Kasus Pembunuhan dan Pembuangan Bayi di Oebobo Kupang, Lihat Perkembangan Terkini
Kasus Pembunuhan dan Pembuangan Bayi di Oebobo Kota Kupang, lihat perkembangan terkini
Penulis: Gecio Viana | Editor: Kanis Jehola
Dijelaskannya, pelaku melahirkan bayinya dalam keadaan hidup di kamar mandi kosan pada Selasa (27/8/2019) sekitar pukul 23.00 Wita.
"Menurut keterangan tersangka, bayi dilahirkan dalam keadaan hidup dan karena ada rasa malu dan takut dengan orangtua dan sanak saudara, maka bayi tersebut dicekik hingga meninggal dunia," paparnya.
Pihak kepolisian juga telah mengambil keterangan pacar tersangka berinisial NA (25). Menurut keterangan tersangka kepada pihak kepolisian, pacar tersangka merupakan oknum yang telah menghamilinya.
"Masih kami dalami keterlibatan pacarnya, sekaligus untuk mengetahui apakah ada orang lain yang membantu proses persalinan ini atau proses persalinan itu benar seperti keterangan tersangka," ungkapnya.
Pacar tersangka yang baru dimintai sebagai saksi diketahui sudah berkeluarga dan berprofesi sebagai pegawai harian lepas pada salah satu instansi pemerintah.
Selain itu, pihak kepolisian juga akan memanggil orangtua tersangka yang diketahui sebelumnya tinggal bersama tersangka beberapa waktu lalu kembali ke kampung halamannya di Kabupaten Flores Timur.
Atas perbuatannya, tersangka dikenakan pasal 80 ayat 13 sebagaimana perubahan atas UU no 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak juncto pasal 341 KUHP.
Sebelumnya, warga RT 42 RW 13 Kelurahan Fatululi, Kecamatan Oebobo, Kota Kupang, dihebohkan penemuan mayat bayi, Minggu (8/9/2019) siang
Mayat bayi yang belum diketahui jenis kelaminnya ini dibungkus dengan karung warna kuning. Karung berisi mayat bayi ini diletakkan di belakang sebuah lahan milik Ketut Satriana.
Mayat bayi tersebut ditemukan Ketut Satriana sekitar pukul 12.30 Wita, saat membersihkan lahannya untuk dilakukan pembangunan.
"Beta (saya) tinggal di Airnona, hari kamis lalu datang bersihkan lahan ini tidak ada (mayat bayi)," kata Ketut Satriana saat ditemui di lokasi kejadian.
Dikisahkannya, saat membersihkan lahan tersebut, Ketut mencium aroma tak sedap yang berasal dari karung berwarna kuning yang diletakkan di area belakang lahan miliknya.
Karena penasaran, ia mencoba membuka karung tersebut menggunakan sebuah kayu. "Dibungkus dalam karung bekas. Beta buka karena cium bau, saya buka pakai kayu, saat beta buka belatung sudah penuh. Beta korek-korek karena kira itu perut babi," ujarnya.
Setelah memastikan bahwa sumber bau tak sedap yang diciumnya merupakan mayat bayi yang telah membusuk, lanjut Ketut, pihaknya langsung memberitahukan kejadian tersebut kepada keluarganya.
Sementara itu, Ketua RT 42 RW 13 Kelurahan Fatululi, Agustinus Liwu mengatakan, pihaknya mendapat kabar kejadian tersebut pada pukul 13.00 Wita.