Yunarto Wijaya Sebut Demonstran Yang Beraksi Hingga Senin Malam sebagai Hama Demokrasi

Yunarto Wijaya Sebut Demonstran Yang Beraksi Hingga Malam sebagai Hama Demokrasi

Penulis: Hasyim Ashari | Editor: Hasyim Ashari
(KOMPAS.com/M ZAENUDDIN)
Yunarto Wijaya Sebut Demonstran Yang Beraksi Hingga Malam sebagai Hama Demokrasi 

Tuntutan yang disampaikan masih sama yakni penolakan UU KPK dan menolak sejumlah RUU lainnya. 

Aksi elemen mahasiswa di Solo ini merupakan ketiga kalinya setelah sebelumnya aksi digelar pada Selasa (24/9/2019) dan Kamis (26/9/2019). 

Demonstrasi pada Selasa (24/9/2019) yang diikuti ribuan mahasiswa berakhir ricuh. 

Polisi melakukan penembakan gas air mata karena sebelumnya terdapat lemparan botol meniral dan upaya menjebol gedung DPRD Solo. 

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Demonstrasi Mahasiswa Hari Ini 30 September: Gejayan Memanggil Jilid II, Jakarta hingga Solo,

Jokowi Diingatkan Soal Penjilat, Yunarto Wijaya Ditanya Apakah Menyesal Tak Pilih Prabowo Subianto

Jokowi Diingatkan Soal Penjilat, Yunarto Wijaya Ditanya Apakah Menyesal Tak Pilih Prabowo Subianto

Direktur Charta Politika Yunarto Wijaya ataau akrab disapa Toto mengungkap alasannya kini getol mengkritik Presiden Jokowi.

Padahal diketahui bersama pada Pilpres 2019 lalu Yunarto Wijaya bisa dibilang mendukung Jokowi untuk menjadi presiden.

Kini setelah kembali terpilih menjadi presiden, Yunarto Wijaya berbalik mengkritik sejumlah kebijakan Jokowi.

Jokowi memang tengah dirundung sejumlah isu nasional.

Mulai dari kebakaran hutan, RUU KPK, hingga RKUHP yang sangat menjadi perbincangan masyarakat.

Hari ini saja ada sejumlah kejadian di Indonesia terkait dengan isu-isu nasional tersebut.

Kerusuhan di Wamena kembali pecah, juga unjuk rasa besar-besaran oleh mahasiswa di sejumlah daerah.

Melihat situasi seperti ini sejak beberapa hari lalu Yunarto Wijaya sudah mencuitkan kritikannya lewat akun Twitter.

Pertama, ia mengingatkan Jokowi, bila jilatan pendukung jauh lebih berbahaya ketimbang serangan dari lawan.

"Jilatan pendukung jauh lebih berbahaya dari serangan lawan loh pakde," tulis Yunarto Wijaya.

Termasuk saat ia menulis cuitan satire pada Jokowi yang meninjau lokasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla), beberapa waktu lalu.

"WOW KEREN BANGET, SEMPURNA, TIADA CELA & SEGALANYA," tulis Yunarto Wijaya.

Tak hanya itu, Toto juga menyindir pendukung atau buzzer Jokowi soal penanganan karhutla.

"Ini buzzer siapa yg ngajarin sih narasinya? Masa Karhutla obatnya sepatu kotor sama muka sendu."

"Lebay juga gak gini2 amat lah..." tulis dia.

Terbaru, Yunarto juga menyoroti soal Revisi Kitab Undang-undang Hukum Pidana (RKHUP).

Ia mengunggah cuitan Direktur Eksekutif Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia (PSHK), Gita Putri D.

Gita, dalam cuitannya, mengunggah pasal dalam RKHUP yang kontroversial.

"Pengen investor berjejal masuk tapi hukum pidana “yang hidup dalam masyarakat meski tidak diatur dalam UU” bisa diberlakukan."

"Wassalam, negara hukum! Nggak percaya? Lihat pasal 2. Reformasi betul-betul dikorupsi."

"Ini Indonesiaku, mana Indonesiamu?" tulis Gita.

Cuitan Gita ini diunggah ulang Toto dengan menyebut akun Jokowi.

Yunarto Wijaya juga menulis cuitan, "UU Sampah... Busuk kalian..."

Hingga akhirnya, Yunarto pun mengungkap alasannya kenapa kini dirinya gencar mengkritik Jokowi.

Ia menyebut, dirinya adalah pemilih rasional, tidak tertarik menjadi komisaris, dan bukan buzzer.

"Buat yg nanya knp skrg saya kritik @jokowi."

"jawaban saya: karena saya pemilih rasional, gak pernah tertarik jadi komisaris, dan bukan buzzer."

"Kalo ada yg gak clear bisa lawan argumentasi saya disini atau japri langsung, jangan ngerumpi kiri kanan gak jelas," tulis Yunarto Wijaya.

Terakhir Yunarto Wijaya menulis kembali soal aalasannya mengkritik Jokowi.

"Barusan ditanya: "Mas kok sekarang kritik jokowi terus, nyesel gak dukung prabowo ya?"...

Jawab: "Saya pilih jokowi karena takut dgn track record prabowo memimpin Indonesia,

jadi kalo jokowi makin mirip prabowo ya harus dikritik.. simple khan?" tulis Yunarto Wijaya.

terkait RKUHP, Jokowi akhirnya meminta DPR menunda pengesahan revisi RKUHP yang menuai polemik di masyarakat.

Jokowi sudah memerintahkan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Yasonna Laoly untuk menyampaikan sikap pemerintah ini kepada DPR.

"Saya perintahkan Menkumham untuk menyampaikan sikap ini kepada DPR ini."

"Agar pengesahan RUU KUHP ditunda dan pengesahannya tak dilakukan DPR periode ini," kata Jokowi di Istana Bogor, Jumat (20/9/2019).

Jokowi menyebut permintaan ini karena ia mencermati masukan berbagai kalangan yang berkeberatan dengan sejumlah substasi RKUHP.

"Saya berkesimpulan masih ada materi-materi yang butuh pendalaman lebih lanjut," kata Jokowi.

Presiden Jokowi juga telah memerintahkan Menkumham Yasonna Laoly untuk menampung masukan dari berbagai kalangan terkait RKUHP.

"Memerintahkan Menteri Hukum dan HAM, untuk mencari masukan-masukan dari berbagai kalangan masyarakat, sebagai bahan untuk menyempurnakan RUU KUHP yang ada," ucap Jokowi.

Selain itu, Jokowi menyebut ada 14 pasal bermasalah yang harus dikaji ulang dalam RKUHP yang disusun DPR dan pemerintah.

"Saya lihat materi yang ada, substansi yang ada kurang lebih 14 pasal," kata Jokowi.

* Dua Mahasiswa Tewas Tertembak Saat Demo , Wakapolri Langsung ke Kendari, Presiden Berbelasungkawa

Wakapolri Komjen Ari Dono Sukmanto akan berangkat ke Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, Jumat (27/9/2019) sore.

Hal itu terkait tewasnya dua mahasiswa dalam aksi demonstrasi di depan Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sulawesi Tenggara , Kamis (26/9/2019).

"Bapak Wakapolri akan berangkat ke Kendari dan akan melakukan tindakan-tindakan kepolisian, baik berupaya untuk membuat terang insiden ini, maupun melakukan tindakan-tindakan preemtif, berdialog, silaturahmi," kata Kepala Divisi Humas Polri Irjen M Iqbal di Gedung Humas Mabes Polri, Jakarta Selatan, Jumat. Iqbal menyampaikan bahwa Polri turut menyesali insiden tersebut.

Ia juga menyampaikan dukacita atas tewasnya kedua mahasiswa tersebut.

Hadirnya petinggi Polri, kata Iqbal, untuk menunjukkan keseriusan mereka dalam mengungkap kasus tersebut.

Institusi Polri tidak ingin kejadian serupa terulang kembali. Iqbal mengatakan, nantinya Wakapolri akan menjalin silaturahmi dengan tokoh setempat.

"Kami tak mau insiden itu terjadi. Maka dari itu Bapak Wakapolri untuk hadir di situ, bahwa ini simbol keseriusan kami," tutur Iqbal.

"Kami akan berdialog, bertatap muka dengan seluruh tokoh formal, tokoh adat, tokoh agama, dan tokoh pemuda untuk meredam hal itu semua," ujarnya.

Iqbal mengatakan bahwa hasil otopsi kedua mahasiswa tersebut akan diungkap ke publik.

Polri pun telah membentuk tim investigasi untuk kasus tersebut. Polri klaim akan melakukan investigasi secara transparan.

Mahasiswa Universitas Halu Oleo, Kendari, Muhammad Yusuf Kardawi mengembuskan napas terakhir di Rumah Sakit Bahteramas, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, Jumat (27/9/2019), pukul 04.17 Wita.

Yusuf mengalami perdarahan hebat di bagian kepala, sehingga harus menjalani operasi.

Menurut pihak rumah sakit, kepala mahasiswa jurusan teknik itu retak dan mengalami gegar otak.

Sebelumnya, mahasiswa Fakultas Ilmu Perikanan dan Kelautan Universitas Halu Oleo, Immawan Randy (21) juga menjadi korban tewas dalam demo tersebut.

Randy tewas dengan luka tembak di dada.

* Jokowi Sampaikan Belasungkawa untuk 2 Mahasiswa UHO yang Wafat

Presiden Joko Widodo menyampaikan belasungkawa atas meninggalnya dua mahasiswa Universitas Halu Oleo, Kendari, Sulawesi Tenggara.

Kedua mahasiswa itu meninggal setelah mengikuti aksi unjuk rasa menolak revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi hasil revisi dan Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (RKUHP) di depan Gedung DPRD Sultra.

"Inalillahi wainailaihirojiun. Saya atas nama pemerintah, menyampaikan duka cita yang mndalam dan bela sungkwa mendalam atas meninggalnya ananda Randi dan ananda Yusuf Kardawi," kata Jokowi di Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (27/9/2019).

Jokowi mengaku sudah mendapat laporan dari Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian atas peristiwa ini.

Berdasarkan laporan itu, keduanya memang mengikuti aksi unjuk rasa di depan DPRD Sultra.

"Ananda Randi meninggal dunia karena luka tembak saat berlangsungnya demo dan ananda Yusuf meninggal setelah mendapatkan perawatan di rumah sakit," kata Jokowi.

Jokowi berdoa agar orang tua Yusuf dan Randi diberikan ketabahan dan keikhlasan.

Semoga apa yang diperjuangkan menjadi kebaikan bagi bangsa ini dan mendapatkan tempat yang paling mulai di sisinya.

Jokowi memastikan meninggalnya Randi dan Yusuf akan diinvestigasi lebih jauh. 

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "VIDEO: Jokowi Sampaikan Belasungkawa untuk 2 Mahasiswa UHO yang Wafat", 

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved