Politani Kupang Rintis Usaha Penangkaran Kacang Merah dan Kedelai Melalui PPUPIK
Politeknik Pertanian Negeri Kupang merintis usaha penangkaran kacang merah dan Kedelai dataran rendah melalui Program Pengembangan Usaha Pr
Penulis: Laus Markus Goti | Editor: Ferry Ndoen
Menurut Yosefina, tanaman kacang merah merupakan jenis sayuran biji yang memiliki kandungan protein tinggi. Salah satu varietas nasional kacang merah yang berasal dari Nusa Tenggara Timur adalah Varietas Inerie yang dibudidayakan di dataran tinggi.
Daerah NTT lebih didominasi oleh dataran rendah dengan kondisi agroklimat lahan kering. Terbatasnya dataran tinggi yang ada, maka pengembangan tanaman kacang merah di dataran rendah perlu dilakukan.
Namun, pada pengembangannya terkendala dengan ketinggian tempat yang sesuai dengan pertumbuhan kacang merah. Perbedaan ketinggian tempat akan berpengaruh terhadap perbedaan iklim terutama iklim mikro (suhu, kelembaban, dan intensitas cahaya).
Menurutnya, diperlukan teknologi yang dapat memodifikasi iklim mikro tersebut. Teknologi sederhana yang telah dihasilkan dari beberapa penelitiannya bersama Ir. Ali Hasan, MSi menunjukan bahwa kacang merah Varietas Inerie dapat dikembangkan di dataran rendah.
Lebih lanjut dikatakan Yosefina di dataran rendah tanaman tersebut mempunyai potensi hasil mencapai 0,9 - 1,0 ton/ha, ukuran biji sedang 0,4 – 0,5 g/butir, kadar protein 20,8%, kadar lemak benih 0,88%, dan karbohidrat 58,30 – 61,55%. Potensi tersebut hampir menyamai potensi di dataran tinggi (Golewa – Ngada).
Ia menjelaskan, kedelai juga merupakan komoditas penting sebagai sumber protein, bahan baku berbagai industri pangan dan bahan pakan ternak.
Beberapa faktor yang menyebabkan meningkatnya permintaan kedelai di dalam negeri adalah meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap gizi dan protein, makin mahalnya harga lauk pauk yang berasal dari hewani, meluasnya penggunaan dan ekspor kecap, serta beralihnya industri pengolahan kedelai dari industri rumah tangga menjadi industri sedang hingga besar.
Ia menegaskan, peningkatan produktivitas kedelai sangat dibutuhkan. Pengembangan kedua komoditas tersebut, menurut dia, tentunya membutuhkan benih yang tepat mutu, jumlah, tempat, waktu, dan harga.
Dengan bergulirnya program usaha peningkatan produksi setiap komoditas, maka kebutuhan potensial benih bermutu cukup besar.
Kebutuhan benih bina kacang merah dan kedelai di NTT cukup tinggi. Produksi benih yang tepat jumlah dan tepat mutu akan membantu dalam pengembangan tanaman kacang merah dan kedelai terutama di dataran rendah lahan kering beriklim kering.
Ia menjelaskan kegiatan PPUPIK ini melibatkan mahasiswa dan alumni Politani Kupang. Tim pelaksana juga mengatakan bahwa dalam memproduksi benih tersebut mereka bekerjasama dengan pemulia tanaman dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Provinsi NTT bapak Evert Hosang, PhD dan pengawas benih dari UPTD Pengawasan dan Sertifikasi Benih NTT.
Kedua instansi ini dilibatkan untuk melakukan pengawasan lapangan dalam kegitan penangkaran benih tersebut.
Selain memproduksi benih kacang merah dan kedelai, kegiatan PPUPIK juga memproduksi produk tambahan lainnya yakni bawang merah lokal sabu, melon, dan jagung pulut manis.
Ia mengatakan adanya produk tambahan ini sebagai bentuk rotasi tanaman famili leguminosa (kacang-kacangan) dengan famili non legum.
Hal ini dilakukan untuk memutuskan siklus hidup hama dan penyakit. Limbah dari tanaman tersebut kemudian diolah menjadi pupuk organik (kompos).
"Jadi bagi masyarakat di Kota dan Kabupaten Kupang sekitarnya apabila membutuhkan kedua jenis benih tersebut serta produk tambahannya maka dapat menghubungi Politani Negeri Kupang khususnya di tim pelaksana PPUPIK Jurusan Tanaman Pangan dan Hortikultura," ungkapnya. (*)