Kisah di Balik G30S/PKI, Jenderal Ini Selamat dari Target PKI Berkat Soekarno Tapi Akhir Karir Miris
Kisah Di Balik G 30 S/PKI, Jenderal Ini Selamat dari Bidikan PKI Berkat Soekarno, Sayang Karirnya Berakhir Miris
Bahkan dalam salah satu versi skenario Gestok, karena kecerdasan dan lobi baiknya dengan CIA, Sukendro disebut-sebut sebagai salah satu orang yang layak dicurigai sebagai dalang, seperti disebut dalam buku Menguak Misteri Kekuasaan Soeharto karangan FX. Baskara Tulus Wardaya.
Jika di satu sisi dianggap sebagai dalang, sisi lain apa yang membuat Sukendro masuk dalam daftar bidikan PKI?
Sukendro termasuk sosok penting di tubuh militer. Namanya masuk dalam grup jenderal elite yang dekat dengan Nasution maupun Yani.
Grup ini aktif melakukan counter politik untuk menandingi dominasi PKI. Sepak terjang Sukendro ini tentu saja membuat PKI geram.
Bagi PKI, perwira intelektual yang satu ini sangat berbahaya.
Sayangnya, Soekarno meminta Sukendro menjadi anggota delegasi Indonesia untuk peringatan Hari Kelahiran Republik Cina, 1 Oktober 1965.
Selamatlah dia dari bidikan PKI
Selepas peristiwa itu, peran Sukendro mulai tersisih oleh kiprah Ali Moertopo.
Ia tidak bisa membendung jaring-jaring intelijen Ali Moertopo yang kemudian mempercepat keruntuhan Soekarno.
• Fahri Hamzah Ingatkan Hal Ini Jika Presiden Jokowi Keluarkan Perppu KPK, Ancaman Bagi Indonesia?
• Kisah Sebenarnya di Balik Bocah 5 Tahun Diperkosa 2 Kakaknya dan Dibunuh Ibu Angkatnya
Ketika Soeharto naik ke puncak kekuasaan, bintang Sukendro praktis redup.
Dalam sebuah kursus perwira di Bandung, ia secara mengejutkan mengakui keberadaan Dewan Jenderal.
Akhirnya, Soeharto melalui Pangkopkamtib Jenderal Sumitro menggiringnya ke dalam penjara RTM Nirbaya Cimahi selama 9 bulan.
Lepas dari tahanan, Sukendro ditampung Gubernur Jateng, Supardjo Rustam. Ia diberi kepercayaan mengelola perusahaan daerah Jateng.
Meski demikian, radar Soemitro tak serta merta mendepaknya. Setiap kali terdengar ada gerakan antipemerintah, Sukendro adalah orang pertama yang didatangi Soemitro.
“Tidak ada orang intelijen yang lebih hebat daripada dia. Karena itu saya selalu mencurigainya,” kata Mitro.