Bocah 12 Tahun Dikurung di Kandang Tanpa Baju, Ibunya Hanya Bisa Menangis, Ini Sebabnya

Bocah 12 Tahun Dikurung di Kandang Tanpa Baju, Ibunya Hanya Bisa Menangis, Ini Sebabnya

Mirror.co.uk
Kisah Genie, Bocah Perempuan yang Dikurung di Kloset Selama 12 Tahun oleh Ayahnya hingga Tumbuh Seperti Hewan Liar 

Kisah Pilu, Genie Wiley Dikurung di Kloset Selama 12 Tahun oleh Ayahnya, Ini yang Dilakukan Ibunya 

POS-KUPANG.COM - Kisah Pilu, Genie Dikurung di Kloset Selama 12 Tahun oleh Ayahnya, Ini yang Dilakukan Ibunya 
 

Setiap orangtua pasti mendambakan kehadiran seorang anak dalam kehidupannya.

Betapa senang dan bahagia, bisa melihat bayi kecil tumbuh menjadi dewasa.

Tetapi di kehidupan nyata, tak semua bayi kecil yang lahir ke dunia bisa mendapatkan kebahagian seperti anak-anak kebanyakan.

Ada anak yang tak pernah mendapatkan kasih sayang dan kebahagian dari orang tua.

Bahkan ada kasus yang terbilang ekstrem, seorang anak mendapatkan penganiayaan dari ayahnya sendiri sejak lahir.

Kasus ekstrem ini dialami oleh seorang bocah perempuan di Amerika Serikat bernama Genie Wiley.

Mengutip Mirror.co.uk, Genie mendapatkan penganiayaan dari ayahnya sendiri sejak lahir.

Dimulai pada tahun 1958, Genie harus hidup di balik kloset rumahnya selama 12 tahun.

Sejak berumur 1 tahun, Genie telah diikat dengan kain dan hidup di balik kloset, duduk di atas pispot yang disiapkan ayahnya.

Sang ayah, Clark Wiley, tega mengurung anaknya sendiri seperti binatang di balik kloset rumah.

Usut punya usut, sang ayah mengurung putrinya sendiri karena mengira Genie Wiley lahir dengan disabilitas.

Seakan tak memiliki hati nurani, sang ayah hanya memberi makan Genie Wiley dalam bentuk cairan selama 12 tahun itu.

Sang ayah tidak pernah berbicara di hadapan putrinya layaknya manusia normal, melainkan menggonggong seperti seekor anjing.

Jika Genie Wiley membuat suara, sang ayah tak segan memukulinya dengan tongkat.

Herannya, ibu dan kakak laki-laki korban, tak mau membebaskan Genie Wiley dari kurungan yang dibuat ayahnya.

Tempat Genie dikurung oleh ayahnya selama 12 tahun.
Tempat Genie dikurung oleh ayahnya selama 12 tahun. (Tangkap Layar Youtube/TLC via Mirror.co.uk)

Walau tak mau membantu, ibu Genie, Irene Wiley ketakutan akan kelakuan suaminya sendiri hingga akhirnya lari dan melaporkan kejadian itu ke petugas sosial.

Laporan sang ibu, menjadi akhir dari penderitaan Genie Wiley selama 12 tahun.

Mirisnya, Genie Wiley tumbuh menjadi bocah perempuan yang mengerikan saat berhasil diselamatkan oleh petugas berwajib.

Walau sudah berumur 13 tahun, Genie Wiley masih memiliki otak seperti balita.

Ia Genie Wiley juga tak bisa berbicara dan tak bisa mengunyah makanan karena selalu mengonsumsi makanan berbentuk cairan sejak lahir.

Ia Genie Wiley hanya mengerti 3 kata saja, yakni namanya sendiri, 'stop' dan 'tidak lagi'.

Saat ditemukan, Genie Wiley terlihat sangat pucat, mengalami mal nutrisi, hingga tulang belakangnya tumbuh dengan aneh.

Ia Genie Wiley juga kesulitan berdiri dengan dua kakinya.

Peneliti mengatakan, Genie Wiley tak bisa berjalan seperti manusia normal.

Ketika berjalan, Genie Wiley harus menyentakkan tubuhnya dan meletakkan kedua tangannya di depan seperti seekor kelinci.

Atas aksi kejamnya, sang ayah Clark Wiley ditangkap pihak berwajib pada tahun 1970.

Tak ingin bertanggung jawab atas kekejamannya kepada putrinya sendiri, Clark Wiley bunuh diri di hari saat dirinya akan mendapatkan vonis hukuman.

Kasus Genie Wiley ini, dikenal peneliti sebagai kasus 'anak liar'.

Kasus ini juga dijadikan pembelajaran oleh peneliti, karena dianggap sebagai contoh kasus penganiayaan anak paling ekstrem sepanjang masa.

Kisah malang Genie Wiley ini, bahkan sampai diangkat menjadi film berjudul 'Mockingbird Don't Sing', yang tayang pada tahun 2001 silam.

Ayah Genie, Clark Wiley yang tega mengurung anaknya sendiri selama 12 tahun.
Ayah Genie, Clark Wiley yang tega mengurung anaknya sendiri selama 12 tahun. (Tangkap Layar Youtube/TLC via Mirror.co.uk)

Hingga kini, tak ada yang tahu nasib Genie Wiley semenjak diselamatkan 48 tahun lalu dari kurungan ayahnya.

Ada yang menyebut bahwa pada tahun 2016, Genie Wiley masih hidup di panti pengasuhan, di umurnya yang hampir menginjak 60 tahun. (*)

Bocah 12 Tahun Dikurung di Kandang Tanpa Baju, Ibunya Hanya Bisa Menangis, Ini Sebabnya

POS-KUPANG.COM - Bocah 12 Tahun Dikurung di Kandang Tanpa Baju, Ibunya Hanya Bisa Menangis, Ini Sebabnya

Nasib malang harus dialami seorang bocah asal Dusun Bringin, Desa Angsana, Kecamatan Palengan, Pamekasan, Madura.

Ia Moh. Efendi (12) terpaksa makan, tidur, hingga buang air kecil maupun besar di bekas kandang ayam.

Parahnya, anak bungsu dari empat bersaudara itu tak mengenakan sehelai benang pun untuk menutupi tubuhnya.

Setiap hari, Efendi hanya mendapatkan ruang gerak berukuran 1 x 0,5 meter yang terbuat dari bilah bambu.

Melansir dari Kompas.com pada Jumat (4/9/2019), bukan tanpa sebab, Effendi dikurung di dalam kandang ayam karena memiliki kelainan sifat.

Ayah Effendi, Hamzah (36) mengaku terpaksa mengurung anaknya seperti itu.

Ia Effendi sering keluar rumah dan melakukan tindakan aneh di luar batas kewajaran.

Awalnya, Latifah (36) ibu kandung Efendi mengatakan jika anaknya itu saat bayi terlihat normal.

Ia juga tumbuh layaknya bayi pada umumnya.

Namun, saat berusia 3 tahun, kejanggalan mulai terlihat dari diri Efendi.

Saat itu Efendi tidak bisa bicara dan berjalan, padahal pada usia 3 tersebut anak harusnya sudah bisa melakukannya.

"Dia hanya merangkak kemana-mana, bicaranya tidak dimengerti karena tidak ada bahasa yang bisa diucapkan," ujar Latifa dikutip dari Kompas.

Sebelum tinggal di kandang ayam, Efendi pernah ditempatkan di surau, namun ia masih bisa keluar dan mulai memakan makanan yang tidak layak seperti dedak yang ditemukannya.

"Efendi pernah makan olahan dedak untuk pakan sapi. Bahkan kulit buah siwalan, bunga, dedaunan juga dimakan. Makanya kami coba untuk dikurung," tambah Latifah.

Pernah juga suatu ketika, Efendi hilang dan ditemukan pada malam di pinggiran sungai dan kuburan belakang rumah.

"Pernah sekali Efendi luput dari perhatian kami, dia justru hilang dan baru ditemukan di kuburan belakang rumah," ujar Latifah dikutip dari Tribun Madura.

Tak sekali, setelahnya Efendi juga kembali hilang dan ditemukan di dekat hutan.

"Pernah juga kejadian, Efendi ditemukan di pinggir hutan di timur rumah," kata Hamzah.

Orangtuanya sendiri sebenarnya tak tega, namun mereka terpaksa harus mengurung Effendi demi keselamatan anak itu sendiri.

Mereka berdua harus bekerja demi membiayai hidup dan memberi makan ketiga anaknya.

"Kalau bicara perasaan, perasaan kami iba dan kasihan. Tapi bagaimana lagi, ini sudah nasib keluarga kami."

"Kami harus hidup, harus bekerja. Kalau tidak bekerja, keluarga kami mau dapat dari mana biayanya," ungkap Hamzah.

Sementara itu, saat didatangi beberapa orang yang menyambanginya, Efendi tampak tertawa girang.

Bahkan ia mencoba meraih baju yang diberikan orang yang mendatanginya.

Ketika orang yang menyambanginya pergi, raut wajah Efendi tampak tak rela, ia juga meronta-ronta seperti minta untuk dikeluarkan dari kandang.

Melansir dari Tribun Madura pada Jumat (4/9/2019), rumah orangtua Efendi sendiri juga tampak tak layak.

Dindingnya dan atapnya hanya terbuat dari anyaman bambu.

Bahkan sesekali tetangganya dengan sukarela memberikan makan kepada Effendi.

Ia Maryam, salah satu tetangganya juga mengaku jika Efendi sebenarnya senang saat ada orang yang mendatanginya.

Ibunya juga tampaknya terpukul karena tak mampu memberikan perawatan dan pengobatan untuk anaknya, hal ini terlihat saat ia menceritakan kondisi anaknya sembari matanya berkaca-kaca.

"Karena kami keterbatasan ekonomi, kami tidak mampu untuk membawa anak kami berobat secara terus menerus," ucapnya.

"Kami berharap ada relawan yang peduli terhadap anak saya untuk berobat. Biar anak saya bisa sembuh total. Semoga ada keajaiban," tutupnya sembari mengusap air mata. (*)

Tiap Hari Keluarga dengan 4 Anak ini Hanya Bisa Makan Nasi Campur Air Garam

Kemiskinan memang menjadi salah satu polimik di setiap negara.

Pasalnya, meski telah memasuki dunia modern dengan teknologi yang kian berkembang pesat, masalah kemiskinan masih saja ada.

Seperti halnya, keluarga yang tinggal di rumah papan mirip kandang ayam dengan keempat anaknya 11 tahun lamanya.

Tak hanya tinggal di rumah yang sangat sempit dan kumuh, keluarga tersebut juga harus menerima kenyataan hanya bisa makan nasi dengan air garam.

Kemalangan itu dialami oleh keluarga Mohd Hussien Abdul Shukor
(35) yang bekerja sebagai penjual barang bekas.

Abdul Shukor tinggal bersama istrinya, Nor Azuha Wan Muda dan keempat anaknya dalam kondisi yang menyedihkan.

Dilansir Grid.ID dari laman sinarharian.com, Nor Azuha Wan Muda mengaku tak bisa menuruti permintaan anaknya yang ingin makan martabak.

"Tiap-tiap hari anak minta saya belikan martabak sebagai juadah berbuka, tapi saya tak mampu," kata Nor Azuha Wan Muda.

Ibu empat orang anak itu mengaku sedih tiap kali hendak berbuka puasa lantaran tak bisa memenuhi keinginan putra sulungnya, Mohd Shukri Abdullah, yang masih berumur 10 tahun.

Keluarga itu hanya bisa menyajikan hidangan yang sama tiap kali buka puasa dan sahur, yaitu nasi dan ikan asin.

Bahkan, terkadang jika tak punya uang, keluarga itu rela hanya makan nasi dengan air garam.

"Untuk makan sehari-hari saja ala kadarnya, apalagi memenuhi keinginan anak saya.

Kalau ada uang lebih suami baru bisa membeli ikan dan telur untuk lauk makan.

Kalau tak ada uang, terpaksa anak-anak makan ikan asin, nasi dengan air garam atau nasi dengan minyak ikan goreng," ucap Nor Azuha Wan Muda di rumahnya yang berada di Permatang, Badak, Kuantan, Malaysia.

Nor mengatakan pendapatan suaminya sebagai penjual barang bekas tidak bisa mencukupi kebutuhan hidup mereka.

Bahkan, untuk membelikan martabak di bazar Ramadan yang hanya seharga RM5 atau sekitar Rp 17.300, ia tidak mampu.

"Gaji suami saya berbeda-beda, jika ada barang yang dijual ia bisa dapat RM40 (Rp 138 ribu) hingga RM50 (Rp 172 ribu) sehari," ucap Nor Azuha Wan Muda.

"Kalau suami saya pulang dengan tangan hampa terpaksa saya hanya masak nasi untuk anak-anak," pungkasnya.

Meski hidup dalam keterbatasan, aak-anaknya tidak pernah merengut dan selalu menerima apa yang orang tuanya sanggup beri.

Nor Azuha juga mengaku telah mendapat bantuan zakat sebesar RM400 (Rp 1,38 juta) sebulan, tetapi hanya cukup untuk makan.

"Uang sumbangan bantuan saya gunakan untuk urusan dapur, sedangkan pendapatan suami saya untuk keperluan sehari-hari dan biaya sekolah anak," ucap Nor Azuha Wan Muda.

Perempuan 35 tahun itu mengaku, terpaksa tinggal di rumah papan peninggalan ayahnya sejak 11 tahun dan tak mampu menyewa rumah yang lebih layak.

Ia mengaku rumah itulah yang bisa ditinggalinya gratis tanpa membayar sewa bulanan.

"Meskipun rumah ini buruk tetapi ini adalah satu-satunya tempat tinggal yang saya miliki dan tidak harus membayar sewa setiap bulan, lebih baik uangnya untuk kebutuhan anak-anaknya," pungkas Nor Azuha Wan Muda.

Ia Nor Azuha Wan Muda juga berharap akan ada bantuan dari pihak manapun untuk menyiapkan persiapan lebaran untuk keempat anaknya dan membantu memperbaiki rumah peninggalan ayahnya itu. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved