Renungan Harian Kristen Protestan

Renungan Kristen Kamis 12 September 2019 'Kebencian Membutakan Hati Tapi Kasih Sayang Membuka Hati'

Renungan Kristen Kamis 12 September 2019 'Kebencian Membutakan Hati Tapi Kasih Sayang Membuka Hati'

Editor: maria anitoda
Dok Pribadi/Mesakh A.P. Dethan
Renungan Kristen Kamis 12 September 2019 'Kebencian Membutakan Hati Tapi Kasih Sayang Membuka Hati' 

“"Apakah engkau ingin menjadi raja atas kami? Apakah engkau ingin berkuasa atas kami?"”.

Yakob sang ayah yang mencintainya juga turut mempertanyakan mimpi Yusuf yang dianggap tidak pantas. “"Mimpi apa mimpimu itu? Masakan aku dan ibumu serta saudara-saudaramu sujud menyembah kepadamu sampai ke tanah?"(Kejadian 37:10). 

Kendatipun mempertanyakan mimpi itu, tetapi Yakob tidak memarahi Yusuf atau bahkan menghukumnya, tetapi malah menyimpan dalam hati.

Disinilah letak perbedaannya dan si penulis kejadian mencatat dua mimpi Yusuf didengar dengan penuh kemarahan oleh saudara-sudarana karena memang sudah ada bibit kebencian, sedangkan oleh Yakob didengar dengan penuh perhatian dan menaruhnya dalam hati, karena memang ada bibit cinta kepada Yusuf.

“"Mimpi apa mimpimu itu? Masakan aku dan ibumu serta saudara-saudaramu sujud menyembah kepadamu sampai ke tanah?"” (Kejadian 37:11).  Ditaruh di hati artinya biar supaya diingat suatu saat. Jadi benar bahwa kebencian membutakan hati, tetapi kasih sayang membuka hati. Saudara-saudara Yusuf yang penuh kebencian  mendengar cerita mimpi Yusuf seperti sampah yang harus segera dibuang, sedangkan oleh ayahnya Yakob sebagai sesuatu yang berharga sehingga disimpan dihati.

Sebetulnya bukanlah salah Yusuf ketika ia lebih disayang ayahnya.

Begitu pula bukanlah salahnya karena dengan polos menceritakan dua mimpinya kepada saudara-saudara dan orang tuanya. 

Sipenulis Kitab Kejadian mau menonjolkan bahwa Yusuf bukan  hanya disayang secara manusiawi oleh ayahnya, tetapi juga Yusuf telah sejak awal dipilih Allah untuk menjadi “orang besar”.

Ada cinta manusia tetapi juga ada rahmat ilahi yang mengalir pada Yusuf.

Yusuf yang dipenuhi cinta dan ketulusan tidak menolak untuk menemui para saudaranya atas permintaan ayahnya (Kejadian 37:13-14).

Yusuf tahu bahwa di depan ayahnya saudara-saudara ada menahan diri dan menahan tangan mereka untuk memukulnya atau bahkan membunuhnya karena kemarahan dan irihati.

Apalagi dia harus pergi berjumpa dengan mereka ditempat yang jauh dari rumah dan dari pengawasan dan perlindungan ayahnya Yakob. 

Menurut Matthew Henry Commentary “Sebagian orang beranggapan bahwa mereka sengaja pergi ke sana, dengan berharap agar Yusuf disuruh melihat mereka, dan agar pada saat itu mereka mendapatkan kesempatan untuk berbuat jahat kepadanya.

Namun bagaimanapun juga, baik Yusuf maupun ayahnya lebih memiliki ketulusan merpati daripada kecerdikan ular beludak, sebab kalau tidak, Yusuf tidak akan pernah datang seperti itu kepada orang-orang yang membencinya. Namun, Allah merancangkan itu semua untuk mendatangkan kebaikan”.

Meskipun tahu bahwa mereka membenci dia dan iri hati terhadapnya, Yusuf tidak berkeberatan melakukan perintah-perintah ayahnya.

Halaman
123
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved