News
Mengintip Kehidupan Warga Suku Boti di TTS, Menggenggam Erat Tradisi Lokal dari Sengatan Modernitas
Suku Boti hidup selaras alam, secara tradisional, berpegang teguh pada adat istiadat yang diwariskan leluhur.
Penulis: Dion Kota | Editor: Benny Dasman
Keempat, menolak listrik. Masyarakat Suku Boti Dalam menolak pemasangan jaringan listrik PLN. Menurut Raja Boti, Namah Benu, hal tersebut hanya akan merusak alam dan tidak sesuai dengan pola kehidupan mereka selama ini.
Kelima, setiap hari dikunjungi orang dari luar. Daya tarik Suku Boti Dalam membuat setiap harinya selalu ada wisatawan dari luar yang datang ke wilayah Suku Boti Dalam. Kebanyakan wisatawan yang datang bertujuan untuk melakukan penelitian atau hanya sekadar melihat kehidupan orang Boti.
Keenam, pencuri tidak dihukum. Hal menarik yang ada di Suku Boti Dalam adalah tidak menghukum pencuri. Pencuri yang tertangkap justru akan dibantu oleh masyarakat secara bergotong-royong.
Suku Boti Dalam percaya seseorang mencuri karena berkekurangan atau sedang membutuhkan sesuatu. Untuk itu, agar si pencuri tidak mencuri lagi, secara gotong-royong masyarakat Boti memberikan bantuan kepada si pencuri yang tertangkap untuk memenuhi kebutuhannya.
Ketujuh, memiliki hubungan yang sangat erat dengan alam. Masyarakat Suku Boti Dalam memiliki hubungan yang sangat erat dengan alam. Mereka hidup selaras dengan alam. Rasa saling menghormati yang terbangun membuat masyarakat Suku Boti memiliki kemampuan berkomunikasi dengan alam.
Kedelapan, masih menggunakan benang dari kapas dan pewarna dari kulit kayu hutan. Jika Anda ingin melihat orang menenun dengan menggunakan benang dari kapas, maka datanglah ke Suku Boti Dalam.
Selain benang, pewarna pun masih menggunakan kulit kayu hutan. Hal inilah yang membuat kualitas kain tenun Suku Boti menjadi berbeda.
Kesembilan, memberikan tanah untuk pembangunan gereja. Satu hal menarik yang patut dicontoh dari Suku Boti Dalam adalah toleransi.
Walaupun tidak memeluk agama, sikap toleransi terhadap warga Desa Boti yang memeluk agama tetap ditunjukkan oleh Raja Boti, Namah Benu. Hal ini ditunjukkan dengan memberikan tanah untuk pembangunan gereja di wilayah Suku Boti Luar.
Kesepuluh, tidak menggunakan alas kaki. Orang Boti tidak menggunakan alas kaki, baik sandal atau sepatu. Ke mana-mana orang Boti selalu berjalan kaki kosong. *