Bocah 12 Tahun Dikurung di Kandang Tanpa Baju, Ibunya Hanya Bisa Menangis, Ini Sebabnya
Bocah 12 Tahun Dikurung di Kandang Tanpa Baju, Ibunya Hanya Bisa Menangis, Ini Sebabnya
Penulis: OMDSMY Novemy Leo | Editor: OMDSMY Novemy Leo
Namun, saat berusia 3 tahun, kejanggalan mulai terlihat dari diri Efendi.
Saat itu Efendi tidak bisa bicara dan berjalan, padahal pada usia 3 tersebut anak harusnya sudah bisa melakukannya.
"Dia hanya merangkak kemana-mana, bicaranya tidak dimengerti karena tidak ada bahasa yang bisa diucapkan," ujar Latifa dikutip dari Kompas.
Sebelum tinggal di kandang ayam, Efendi pernah ditempatkan di surau, namun ia masih bisa keluar dan mulai memakan makanan yang tidak layak seperti dedak yang ditemukannya.
"Efendi pernah makan olahan dedak untuk pakan sapi. Bahkan kulit buah siwalan, bunga, dedaunan juga dimakan. Makanya kami coba untuk dikurung," tambah Latifah.
Pernah juga suatu ketika, Efendi hilang dan ditemukan pada malam di pinggiran sungai dan kuburan belakang rumah.
"Pernah sekali Efendi luput dari perhatian kami, dia justru hilang dan baru ditemukan di kuburan belakang rumah," ujar Latifah dikutip dari Tribun Madura.
Tak sekali, setelahnya Efendi juga kembali hilang dan ditemukan di dekat hutan.
"Pernah juga kejadian, Efendi ditemukan di pinggir hutan di timur rumah," kata Hamzah.
Orangtuanya sendiri sebenarnya tak tega, namun mereka terpaksa harus mengurung Effendi demi keselamatan anak itu sendiri.
Mereka berdua harus bekerja demi membiayai hidup dan memberi makan ketiga anaknya.
"Kalau bicara perasaan, perasaan kami iba dan kasihan. Tapi bagaimana lagi, ini sudah nasib keluarga kami."
"Kami harus hidup, harus bekerja. Kalau tidak bekerja, keluarga kami mau dapat dari mana biayanya," ungkap Hamzah.
Sementara itu, saat didatangi beberapa orang yang menyambanginya, Efendi tampak tertawa girang.
Bahkan ia mencoba meraih baju yang diberikan orang yang mendatanginya.
Ketika orang yang menyambanginya pergi, raut wajah Efendi tampak tak rela, ia juga meronta-ronta seperti minta untuk dikeluarkan dari kandang.
Melansir dari Tribun Madura pada Jumat (4/9/2019), rumah orangtua Efendi sendiri juga tampak tak layak.
Dindingnya dan atapnya hanya terbuat dari anyaman bambu.
Bahkan sesekali tetangganya dengan sukarela memberikan makan kepada Effendi.
Ia Maryam, salah satu tetangganya juga mengaku jika Efendi sebenarnya senang saat ada orang yang mendatanginya.
Ibunya juga tampaknya terpukul karena tak mampu memberikan perawatan dan pengobatan untuk anaknya, hal ini terlihat saat ia menceritakan kondisi anaknya sembari matanya berkaca-kaca.
"Karena kami keterbatasan ekonomi, kami tidak mampu untuk membawa anak kami berobat secara terus menerus," ucapnya.
"Kami berharap ada relawan yang peduli terhadap anak saya untuk berobat. Biar anak saya bisa sembuh total. Semoga ada keajaiban," tutupnya sembari mengusap air mata. (*)
Tiap Hari Keluarga dengan 4 Anak ini Hanya Bisa Makan Nasi Campur Air Garam
Kemiskinan memang menjadi salah satu polimik di setiap negara.
Pasalnya, meski telah memasuki dunia modern dengan teknologi yang kian berkembang pesat, masalah kemiskinan masih saja ada.
Seperti halnya, keluarga yang tinggal di rumah papan mirip kandang ayam dengan keempat anaknya 11 tahun lamanya.
Tak hanya tinggal di rumah yang sangat sempit dan kumuh, keluarga tersebut juga harus menerima kenyataan hanya bisa makan nasi dengan air garam.
Kemalangan itu dialami oleh keluarga Mohd Hussien Abdul Shukor
(35) yang bekerja sebagai penjual barang bekas.
Abdul Shukor tinggal bersama istrinya, Nor Azuha Wan Muda dan keempat anaknya dalam kondisi yang menyedihkan.
Dilansir Grid.ID dari laman sinarharian.com, Nor Azuha Wan Muda mengaku tak bisa menuruti permintaan anaknya yang ingin makan martabak.
"Tiap-tiap hari anak minta saya belikan martabak sebagai juadah berbuka, tapi saya tak mampu," kata Nor Azuha Wan Muda.
Ibu empat orang anak itu mengaku sedih tiap kali hendak berbuka puasa lantaran tak bisa memenuhi keinginan putra sulungnya, Mohd Shukri Abdullah, yang masih berumur 10 tahun.
Keluarga itu hanya bisa menyajikan hidangan yang sama tiap kali buka puasa dan sahur, yaitu nasi dan ikan asin.
Bahkan, terkadang jika tak punya uang, keluarga itu rela hanya makan nasi dengan air garam.
"Untuk makan sehari-hari saja ala kadarnya, apalagi memenuhi keinginan anak saya.
Kalau ada uang lebih suami baru bisa membeli ikan dan telur untuk lauk makan.
Kalau tak ada uang, terpaksa anak-anak makan ikan asin, nasi dengan air garam atau nasi dengan minyak ikan goreng," ucap Nor Azuha Wan Muda di rumahnya yang berada di Permatang, Badak, Kuantan, Malaysia.
Nor mengatakan pendapatan suaminya sebagai penjual barang bekas tidak bisa mencukupi kebutuhan hidup mereka.
Bahkan, untuk membelikan martabak di bazar Ramadan yang hanya seharga RM5 atau sekitar Rp 17.300, ia tidak mampu.
"Gaji suami saya berbeda-beda, jika ada barang yang dijual ia bisa dapat RM40 (Rp 138 ribu) hingga RM50 (Rp 172 ribu) sehari," ucap Nor Azuha Wan Muda.
"Kalau suami saya pulang dengan tangan hampa terpaksa saya hanya masak nasi untuk anak-anak," pungkasnya.
Meski hidup dalam keterbatasan, aak-anaknya tidak pernah merengut dan selalu menerima apa yang orang tuanya sanggup beri.
Nor Azuha juga mengaku telah mendapat bantuan zakat sebesar RM400 (Rp 1,38 juta) sebulan, tetapi hanya cukup untuk makan.
"Uang sumbangan bantuan saya gunakan untuk urusan dapur, sedangkan pendapatan suami saya untuk keperluan sehari-hari dan biaya sekolah anak," ucap Nor Azuha Wan Muda.
Perempuan 35 tahun itu mengaku, terpaksa tinggal di rumah papan peninggalan ayahnya sejak 11 tahun dan tak mampu menyewa rumah yang lebih layak.
Ia mengaku rumah itulah yang bisa ditinggalinya gratis tanpa membayar sewa bulanan.
"Meskipun rumah ini buruk tetapi ini adalah satu-satunya tempat tinggal yang saya miliki dan tidak harus membayar sewa setiap bulan, lebih baik uangnya untuk kebutuhan anak-anaknya," pungkas Nor Azuha Wan Muda.
Ia Nor Azuha Wan Muda juga berharap akan ada bantuan dari pihak manapun untuk menyiapkan persiapan lebaran untuk keempat anaknya dan membantu memperbaiki rumah peninggalan ayahnya itu. (*)