Pengidap HIV/AIDS di Lembata Meningkat, dari Masalah Anggaran Sampai Tempat Hiburan Malam
Pengidap HIV/AIDS di Lembata meningkat, dari masalah anggaran sampai Tempat Hiburan Malam
Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Kanis Jehola

Pengidap HIV/AIDS di Lembata meningkat, dari masalah anggaran sampai Tempat Hiburan Malam
POS-KUPANG.COM | LEWOLEBA - Pengidap HIV/AIDS di Kabupaten Lembata meningkat tajam selama tiga tahun terakhir. Berdasarkan data yang dikeluarkan Komisi Penanggulangan Aids Daerah (KPAD) Kabupaten Lembata, angka kasus HIV/AIDS di wilayah ini mengalami peningkatan tajam sejak tahun 2016 yang berjumlah 49 kasus, pada tahun 2017 berjumlah 53 kasus, tahun 2018 berjumlah 66 kasus dan periode Januari-Agustus tahun 2019 ditemukan 27 kasus.
Dari total 27 kasus pada tahun 2019 ini, pengidap Aids berjenis kelamin laki-laki sebanyak 11 orang dan 16 orang berjenis kelamin perempuan. Mirisnya, berdasarkan jenis pekerjaan, Ibu Rumah Tangga (IRT) menempati posisi teratas pengidap Aids terbanyak dari kategori pekerjaan yakni sebanyak 14 kasus, kemudian disusul petani sebanyak 8 kasus.
• BREAKING NEWS: Polres Ngada Tetapkan Mantan Kades Tersangka Kasus Korupsi Dana Desa
Dari jumlah 27 yang ditemukan positif mengidap HIV/Aids pada tahun 2019, di antaranya juga ada 5 penderita ibu hamil; 3 orangnya ditemukan di Kecamatan Nubatukan, 1 orang di Kecamatan Buyasuri dan 1 orang di Kecamatan Ile Ape.
Dari data ini juga kemudian diketahui bahwa jumlah kasus penyakit ini di Kabupaten Lembata juga paling banyak diidap warga berusia 20-24 tahun atau 34 persen dari total pengidap Aids pada tahun 2019, dan kemudian disusul penderita berusia 25-48 tahun sebanyak 9 kasus, 7 kasus yang berusia 50 tahun ke atas dan 1 kasus ditemukan pada anak berusia di bawah 4 tahun.
• Diduga Ini Penyebab Sekelompok Pemuda Serang SMPN 13 Kota Kupang, Polisi Buru Pelaku di Rumah
Dari total 27 kasus di tahun ini, pengidap Aids terbanyak berasal dari Kecamatan Nubatukan dengan jumlah 15 orang.
Di tingkat Provinsi NTT, Kabupaten Lembata berada di posisi kelima pengidap HIV/Aids terbanyak setelah Kota Kupang, Kabupaten Belu, Sikka dan Manggarai.
Sekretaris Komisi Penanggulan Aids Daerah (KPAD) Kabupaten Lembata, Rofinus Laba Lasar, mengatakan jumlah penderita Aids di Lembata bisa jadi melebihi apa yang ada di dalam data yang mereka kumpulkan karena mungkin saja ada penderita yang belum terdata.
Kasus HIV/Aids di Kabupaten Lembata, kata Rofinus, sudah sangat mencemaskan dan dia merasa heran mengapa banyak orang menganggap ini adalah yang biasa saja.
Padahal pihaknya sudah gencar melakukan sosialisasi di setiap kecamatan, di sekolah, kantor desa dan bagi pasangan yang siap menikah di gereja-gereja.
Kendala lainnya juga yang dia ungkapkan yakni banyak masyarakat juga yang tidak mau melakukan pemeriksaan dan melapor supaya mendapatkan perawatan khusus.
Menjamurnya tempat-tempat hiburan malam di Kota Lewoleba yang menyediakan jasa prostitusi secara terselubung juga jadi salah satu penyebab tingginya angka kasus HIV/Aids di Lembata.
Hal ini belum lagi diperparah dengan maraknya praktik prostitusi jalanan dan pergaulan yang kurang sehat kaum muda di Kota Lewoleba.
Menurut Rofinus Dinas Kesehatan dan KPAD Kabupaten Lembata juga sudah melakukan sosialisasi, pemeriksaan kesehatan dan membagikan kondom kepada para Pekerja Seks Komersial (PSK) yang ada di sejumlah tempat hiburan malam.
Akan tetapi, dia mengakui upaya melakukan Voluntary Counselling and Testing (VCT) bagi para 'pekerja malam' setiap Senin dan Sabtu juga tak banyak membuahkan hasil karena minimnya partisipasi dari mereka sendiri.
Apalagi para pramuria ini juga selalu berpindah-pindah tempat dan tak lama menetap di Kota Lewoleba.
"Yang paling saya cemaskan itu karena anak-anak muda tidak mau tahu, karena barang ini enak, jadi mereka tetap pergi saja (ke tempat-tempat hibuan malam). Kita sudah jelaskan ke sekolah-sekolah bahwa itu tidak boleh tapi mereka tetap pergi," papar Rofinus, Kamis (3/10/2019).