jokowi untuk anak-anak muda di kawasan timur Indonesia," kata Lawe, Master Marine Engineer lulusan Balai Besar Pendidikan, Penyegaran dan Peningkatan Ilmu Pelayaran Jakarta. (pol)
• Pengakuan Tak Terduga Dua Mamah Muda Ini yang Balik ke Bangku SMA, Nasib Korban Kekerasan Seksual
BIODATA
Nama : Marianus Wilhelmus Lawe, S.E, M.Mar.E
lahir : Lamawolo, Ile Ape, Lembata, 10 Juli 1980
Pendidikan:
SD Inpres Tokojaeng, Lamawolo, Ile Ape, Lembata
SMP St Pius X Lewoleba, Lembata
SMP Ratu Damai Waibalun Larantuka, Flores Timur
Sekolah Pelayaran Menengah Jaya, Kelapa Gading, Jakarta
Akademi Maritim Nasional Jakarta Raya, Jakarta
FE Jurusan Transportasi Laut, Universitas Trisakti Jakarta
Master Marine Engineer lulusan BP3IP Jakarta
Istri : Margaretha AP Gromang
Anak : Grace William Ina Nuka Wahang