Politani Kupang Rintis Usaha Penangkaran Kacang Merah dan Kedelai Melalui PPUPIK
Politeknik Pertanian Negeri Kupang merintis usaha penangkaran kacang merah dan Kedelai dataran rendah melalui Program Pengembangan Usaha Pr
Penulis: Laus Markus Goti | Editor: Ferry Ndoen
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Laus Markus Goti
POS-KUPANG.COM | KUPANG - Politeknik Pertanian Negeri Kupang merintis usaha penangkaran kacang merah dan Kedelai dataran rendah melalui Program Pengembangan Usaha Produk Intelektual Kampus (PPUPIK).
PPUPIK produksi benih kacang merah dan kedelai dataran rendah Politeknik Pertanian Negeri Kupang ini telah dilakukan selama 2 tahun (2018 – 2019) dari target 3 tahun, berlokasi di kebun Baumata, Kabupaten Kupang dan kebun kampus.
Produksi benih yang dihasilkan mengalami peningkatan. Pada tahun 2018 benih kacang merah yang dihasilkan 20 kg saja karena keterbatasan benih sumber, tetapi tahun ini mencapai 75 kg.
Sedangkan produksi benih kedelai tahun 2018 sebanyak 100 kg dan tahun ini mencapai kedelai mencapai 150 kg untuk periode pertama produksi dari rencana 2 kali periode produksi di tahun ini.
Yosefina Lewar SPMP, selaku Kepala Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Politeknik Pertanian Negeri Kupang kepada POS-KUPANG.COM, Minggu (8/9/2019) mengatakan benih merupakan salah satu kunci keberhasilan usahatani.
• Gubernur NTT Lantik Pasangan Bupati-Wabup Sumba Barat Daya dan Bupati Ende
Ia mengatakan penggunaan benih yang berkualitas dapat meningkatkan produksi tanaman termasuk tanaman kacang merah dan kedelai.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), mencatat, produksi kacang merah tahun 2017 mencapai 542,90 ton, tetapi masih tergolong rendah bila dibandingkan produksi tahun 2013 yakni mencapai 2.658,20 ton.
Menurutnya Yosefina hal tersebut menunjukan kecenderungan penurunan produktivitas, dikarenakan belum intensifnya budidaya kacang merah oleh petani, daerah produksi masih terkonsentrasi di dataran menengah – tinggi, serta rendahnya ketersediaan benih bermutu.
Lanjutnya, sedangkan produksi kedelai di NTT mengalami peningkatan yakni tahun 2015 hanya mencapai 2.615 ton, tahun 2016 meningkat menjadi 5.834 ton, dan tahun 2017 meningkat lagi menjadi 6.303 ton.
"Hal ini pengaruhi peningkatan luas areal penanaman. Kedua komoditas tersebut (kacang merah dan kedelai) akan terus ditingkatkan produksi dan produktivitasnya, dengan salah satu faktor yang perlu diperhatikan adalah ketersediaan benih bermutu," ungkapnya.
Ia menjelaskan, kebutuhan benih kedelai nasional untuk NTT mencapai 162,6 ton/tahun dan akan terus meningkat seiring dengan perluasan areal penanaman.
Penangkaran benih kacang merah Inerie di NTT, kata Yosefina, masih sangat rendah dan kebutuhan benih kedelai NTT semakin meningkat. "Inilah yang mendasari Politani Negeri Kupang sebagai lembaga pendidikan vokasi bidang pertanian perlu mengembangkan unit usaha penangkaran benih kacang merah dan kedelai," ujar Yosefina.
Lanjutnya, pasca kegiatan PPUPIK diharapkan Politani akan menjadi salah satu sentra produksi benih kacang merah dan kedelai bermutu di dataran rendah yang bersifat komersil dan tersedia secara kontinue.
Oleh karena itu, kata Yosefina, tim pelaksana PPUPIK menyampaikan terima kasih kepada Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Kemenristek Dikti dan Politani Negeri Kupang yang telah memfasilitasi kegiatan ini.
Menurut Yosefina, tanaman kacang merah merupakan jenis sayuran biji yang memiliki kandungan protein tinggi. Salah satu varietas nasional kacang merah yang berasal dari Nusa Tenggara Timur adalah Varietas Inerie yang dibudidayakan di dataran tinggi.
Daerah NTT lebih didominasi oleh dataran rendah dengan kondisi agroklimat lahan kering. Terbatasnya dataran tinggi yang ada, maka pengembangan tanaman kacang merah di dataran rendah perlu dilakukan.
Namun, pada pengembangannya terkendala dengan ketinggian tempat yang sesuai dengan pertumbuhan kacang merah. Perbedaan ketinggian tempat akan berpengaruh terhadap perbedaan iklim terutama iklim mikro (suhu, kelembaban, dan intensitas cahaya).
Menurutnya, diperlukan teknologi yang dapat memodifikasi iklim mikro tersebut. Teknologi sederhana yang telah dihasilkan dari beberapa penelitiannya bersama Ir. Ali Hasan, MSi menunjukan bahwa kacang merah Varietas Inerie dapat dikembangkan di dataran rendah.
Lebih lanjut dikatakan Yosefina di dataran rendah tanaman tersebut mempunyai potensi hasil mencapai 0,9 - 1,0 ton/ha, ukuran biji sedang 0,4 – 0,5 g/butir, kadar protein 20,8%, kadar lemak benih 0,88%, dan karbohidrat 58,30 – 61,55%. Potensi tersebut hampir menyamai potensi di dataran tinggi (Golewa – Ngada).
Ia menjelaskan, kedelai juga merupakan komoditas penting sebagai sumber protein, bahan baku berbagai industri pangan dan bahan pakan ternak.
Beberapa faktor yang menyebabkan meningkatnya permintaan kedelai di dalam negeri adalah meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap gizi dan protein, makin mahalnya harga lauk pauk yang berasal dari hewani, meluasnya penggunaan dan ekspor kecap, serta beralihnya industri pengolahan kedelai dari industri rumah tangga menjadi industri sedang hingga besar.
Ia menegaskan, peningkatan produktivitas kedelai sangat dibutuhkan. Pengembangan kedua komoditas tersebut, menurut dia, tentunya membutuhkan benih yang tepat mutu, jumlah, tempat, waktu, dan harga.
Dengan bergulirnya program usaha peningkatan produksi setiap komoditas, maka kebutuhan potensial benih bermutu cukup besar.
Kebutuhan benih bina kacang merah dan kedelai di NTT cukup tinggi. Produksi benih yang tepat jumlah dan tepat mutu akan membantu dalam pengembangan tanaman kacang merah dan kedelai terutama di dataran rendah lahan kering beriklim kering.
Ia menjelaskan kegiatan PPUPIK ini melibatkan mahasiswa dan alumni Politani Kupang. Tim pelaksana juga mengatakan bahwa dalam memproduksi benih tersebut mereka bekerjasama dengan pemulia tanaman dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Provinsi NTT bapak Evert Hosang, PhD dan pengawas benih dari UPTD Pengawasan dan Sertifikasi Benih NTT.
Kedua instansi ini dilibatkan untuk melakukan pengawasan lapangan dalam kegitan penangkaran benih tersebut.
Selain memproduksi benih kacang merah dan kedelai, kegiatan PPUPIK juga memproduksi produk tambahan lainnya yakni bawang merah lokal sabu, melon, dan jagung pulut manis.
Ia mengatakan adanya produk tambahan ini sebagai bentuk rotasi tanaman famili leguminosa (kacang-kacangan) dengan famili non legum.
Hal ini dilakukan untuk memutuskan siklus hidup hama dan penyakit. Limbah dari tanaman tersebut kemudian diolah menjadi pupuk organik (kompos).
"Jadi bagi masyarakat di Kota dan Kabupaten Kupang sekitarnya apabila membutuhkan kedua jenis benih tersebut serta produk tambahannya maka dapat menghubungi Politani Negeri Kupang khususnya di tim pelaksana PPUPIK Jurusan Tanaman Pangan dan Hortikultura," ungkapnya. (*)